Suasana

43 28 3
                                    

Lambat setiap kehidupan berjalan dengan keadaan yang dewasa dan penuh rintangan.

Jimmy menemui diriku tepat di depan rumah. Pesan-pesan yang terkirim tidak ku baca, karena persiapan pelajaran dan Olimpiade penuh banyak waktu.

Membawa sebuket bunga dengan hadiah berbentuk kotak love melingkar di tangannya. Mindset kehidupan dirinya sangat terpampang kehidupan penuh kemewahan.

Dia memberikan senyuman hangat ke diriku, kupandang penuh ketenangan batin, ragaku telah menolak dirinya, terasa muak melihat dirinya.

Kutemui dirinya yang menunggu di depan mobilnya, Dia memberikan cokelat itu dan berkata
"Selamat ulang tahun, aku tahu tiap kesalahan diriku ini bersumber dari perilakuku. Keinginan memiliki dirimu besar, bacalah perjanjian itu dan pikirkan lagi (memberikan bunga dan kotak hadiah itu) ".

" (Menolak) maaf, aku tahu kamu memberikan penuh ikhlas. Tetapi aku tidak ingin menerimanya ". Jawab Jirah meninggalkan Jimmy.

Tidak memandang kebelakang dan terus berjalan kaki menjauh darinya.

Menikmati alunan jalan, penuh macet dan juga melewati taman bunga yang belum pernah ku lewati.

Melihat anak kecil menjual bunga, tersentuh untuk membelikan.
"Berapa bunga ini semua, dek? ".

" Ini kak harganya Rp 5.000 kak. Untuk kakak saya diskon Rp 25.000 jika membelikan semua bunga ini ". Jawab adik itu menggemaskan.

Memberikan uang lebih kepada adik itu dan memberikan pelukan hangat agar tetap semangat menjalaninya. Adik itu tanpa enggan memeluk erat kembali tubuhku dengan penuh perhatian.

Membagikan bunga kepada orang tua dan anak-anak, karena sedikit memberikan kebahagiaan dan sedekah kepada adek yang menjual bunga.

Kulabaikan tangan dan pergi meninggalkan adik itu, waktu yang singkat kulalui.

Bel telah berbunyi, terdengar dari gerbang sekolah. Kulihat Ferry memperhatikan buku dan tidak melihat aku di belakangnya.

" Fer, selamat pagi ". Sapa Jirah.

" Heh, Jirah. Akhirnya bisa bareng nih ke kelas ".

Aku hanya mengangguk saja, berdua kami pergi menuju kelas. Ku pelajari tugas-tugas dan Olimpiade di kelas. Tidak pergi ke kantin melainkan membuka buku.

Buku itu berserakan di mejaku, tak kusadari seseorang memberikan aku gorengan.

" Nih,ambil jangan terlalu serius belajar". Ucap Ferry menawarkan gorengan.

" Iya sih, terimakasih Fer ". Menerima gorengan itu dan memakannya.

Sedang asik makan, Guru memasuki kelas karena jadwal pelajaran akan segera di mulai.

Kuambil tisu di tasku, dan meletakan di tisu. Guru memandangku dan berkata
" Tidak apa-apa habiskan jajananmu sekarang ".

Memandang guru dan tersenyum sambil mengeluarkan gorengan dari tisu dan memakan lahap. Melahap semua itu, ku berikan ucapan terimakasih.

Tak ada satupun, murid masuk kembali.
Hanya terdengar suara detik jam. Memandang setiap sudut ruangan. Hanya ada Aku, Ferry, dan Guru.

Tak berselang waktu lama, murid kembali beramai-ramai untuk memasuki kelas. Guru memberikan senyuman dan mempersilahkan mereka masuk.

" Mengapa mereka sangat terlambat masuk kelas? ". Pikiranku berkata.

Kutanya Jeje teman sebangku
" Je, kenapa kalian lama bener masuk kelasnya? ".

" Sebelumnya ada yang berantam sesama cowok ". Jawabnya dengan nada pelan.

Guru memberikan degupan suara, sampai terdengar ke murid lain.
Ku ahlikan pandangan dan pura-pura melihat Guru.

Berlanjut pelajaran sampai selesai. Terdengar suara dari toa, akan pengumuman untuk Olimpiade, berkumpul di lapangan sekolah.




Kasih, Harapan, dan Cinta DarimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang