SEMBILAN

173 17 0
                                    

Selama di perjalanan, Kinara hanya terdiam sambil menatap ke arah jendela. Wajahnya yang cemberut menandakan jika ia masih marah pada Reygan.

Reygan sendiri tidak peduli. Ia menyibukkan diri dengan bermain handphone sambil mendengarkan musik lewat earphone-nya.

"Rey ..." Sang Kakek yang duduk di depan memanggil Reygan. Namun karena telinganya disumpal dengan earphone, jadi Reygan tidak mendengarnya.

"Reygan ..."

Masih tidak ada jawaban. Hingga akhirnya, "REYGAN!"

Bug!

"Aww, ssh ..." Reygan mendesis seraya mengusap pahanya yang dipukul oleh Kinara dengan kencang. Matanya melirik Kinara kesal, namun Kinara tampak acuh dan tidak peduli.

"Tangan lo itu sebenarnya terbuat dari apa sih, Ra? Sakit banget kalau mukul," ucapnya kesal.

"Makanya, punya telinga itu dipakai! Kakek dari tadi manggil kamu, tapi nggak kamu respon sama sekali," sahut Jonas yang ikutan kesal.

Reygan mendengus kesal. Kemudian ia melepas earphone-nya dan menatap sang Kakek dengan wajah malas.

"Kenapa?" tanyanya

"Habis dari makam, Kakek mau langsung ke Bandara. Kamu sama Kinara pulang naik taksi aja," ucap Jonas.

"Mau ke mana emang?"

"Ada urusan di luar kota."

"Berapa hari?"

"Dua hari."

"Yaudah, nanti uang sakunya di transfer aja."

"Iya, nanti Kakek suruh Petras buat transfer."

"Jatah Reygan tambahin seratus ribu."

"Nggak ada tambah-tambahan. Jatah kamu sama Kinara sama-sama dua ratus ribu," kata Jonas dengan tegas.

"Kinara nggak usah, Kek. Tadi uangnya masih sisa banyak," sahut Kinara.

"Nggak papa. Itu buat ditabung aja," balas Jonas. "Jangan menolak uang dari Kakek, karena kamu udah jadi tanggung jawab Kakek sekarang," lanjutnya.

"Tapi dua ratus ribu itu kebanyakan, Kek. Kinara nggak biasa bawa uang saku sebanyak itu."

"Nggak papa, Ra. Setiap ada sisa, kamu masukin ke tabungan aja. Nanti kalau kamu pengen apa-apa, tinggal ambil uang itu."

"Kasih ke Reygan aja kalau nggak mau," sahut Reygan dengan begitu entengnya.

"Jangan, Kakek nggak ikhlas kalau kamu kasih ke dia," ucap Jonas sambil melirik cucunya dengan sinis. Membuat Reygan langsung berdecak kesal seraya memutar bola matanya malas.

***

Sampai di pemakaman elit, mereka turun dari mobil sambil membawa bunga di tangan masing-masing.

Kinara yang masih tidak tahu akan pergi ke makam siapa, memilih untuk tidak bertanya.

Reygan dan kakeknya berjalan di depan, sementara Kinara dan Petras mengikuti dari belakang. Mereka melangkah pelan menuju sebuah makam dengan batu nisan marmer yang megah.

"Assalamualaikum, Laras, Juna ... Papa datang ke sini bawa anak menantumu," ucap Jonas sambil menyirami makam dengan sebotol air.

Kinara terhenyak. Pertanyaan yang selama ini berputar di kepalanya akhirnya terjawab juga. Sesuai dugaannya, ternyata kedua orang tua Reygan memang sudah meninggal.

"Jangan marah. Anak kamu terpaksa Papa nikahkan karena bandelnya udah nggak ketulungan," ucapnya lagi. Sedangkan Reygan hanya duduk merenung sambil mencabuti rumput di makam ibunya.

REYNARA (Pernikahan Rahasia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang