Pikiran Ryesha sudah sangat berantakan, hingga ia tidak bisa fokus untuk menyelesaikan tugas sekolah nya.
Sesekali Ryesha melirik jam yang ternyata jam telah menunjukkan pukul 11 malam, ia mendengus pelan karena tugas sekolah nya yang belum kunjung selesai.
Hingga pada akhirnya, Ryesha memutuskan untuk mengakhiri hari ini dengan tidur.
Di keesokan harinya, Ryesha terbangun karena mendengar suara mama Jelva mengomel yang hampir setiap hari karena Ryesha yang tidak bisa bangun sendiri meskipun ia sudah memasang alarm.
Hari ini terasa berbeda dari hari biasanya, karena ia tidak biasanya berangkat sekolah dengan keadaan gugup, malu dan cemas menjadi satu karena perilaku ceroboh nya kemarin malam.
Dan sesampainya disekolah, Ryesha dengan segera masuk kedalam kelasnya, duduk diam di bangku sebelah temannya, yaitu Laurel tanpa menyapanya dan bahkan memberinya senyuman sedikitpun.
Di hari ini, Ryesha sama sekali tidak berniat untuk keluar kelas seperti ke kantin atau ke kamar mandi hingga waktu pulang sekolah, karena takut jika ia keluar akan bertemu dengan seseorang itu.
Bel pulang berbunyi, dengan cepat Ryesha membawa tas nya dan pergi ke tempat parkir sekolah berharap ia bisa kembali pulang untuk mengistirahatkan pikiran nya.
Entah mungkin hari ini sedang sial, saat akan pergi masuk ke parkiran, ia di cegat oleh Marcel dan Hevans.
"Jadi lo yang namanya Ryesha?" tanya Marcel sambil melihat wajah Ryesha dengan seksama.
"Ya" jawab Ryesha dengan singkat."I see.. Kita to the point aja lah ya. Jadi gini, gue denger denger lu naksir sama cewek gue?"
mendengar hal itu, jantung Ryesha seketika berdetak dengan cepat dan hanya bisa terdiam bertanya pada dirinya sendiri dari mana Marcel tau? Apakah Yocelyn memberitahu nya?
"Gue nyuruh Hevans buat ngikutin kegiatan kegiatan kalian dari awal. Bukan dari Yocelyn nya langsung" ucap Marcel dengan santai tapi membuat Ryesha tidak bisa berkata kata, Bagaimana bisa Marcel membaca pikirannya?
Ryesha dengan segera sadar dan memberanikan dirinya untuk berbicara.
"Kalau iya kenapa?"
Marcel tertawa lirih "Emang lo bisa nyaingin gue?"
"Lagian siapa juga yang niat bersaing? Emang kita selevel? Kocak lo"Jawaban Ryesha tersebut membuat Marcel geram dan dengan sekejap ia mengepalkan tangannya. Bersyukur, karena ada Hevans disamping Marcel yang telah berusaha untuk mengenangkan Marcel. Jika tidak, mungkin mereka berdua telah adu fisik.
"Gue, gue yang mau bersaing sama lo. Kita berdua minggu depan sparing basket di lapangan Gelora Indah. Gak ada penolakan. And if you win, Yocelyn will be yours, but if I win, you have to leave this school. How?"
"Sure, why not?" tanpa pikir panjang, Ryesha langsung menerima tantangan dari Marcel.
"Remember, lo punya waktu 1 minggu buat nyiapin diri sama tim lo and ya, good luck Stephanie Ryesha Wijaya." lalu Marcel dan Hevans pergi meninggalkan Ryesha.
Melihat Marcel dan Hevans telah pergi, ia segera masuk ke parkiran untuk mengambil sepeda motor nya dan segera pulang ke rumah.
Ryesha masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian. Hari ini Ryesha yang awalnya merasa cemas berubah menjadi kebahagiaan. Ia dengan segera menelpon teman basket nya, meminta tolong agar mau bermain dengan nya untuk minggu depan.
Setelah mengumpulkan anggota tim, Ryesha pergi keluar rumah untuk berlatih bersama tim nya.
"Wih, lama nih kita semua ga ketemu, ada apa kok tiba-tiba minta tolong buat main bareng?" tanya salah satu anggota tim Ryesha.
"Jadi gini, gue ditantang sparing basket sama pacar orang yang gue taksir. Namanya Marcel. Dia bilang kalo gue menang, pacarnya bakal jadi milik gue." jawab Ryesha menjelaskan apa yang telah terjadi.
"Orang gila"
"Dia rela jadiin pacar sendiri taruhan?!"
"Terus kalau misalnya kita kalah?"
"Sparing nya dimana?""Kalau misalnya kita kalah, dia mau gue pindah dari sekolah, gak tau apa alasannya. Terus untuk lokasi sparing nya di lapangan Gelora Indah, dimulai minggu depan"
Anggota tim lainnya mengangguk mengerti, dan mulai latihan dengan serius mempertahankan harga diri masing masing untuk minggu depan.
Hingga satu minggu telah berlalu, Ryesha dan teman se-tim nya pergi ke lapangan Gelora Indah dengan percaya diri atas kerja keras mereka telah berlatih selama satu minggu penuh.
Sesampainya di depan lapangan tersebut, mereka semua bisa melihat Marcel dan tim nya yang ternyata telah menunggu mereka datang.
Mereka semua memarkirkan masing-masing sepeda motornya terlebih dahulu, lalu pergi mendekati Marcel.
"Siap buat mempertaruhkan harga diri? Hahaha" ejek Marcel sambil tertawa, begitu juga dengan rekan tim nya.
Ryesha dan rekan tim nya tidak ingin ambil resiko dan memilih untuk diam, menjaga image jika sewaktu-waktu mereka kalah.
Mereka semua masuk ke dalam lapangan tersebut.
Baru melangkah 5 kali, Ryesha dibuat terkejut.
Karena, didalam lapangan tersebut banyak penonton yang datang untuk melihat pertandingan mereka.
Dan ternyata rata-rata penontonnya murid dari sekolah Ryesha. Tidak heran karena Marcel adalah anak populer di sekolahan nya. Karena dia adalah ketua basket yang berkuasa disekolah.Kedua tim tersebut berkumpul di tengah-tengah lapangan. Lalu sang wasit menjelaskan peraturan peraturan apa yang tidak boleh dilakukan saat permainan berlangsung.
Sambil mendengarkan, Ryesha sekali kali melirik kearah penonton. Dan benar saja, ia melihat Yocelyn sedang duduk dipojokan, matanya terlihat seperti habis menangis, dan wajahnya yang murung.
Mungkin karena dirinya dengan tega dijadikan taruhan oleh pacar sendiri.
-To be continued
Marcel ga tau kalo Ryesha MC di cerita ini, belagu banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE DAY, LATER - RYEJI
Romance"Gak ada dalam kamus hidup gue yang namanya nt, walau segender akan tetap gue terobos" ✎ Disclaimer - fiksi 100% tidak ada kaitannya dengan pihak manapun - gxg (homophobic dni please) - contains harsh words (18+) Ikutin terus ceritanya.. sampai si...