Chapter 8

287 64 71
                                    

Author pov

Siapa yg menyangka jika rasanya luka akan semenyakitkan itu. Luka yg sengaja ataupun tak disengaja semua rasanya akan sama.

Entah bagaimana cara manusia menanggapinya, ada yg mencoba melupakannya ada pula yg perlahan berdamai dengannya.

Orang gila mana yg akan berteman dengan luka?, nyatanya pertanyaan itu memiliki jawaban bahwa orang gila itu pasti ada diantara milyaran manusia yg ada.

Akal manusia nyatanya mengontrol segalanya. Memberi keputusan agar manusia dapat melanjutkan hidupnya. Sayangnya terkadang akal tak ingin selaras dengan hati. Seringnya ia memaksa hati untuk dapat ikut dengan caranya.

Alasannya sederhana. Ia hanya ingin melindungi bahkan berlindung agar sang pemilik tak semakin terluka atau larut dalam lukanya.

Kiranya itulah yg terjadi pada lisa.

Sore itu ia harus terlibat kecelakaan beruntun yg menyeret mobilnya ikut dalam kekacauan. Beruntung posisi mobilnya menjadi yg ke lima diantara deretan mobil yg menjadi korban runtutan kecelakaan.

Ia selamat meski di keningnya terdapat luka karna terbentur dengan setir kemudi.

Bagian depan mobilnya yg terbilang cukup hancur menjadi saksi betapa kerasnya benturan yg ia terima.

Namun, seolah semua bukanlah hal besar, dengan terhuyung dan tertatih lisa mencoba keluar dari mobil dan membawa kotak hadiah milik lily yg beruntung tidak mengalami kerusakan.

Jarak rumahnya hanya sekitar 5 menit lagi, di pikirannya ia bisa menempuh hal itu dengan berjalan kaki sedikit lebih cepat.

Tapi sepertinya tuhan sedikit tak berpihak padanya, kakinya yg berbalut heels  kini terasa sangat menyakitkan.

Saat melirik kesana, terdapat goresan cukup besar yg entah sejak kapan merobek kulitnya.

Lagi² lisa enggan peduli, ia kembali melanjutkan langkah dengan perlahan. Kepulan asap dari mobil² yg bertabrakan membuatnya sedikit bergidik dan sekaligus bersyukur ia tak menjadi salah satu korban yg berlumuran darah disana.

Lisa melanjutkan langkah lambatnya, hingga ia akhirnya tiba di hadapan rumahnya yg tampak ramai dan meriah.

Hatinya kini membuncah, perasaan akan senang kini bergulung memeluk jantungnya. Meski sedikit berantakan tapi ia masih tampak cantik dengan sedikit noda darah yg mengalir.

Langkahnya cepat dengan senyum yg kian terpancar apalagi kini ia dapat melihat putrinya dalam balutan gaun biru muda yg membuat gadis itu semakin mempesona.

Namun seketika langkahnya terhenti tertatih saat telinganya dengan jelas menangkap ucapan yg begitu benar adanya dari mulut anaknya
sendiri

"Eum...amma ayo kita mulai acaranya, bukankah mommy sedang sibuk bekerja amma?" Lagipula disini sudah ada aunty jisoo"

Seketika tubuhnya melemah, sedikit kata dari putrinya ternyata mampu membuatnya mati ditempat.

Lisa menghentikan langkahnya disana. Berdiri dengan tubuh bergetar seraya memeluk erat kotak kado yg ia ingin tujukan pada lily.

Dari luar sana dengan jelas ia bisa lihat betapa ketiganya tampak sangat bahagia. Layaknya keluarga harmonis yg selama ini diidamkan jennie.

Ia melihat segalanya. Peniupan lilin, pemotongan kue dan acara menyuapkan potongan cake itu pada kedua orang dewasa yg mengapit putri kecilnya.

Lagi² jantungnya terasa terhimpit beban berat, airmata yg entah turun sejak kapan sudah membasahi seluruh wajahnya. Riasannya sudah hancur berantakan.

Seketika lisa limbung ditempatnya, beruntung ia segera mengendalikan diri dan mencoba untuk tetap berdiri

Mon Amour BriséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang