☀️sebelas🌻

137 13 6
                                    

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan thorn masih membaca buku sambil rebahan di atas ranjangnya. Malam ini thorn benar benar sendiri seperti biasanya karena sori tengah berkunjung di apartemen halilintar untuk belajar bisnis dengannya.

Thorn bangun dari rebahannya, kepalanya menunduk dengan tangan yang mengurut pelipisnya saat tiba tiba dia merasakan pusing dengan pandangan yang mulai memburam.

"ughh.. Sak-kit.." gumamnya sambil terus memijat pangkal hidungnya.

Tanpa melihat thorn mengambil ponselnya yang di letakkan di atas tumpukan buku, segera mungkin dia mencari kontak gempa untuk meneleponnya. Tapi setelah dicoba berkali kali gempa tak kunjung menjawab telponnya membuat thorn semakin meringis menahan sakit.

Tanpa memikirkan apa apa lagi thorn langsung menekan kontak solar yang kebetulan ada di bawah kolom chat kakaknya. Dia akan mencoba meneleponnya, Cukup membutuhkan waktu sampai solar mengangkat telfonnya. Bahkan thorn sudah menghubunginya lebih dari dua kali. Sampai di panggilan ke empatnya, tanpa lama lama solar langsung mengangkat panggilan telpon thorn.

"halo?" suara solar terdengar dengan hembusan nafas yang terengah engah.

"so-solar.. Solar dimana?"

"thornie? Ada apa? Thornie baik baik saja kan? Maaf ya tadi ada kandala jadi telat angkat telpon thonie"

Thorn menggeleng "humm.. solar dimana?"

"dirumah, kenapa?"

"thorn takut di rumah sendiri"

"5 menit aku sampe"

"hm..."

Telfon terputus sepihak dan thorn kembali membaringkan tubuhnya dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut.

Tak lama kemudian Suara dering bell rumah berbunyi nyaring di tengah sunyinya malam di rumah thorn. Dengan sisa tenaga yang thorn punya dia bangkit dari tidurnya, berjalan keluar kamar menuju pintu utama untuk melihat siapa yang bertamu di malam hari.

saat membuka pintu, wajah yang berseri dengan senyum sumringah solar berikan pada thorn. Tentu saja thorn tidak kaget dengan kedatangan pemuda ini, karena yang menuntut kehadiran solar sendiri adalah dirinya.

tanpa aba aba yang jelas, solar langsung mendaratkan pelukan pada tubuh thorn yang jelas tak di balas karena bingung alasan solar memeluknya.

"thornie balas pelukannya. Diluar tadi dingin banget" ucap solar semakin mengeratkan pelukannya. Thorn mengangguk membalas pelukan solar dengan ragu, dia tak memiliki banyak tenaga untuk memberontak seperti biasanya.

Solar mengerutkan keningnya saat merasakan suhu panas yang menjalar di tubuh thorn di pelukannya. Pemuda itu menarik thorn sembari mengecek suhu tubuh thorn dengan meletakkan telapak tangannya di kening thorn.

Bisa di rasakan suhu panas yang tinggi ia rasakan saat menyentuh kening pemuda manis di hadapannya.

"thornie sakit?"

Thorn mengangguk menatap sayu solar dengan wajah yang merah akibat demam. Dia tak bisa berbohong, kelapanya terasa berputar kali ini, kakinya juga melemas karena suhu dingin yang menerobos masuk melalui pintu yang masih terbuka.

"kenapa nggak bilang ke mama"

"kasihan kalo harus pulang dadak"

Setelah mendengar jawaban dari thorn solar menutup pintu dan menguncinya lalu menggendong thorn menuju kamar. Sesampainya di kamar, solar menatap tumpukan buku yang berserakan di atas kasur yang sepertinya tadi tengah di pelajari oleh thorn.

Thornie🌻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang