☀️sepuluh🌻

113 13 2
                                    

"akhh s-solar hiks sakithh huwaa"

"tahan thornie.. Bentar lagi keluar nih"

"hiks pelan pelan, sakit hiks solar"

"dikit lagi, tahan ya"

"akkhhh!! Huaa sakit udah udah gak tahan.. Abang huhuhu tolongin thorn" jerit thorn lagi saat solar menekan kuat kakinya.

"pak supra, duri beneran nggak papa kan? Sori kasian liat duri" tanya sori yang tengah duduk di pangkuan supra yang memeluk pinggang sori erat.

"shutt diam" supra yang memang sudah tidak tahan dengan jeritan thorn pun berdiri menggendong sori seperti koala keluar dari ruangan labnya. Gendang telinganya serasa mau pecah mendengar jeritan thorn yang sudah berjalan 15 menit yang lalu, belum juga sori yang meronta ingin turun dari pangkuannya untuk menolong thorn.

"eh pak mau kemana?! Turunin sori, sori masih mau sama duri"

"sorii huhu jangan tinggalin thorn!"

"duri maafin sor_" suara sori tenggelam setelah pintu lab tertutup karena memang di desain kedap suara.

Thorn menatap solar yang masih duduk di depannya meminta berhenti. Bukannya berhenti solar malah semakin menekan telapak kaki thorn dengan kuat.

"HUEEE SAKIT!! hiks solar jahat"

"udah jangan nangis ini juga udah selesai"

"hiks Beneran?" thorn bengong mengusap air matanya menggunakan punggung tangan, ia mendongak untuk menatap seseorang yang lebih tinggi darinya sambil memperlihatkan serpihan kaca.

Mulutnya menganga lebar mengecek telapak kakinya yang sudah di balut dengan kasa. Dia membelai penuh kasih telapak kakinya yang terluka membuat solar menahan tawanya.

"apa hiks liat liat?!" tanya thorn judes dengan wajah yang di buat marah agar terlihat keren dan cool, Padahal ingusnya masih meler terjun ingin keluar.

"lain kali kalo mau masuk lab pake sepatu ya adik kecil" peringat solar mencubit pipi merah thorn yang langsung di tepis kasar oleh si pemilik pipi.

Thorn melotot "nggak usah sok akrab, kita nggak kenal"

Thorn hendak berdiri sebelum di dudukkan secara paksa oleh solar, sebenarnya dia sangat senang solar kembali memperhatikannya lagi, tapi dia merasa canggung dan tidak enak terhadap solar.

Mereka saling diam satu sama lain dengan degup jantung yang sama sama berdetak kencang. Sejujurnya solar juga bingung ingin melakukan apa pada thorn, dia hanya ingin dekat dengan orang yang sudah lama ia jauhi ini. Sudah cukup, dia tidak bisa lagi menahan rindunya pada remaja manis ini.

"kenapa?" tanya thorn memecahkan keheningan, isak tangisnya juga sudah berhenti menyisakan ingusnya yang masih terjun ingin keluar.

Solar berdehem "kakimu terluka" ucapnya melepaskan tautan tangannya di pundak thorn, sedangkan thorn hanya menatap nanar kakinya yang memang terasa nyeri.

Ini semua berawal dari sori yang menarik paksa dirinya untuk pergi ke lab menemui pak supra sampai dia lupa mengenakan sepatu. Thorn tidak sengaja menginjak serpihan botol kaca di ruang lab yang mengakibatkan pertemuannya kembali dengan solar.

Solar berjongkok di depan thorn dan menyuruh thorn naik ke punggungnya. Karena memang kaki thorn sakit dia menurut saja.

Semua rencananya gagal total saat solar menggendongnya keluar lab menuju ke uks(?).

Thorn menghela nafas pelan, menumpu dagunya di bahu solar. Dia sudah terbiasa dengan tingkah solar yang tidak bisa dia tebak dengan mudah.

🐾🕊

Thornie🌻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang