☀️duabelas🌻

130 15 2
                                    

Setelah acara drama kaki kesemutan, kini Thorn mengikuti langkah besar solar menuju area parkir. dia tidak mau lagi menunggu kakaknya yang kalo jemput suka ngaret setengah jam setelah bel pulang. Lagipula solar sendiri yang nawarin thorn pulang bareng, jadi apa salahnya kan?

Saat di jalan pun mereka hanya saling diam tanpa ada yang mau membuka suara. Solar yang lebih memilih fokus dengan jalan, sedangkan thorn hanya diam sambil mendengarkan lagu. Sepertinya dia sudah tidak terlalu canggung dengan solar.

Mereka melewati jalan dengan suasana yang ramai akan padatnya jalanan dan penjual mainan dan makanan di tepi jalan dengan grobak grobak yang berjejer rapih memperlihatkan dagangannya.

Tertarik dengan sesuatu yang menurutnya menarik, solar menepikan motornya hendak mendekati kakek kakek yang tengah duduk di kursi plastik sambil memegang barang dagangannya.

"kenapa berhenti?"

"tunggu sebentar nggak papakan? Panas ya?"

Thorn menggeleng, dia masih duduk anteng di atas motor sambil melihat ke arah matahari yang tengah tertutup awan. Melihat lukisan indah di atas sana dengan burung burung yang tengah membentangkan sayap menembus tebalnya awan.

Saat solar datang pun thorn masih menengadah ke atas sembari bergumam 'woahh' berkali kali. Solar terkekeh mengarahkan balon berukuran besar tepat di hadapan thorn yang berjingkat kaget.

Sebuah balon transparan berukuran besar yang di tengahnya terdapat balon kecil berbentuk kelinci dengan lampu LED yang mengalilingi balon transparan tersebut.

"apa?"

"buat thornie, balonnya cantik. Nih pegang, biar makin cantik kalo di pegang thornie"

thorn menatap balon itu sejenak lalu mengambilnya "um.. makasih"

Solar kembali melajukan motornya menembus padatnya jalan.

Sebenarnya thorn tidak terlalu suka dengan balon, tapi kalo di lihat lihat balonnya lucu juga. Dia tersenyum indah dengan mata menuju ke arah balon, ah tidak! Lebih tepatnya senyuman indah itu ia berikan pada si pemberi balon.

selang beberapa menit mereka sampai di rumah thorn, tentu saja langsung di sambut hangat oleh gempa yang kebetulan duduk di depan teras sembari memangku i-pad nya.

"lah udah sampe aja dek? Bareng solar ya? Padahal baru juga mau kakak jemput" ujar gempa.

"kalo thorn nungguin kakak yang ada thorn gosong duluan"

"heh,  ka_" ucapan gempa terpotong saat suara teriakan bernada rengekan sori yang memanggil thorn dari dalam rumah.

"duri my twins! Sori kangen huwee" rengek sori memeluk thorn dari samping.

"duri ih lepasin! Jangan peluk peluk. tiga hari sori ngilang ke mana aja hah?!" marah thorn tak membalas pelukan sori. Dia marah, sori pergi tanpa mengabarinya terlebih dahulu.

"ini salah daddy! daddy jahat nyuruh sori jauh jauh dari duri"

"nggak boleh nyalahin daddy"

"tapi kan emang bener gitu"

"sori"

"huh iya iya maafin sori"

sori melirik ke arah balon yang di bawa thorn lantas tersenyum "itu buat sori kan?"

Thorn mengikuti arah pandang sori yang tengah menatap balinnya penuh binar, lalu thorn melirik ke arah solar yang juga menatapnya dengan senyuman kecil.

"bukan, sori kalo mau beli sendiri sana"

"kenapa? Thorn kan nggak suka balon"

"thorn suka sama balonnya. Kata penjual balonnya, balonnya cantik kalo thorn yang pegang" ucap thorn lirih dengan wajah memerah, gelak tawa yang tertahan terdengar dari mulut gempa dan sori yang merasa lucu dengan balasan thorn.

Thornie🌻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang