☀️tujuh🌻

142 15 14
                                    

Jam menunjukkan pukul 7 malam, saatnya jadwal makan malam untuk thorn. Seperti biasanya, thorn makan sendirian di ruang makan yang lebar.

Hening, itulah kata yang menggambarkan suasana di ruang makan. Hanya ada suara gemricik air hujan dan suara dentingan nyaring dari piring dan sendok thorn yang beradu.

Jangan tanyakan di mana Para anggota keluarganya yang lain. Florest menemani voltra bekerja di kota lain, halilintar sudah kembali ke kota sebrang untuk melanjutkan kerjanya, gempa tinggal di apartemen, sedangkan sori tengah mengurus rumah barunya.

Tak apa, thorn sudah biasa. Tapi walaupun sudah terbiasa tetap saja tak enak, rasanya dia sangat ingin mengeluh. Namun dengan siapa dia mengeluh?

"tuan muda, saya izin pulang" pamit pelayan memecahkan keheningan. Namanya mbak rena, dia adalah juru masak jika flores tidak berada di rumah atau sibuk.

Thorn terjengkit kaget "mbak nggak mau nemenin thorn aja sampe selesai makan?"

"maaf tuan muda, suami saya sudah menjemput"

"ahh bergitu ya, hati hati ya mbak" ujar thorn memaksa untuk tersenyum. Seharusnya thorn memang sudah selesai dari tadi, cuma dia memakannya dengan pelan agar lebih lama.

Setelah selesai, thorn cepet cepet mencuci piring bekas makannya tadi karena pelayannya sudah pulang.

Thorn berjalan naik kekamar dengan lemas, sungguh sepi sekali malam ini. Ia memasuki kamarnya yang terlihat gelap gulita lalu ia duduk di depan jendela memandang tetesan demi tetesan air yang jatuh dari atap.

"hah... Mama papa.. " thorn menempelkan dahinya pada kaca jendela, matanya berkaca kaca memandang kosong bulan yang bersinar terang sendirian di langit malam yang mendung. Sendirian seperti dirinya.

Thorn menghapus air matanya yang mengalir tiba tiba di pipinya, suara bel rumah menggema di sunyinya malam tanpa berhenti. Suaranya memang terdengar nyaring sampe di kamar thorn.

Terpaksa thorn keluar dari kamarnya melangkah menuju pintu utama.

"aihh thorn takut, nanti kalo yang dateng hantu gimana?"

"apa mbak rena balik lagi ya?"

"duh buka nggak ya.. Nanti kalo beneran hantu gimana?!" wajah thorn berubah cemas, dengan pelan dia membuka tirai jendelanya sedikit untuk melihat siapa yang berkunjung.

Mata thorn terbelalak melihat siapa yang datang. Seseorang mengenakan hodie putih tulang dengan kepala tertunduk yang tertutup tudung.

"pe-penculik!! Mama papa huhuhu tolongin thorn" thorn menggigit jarinya menyeder pada pintu dengan badan yang bergetar. Berbagai Pikiran negatif mulai bermunculai di kepalanya.

"thorn! inget! Kata kak gem thorn gak boleh takut! Ayo thorn pasti bisa!" ujarnya menguatkan dirinya sendiri.

Thorn mulai membuka kunci pintu, tangan kanannya sudah siap untuk memutar knop pintu dan....

Duarr!!

"HUAAAAA"

Setelah thorn membuka pintu suara petir terdengar membuat thorn melompat ke memeluk lelaki yang memakai hodie putih tersebut.

"stt.. tak apa thornie"

Panggilan bernada lembut membuat thorn yang menyembunyikan wajahnya di dada orang tersebut mendonga menatap manik indah berwarna perak jernih milik si lelaki. Seketika mulut thorn terbuka melihat siapa yang datang dan di peluknya.

"solar!! Kenapa kesini?! Solar ujan ujanan?! Ayo masuk di luar dingin!" ujar thorn menarik narik tangan solar agar mau masuk. Tapi solar tetap tidak bergeming, tidak mau melangkah masuk. Dia menyodorkan satu papper bag bermotif bintang pada thorn dengan senyumannya.

Thornie🌻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang