☀️dua🌻

178 21 2
                                    

Sudah semenjak satu minggu yang lalu dimana thorn bertemu dengan orang yang menurutnya aneh. Dia juga sudah memberanikan diri mengintip di setiap ruang kelas sepuluh hanya untuk mencari sosok oorangyang ia anggap aneh.

Bel pulang sekolah sudah bunyi 15 menit yang lalu tapi keberadaan kakaknya tidak kunjung muncul. Emang semenjak gempa masuk semester tiga dia jadi suka terlambat menjemput adiknya.

"thorn?"

Lamunan thorn buyar saat seseorang memanggilanya sambil memegang pundaknya. Matanya membola saat melihat siapa yang menyapanya tadi, tidak seperti dugaannya ternyata solar yang memanggilnya.

"ishh solar ngagetin aja" kesal thorn sembari menurunkan lidah topinya mengingat sinar matahari mulai menyengat kulit wajahnya.

Solar terkekeh sebelum pat pat kepala thorn yang tertutup topi "kenapa belum pulang?"

"kakak belum jemput"

"mau pulang bareng?"

"nggak bisa, kasian kakak kalo beneran jemput tapi thorn udah pulang duluan"

"pindah tempat aja gimana? Disini panas, mukamu merah tuh"

"nggak papa, thorn biasanya nunggu di sini soalnya"solar mangangguk paham

Setelahnya mereka hanya diam tidak ada topik untuk di bicarakan kembali. Seakan mengingat sesuatu, thorn menatap solar yang di balas dengan senyuman ramah seperti biasanya.

"solar kelas berapa sih? Thorn cariin kok nggak ketemu ketemu"

"eh kenapa saya dicariin?"

"mau nambah temen aja hihihi" ujar thorn tersenyum lebar menampilkan gigi rapihnya.

Lagi lagi solar tertegun melihat senyum thorn yang amat sangat manis. Tangannya terangkat mengusap kepala thorn membalas senyumnya "kelasku sebelah kelasmu"

"kenapa nggak pernah keliatan kalo istirahat?"

"aku di lab setiap istirahat, kalo thorn mau, samperin aja pasti aku ada kok"

Thorn mengangguk polos menggoyahkan iman solar untuk tidak mencubit pipi tembem thorn. Bisa di rasakan tekstur lembut dan kenyalnya pipi thorn saat solar mencoba untuk mencubitnya. Rasanya solar amat sangat ingin menggigitnya.

"pwipwi thrown swakit swolar" ujar thorn berusaha menyingkirkan tangan solar dari pipinya. Bukannya lepas justru solar malah semakin mengunyel ngunyel pipi thorn sampai si empu merengek keras.

"eh thornie kenapa? Aduh jangan nangis dong maaf deh" panik solar

"huh pipi thorn sakit tau!"

"maaf, thornie jangan marah dong"

"isshh kenapa jadi thornie sih? Nama thorn itu thorn!"

"emang nggak boleh?"

"terlalu imut, tapi senyaman solar aja deh"

Melihat thorn yang menggembungkan pipinya tangan solar kembali naik mengelus kepala thorn. merasa kurang nyaman thorn menghentikan tangan solar yang masih betah mengelus kepalanya.

"solar kenapa suka pat pat kepala thorn?"

"kenapa?"

Thorn menggeleng pelan "nggak papa, jawab aja"

"kamu geemesin, manis saya suka"

Mendengar jawaban solar, thorn langsung menepis kasar tangan solar yang masih di pegangnya. Wajahnya yang tadi menatap polos sudah berubah dingin tanpa sebab

"jangan bercanda" ujarnya dingin.

"thornie? Ada apa?" solar memegang pipi thorn mengusapnya lembut.

"lepas" balas thorn menepis tangan solar dari pipinya, kemudian berdiri dan meninggalkan solar yang masih terdiam dengan perubahan ekspresi thorn yang sangat drastis.



Thornie🌻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang