Chapter 3

161 57 22
                                    

Jennie pov

Suasana menyenangkan kini melingkupi pagiku, melihat putriku yg sangat gembira sudah mampu membuat hatiku membuncah tak karuan.

Alasan sederhana, ia bisa melihat kursi mommynya kini terisi dan menatap sang ibu yg ikut sarapan bersama setelah beberapa bulan tak mendapati momen ini.

Bahkan putriku itu sedikit melupakan suapan di mulutnya karna asik menatap kearah mommynya.

"Lily, ayo segera dihabiskan sayang. Sebentar lagi kita harus berangkat nak", ucapku menyadarkannya.

"Ah ne amma..., lily telpecona dengan mommy hihi, mommy cantik cekali", ucapnya polos sembari masih memperhatikan lisa yg masih sibuk dengan makanannya.

Aku hanya diam tanpa komentar dan berinisiatif menyuapkan potongan roti kemulut kecilnya.

"Mommy memang cantik, tapi lily harus tetap makan biar cepat besar dan jadi secantik mommy", ucapku lembut padanya

Namun tanpa diduga ditengah cengkrama tenang itu, lisa bangkit dengan kasar dari kursinya mengagetkan lily dan juga diriku yg masih menyuapi putriku itu

Tanpa kata ia pergi dan meninggalkan kami yg masih diam ditempat tanpa tahu melakukan kesalahan apa kali ini.

"Apa mommy kecal dengan lily amma?, lily nakal ya amma?", tanya lily sendu membuatku terluka.

Gadis kecilku itu merasakan hal yg harusnya tak perlu ia pikirkan lagi.

"Aniya putri amma tidak nakal, mommy pasti buru² jadi pergi begitu saja. Sudah kita juga harus berangkat sayang", ucapku mengalihkan topik mencoba membuatnya lupa.

Lily hanya mengangguk dan meminta masuk dalam gendonganku.

Selama perjalanan aku hanya memperhatikan raut wajah lily yg berubah sendu dengan sesekali menghela nafasnya tak karuan.

Matanya memandang jauh pada kaca mobil yg berjalan cukup kencang. Aku sedikit mengebut karna ingin lily segera sampai di sekolah dan bertemu teman²nya, setidaknya itu akan membuatnya lupa akan kejadian tak enak pagi ini.

....

Lily baru saja masuk dan sedikit berubah ceria setelah teman²nya menghampiri dan membawa gadis kecilku bermain di taman.

Setidaknya kini aku bernafas sedikit leluarsa karna rasa sesak yg sedari tadi mencekik jantungku.

Setelah memasuki mobil, nyatanya airmataku lagi² luruh. Rasanya sesak dengan segala penolakan² yg terjadi.

Jika dahulu aku menerima segala penolakan lisa akan diriku, tapi ketika lily. Hingga kinipun aku tak dapat mengontrol hatiku.

Lisa yg sangat enggan menerima kehadiran lily selalu membuatku terluka. Entah bagaimana lagi caraku untuk membuatnya bisa melirik kearah putri kami.

Aku hanya ingin lily mendapat pelukan hangat ibunya. Sedari ia hadir di dunia, ia hanya merasakan pelukanku. Bahkan ketika kata pertamanya adalah mommy tapi hingga kinipun lily tak pernah mendapati namanya disebut oleh ibunya sendiri.

Rasanya aku adalah sebuah kegagalan besar untuk putriku sendiri. Karna keegoisanku lily harus mendapat semua penolakan yg bagiku saja sangat menyakitkan.

Persahabat kami yg dahulu rusak karna ku, karna keegoisan untuk memenuhi permintaan kedua orangtua kami.

Dan menghadirkan lily juga adalah bentuk keegoisanku yg lain. Aku menyakiti lisa terlalu banyak, luka demi luka kutaruh disekujur tubuhnya.

Jika ditanya apa aku mencintai lisa, maka aku akan lantang mengatakan jika hanya lisa yg dapat mengisi hatiku. Meski nyatanya semua hanya akan menjadi angan²ku untuk dapat memilikinya.

Mon Amour BriséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang