"Mau gue jadi manusia setengah robot gini?" Suara Seonghwa pecah di studio kecil yang penuh alat make-up, lampu-lampu terang, dan... aura aneh yang kayak nggak pernah keluar dari situ. Dia duduk dengan kaos belel warna abu-abu yang sudah mulai kehilangan identitasnya sebagai pakaian, sementara Yeosang sibuk ngoprek kotak alat kayak tukang servis elektronik.
"Yaelah, percaya aja deh. Ini gue udah riset, bakal keren banget, sumpah!" Yeosang nyengir, rambutnya yang warna ungu agak beleber kena keringat. Dia nyenggol cermin yang hampir roboh dengan lutut, terus nyaut lagi, "Lagipula, kapan lagi lu bisa jadi Iron Man KW cuma modal muka ganteng?"
"Nggak ada urusan muka ganteng. Lu tuh emang seneng aja nyiksa gue pake alat-alat aneh lu itu!" Seonghwa menatap Yeosang dengan tatapan tajam yang sama sekali nggak tajam. Kalau matanya bisa ngomong, mungkin dia bakal bilang, 'gue cape, bro.'
Yeosang mendekat dengan alat prostetik yang bentuknya kayak gabungan antara gigi vampir dan alat peraga anatomi dari lab biologi SMA. Dia nunjuk ke kursi, "Udah deh, duduk. Percaya aja sama gue. Gue tuh artis efek khusus, bukan tukang masak yang ngarang resep!"
Seonghwa menghela napas panjang. "Kalau muka gue beneran jadi kayak alien abis ini, lu gue sumpahin jadi figuran drama murahan seumur hidup."
"Drama murahan juga punya jiwa seni, bro," jawab Yeosang sambil cengengesan. Tangannya mulai nyoret-nyoret wajah Seonghwa dengan kuas kecil. Tapi ada sesuatu di matanya, kayak sinar aneh antara dedikasi penuh atau... obsesi. Seonghwa nggak tahu pasti. Yang jelas, tangan Yeosang gerak secepat blitz lampu kamera.
"Lu udah makan belum?" tanya Seonghwa tiba-tiba, suaranya setengah ogah.
Yeosang meliriknya sekilas, "Kenapa? Mau traktir?"
"Nggak. Gue cuma takut lu pingsan di tengah jalan terus muka gue jadi setengah makeup setengah bencana alam."
"Santai aja. Gue masih kuat kayak tiang jemuran."
Prosesnya berjam-jam, dan Seonghwa udah nggak tahu harus gimana lagi ngabisin waktu selain sesekali ngedumel kayak bapak-bapak nunggu nasi goreng kelar dimasak. "Ini kapan kelar, sih? Gue udah kayak manekin yang dipake buat uji coba makeup buat kontes Halloween."
Yeosang cuma ketawa kecil, tapi ada sesuatu yang aneh dalam ketawa itu. "Lu tau nggak," dia mulai bicara pelan, kayak narator film indie, "kadang gue pikir lu tuh sebenernya bukan model buat karya gue, tapi karya itu sendiri. Kayak lu emang diciptakan buat gue ubah-ubah sesuai mood."
"Sori, apa?" Seonghwa nyengir tipis, matanya setengah menyipit. "Lu ngomong gituan di depan gue, apa jangan-jangan gue ini kanvas hidup buat semua ambisi aneh lu?"
Yeosang berhenti sejenak, tatapannya nggak lepas dari mata Seonghwa. "Ya. Dan jujur aja, gue nggak yakin gue bakal nemu model lain yang lebih..." dia berhenti sebentar, "...sesempurna lu."
Seonghwa membuang napas, setengah mau ketawa. "Udah-udah, simpan gombalan lu buat fans Instagram aja, bos. Gue udah kebal."
Tapi dalam diam, ada sesuatu di antara mereka yang nggak diucapin. Ada cara Yeosang megang wajah Seonghwa, lembut tapi tegas, kayak seorang ilmuwan yang lagi ngecek eksperimen terakhirnya sebelum nobel datang.
"Coba buka mata lu." Yeosang akhirnya mundur dua langkah, mukanya nyaris kayak seniman yang baru kelar bikin lukisan buat pameran di galeri mahal.
Seonghwa buka matanya, terus melongo. Refleks dia angkat tangannya buat ngecek apa itu bener mukanya sendiri yang ada di cermin. "Anjir... Gue keliatan kayak villain Marvel yang belum dapet origin story."
Yeosang senyum kecil, kayak puas tapi nggak sepenuhnya. "Lu keliatan... luar biasa."
Seonghwa menatap Yeosang dari bayangan di cermin. "Luar biasa aneh, maksud lu?"
Yeosang nggak jawab. Dia cuma jalan mendekat, kali ini lebih pelan. Tangannya menyentuh bahu Seonghwa, dan napasnya terasa di leher Seonghwa yang sekarang mulai tegang. "Lu ngerti nggak sih, setiap karya gue cuma punya makna karena ada lu di situ?"
"Sang," Seonghwa menoleh, matanya menatap lurus. "Jangan mulai omongin hal-hal eksistensial. Gue lagi laper, dan lu ngomong kayak gitu bikin gue makin nggak ngerti dunia ini."
"Gue serius." Yeosang menatap Seonghwa dalam-dalam. "Gue nggak butuh model lain. Gue nggak butuh orang lain. Gue cuma butuh lu."
Seonghwa tertawa kecil, tapi nadanya agak gugup. "Lu tau nggak, kalo ini adegan di film, orang-orang di bioskop udah pada nyorakin kita sekarang?"
"Biarin aja." Yeosang makin mendekat, ibu jarinya menyusuri rahang Seonghwa yang masih dingin karena makeup prostetik. Dunia di sekitar mereka kayak berhenti. Atau mungkin itu cuma efek lampu neon studio yang emang suka kedap-kedip kalau kabelnya longgar.
"Lu, bro," suara Seonghwa pelan, hampir kayak bisikan, "gue nggak tau apa gue harus terharu, takut, atau sekalian kabur dari studio ini."
Yeosang ketawa kecil, tapi matanya nggak lepas dari Seonghwa. "Gue janji, abis ini gue traktir makan."
"Bagus." Seonghwa ngangguk. "Tapi kalau makeup ini nggak bisa lepas, lu bayar terapi gue seumur hidup."
![](https://img.wattpad.com/cover/357262320-288-k320352.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Exquisite Episode • All × Seonghwa
Fanficbottom!Seonghwa / Seonghwa centric ©2023, yongoroku456