Bab 4

61 29 140
                                    

   "Ini tidak berkaitan dengan nyawa, tetapi ini untuk masa depanmu, Joel," jawab As memberitahukan Joel.

   Saat ini Joel masih mengulas ulang tentang kejadian yang menimpanya. Lenggang sejenak, Joel sudah mengingat kembali tentang pertimbangan yang ditawarkan oleh As kepadanya, "Ouh iya. Maaf aku baru mengingat tentang pertimbangan itu," tatapan melesu Joel memegang kepalanya, dia hampir melupakan pertimbangan tersebut.

   As sudah mengetahui ekspresinya dari dekat berhadapan, hanya menggelengkan kepala kecil dan memejamkan mata, "Sudah, lupakan rasa bersalahmu. Anggap saja ini sebuah awalan untukmu memulai kehidupan yang berbeda, pastinya sebelum itu. Aku akan menjelaskan tentang cara mengobati penyakit yang berada dalam tubuhmu,"

   "Baik." Jawab Joel sepatah dengan suara kecil.

   Sebelum memulai pertimbangan yang di sepakati oleh mereka, As mengajak Joel untuk keluar dari kamarnya. Berpindah ke ruangan tengah—ruang tempat makan. Di sana ruangan berukuran sedang dengan meja, kursi maupun perabotan sana semua terbuat dari bahan sederhana dan mudah dirangkit tidak lain adalah bahan kayu hutan.

   Joel celangak-celinguk ke ruangan yang dia lewati. Atas langit saja dia memandang arsitektur yang terukir sangat bagus membuat Joel ternganga kecil mulutnya, terpukau sama kealamian tempat As huni. Walaupun Joel masih orang baru yang menempati, dia berusaha bersikap sopan seperti dia berada di kediamannya.

   "Joel," panggil dari As menoleh ke belakang menatap Joel menyusul di belakangnya.

   Joel tergemap, "Eh! I- iya,"

   Melihat hal itu, As menghela napas. Mungkin saja Joel—ras manusia pertama kalinya melihat tempat tinggal naga berada. Terkadang ekspektasi seseorang berbeda-beda menafsirkan setiap hal-hal yang belum dia amati maupun melihat.

   Sekalinya seseorang mengetahui realita, ekspresi kecewa, bingung ditambah celangak-celinguk merupakan ekspresi khas jika seseorang sudah merasa jatuh pada ekspektasi pikirannya. Adakalanya janganlah ekspektasi ketinggian, jatuhnya pada realita pahit—tidak sesuai pada kenyataannya.

   Sesudah memahami semua yang dilihatnya, kini mereka sampai pada meja di mana berbicara empat mata akan dilakukan. Di sini, Joel belum mengetahuinya. Sebab masih teralihkan dengan detail setiap ruangan.

   "Joel, ada yang ingin aku berbicarakan denganmu. Sebelum itu, janganlah teralihkan dengan ornamen-ornamen yang kau lihat. Semua itu hanya ilusi optik untuk memperindah ruangan," ungkap As memberitahukan Joel terhadap yang dia lihat.

   Seketika Joel tersadar memiringkan kepalanya, "Serius ini ilusi optik!? Bagaimana bisa setiap detailnya bisa senyata ini di mataku?"

   "Haha. Kau sudah termakan jebakan musuh. Jika kau mendekat ilusi optik itu. Apa yang semisalnya terjadi denganmu?"

   Joel memikirkan sejenak apa yang terjadi padanya ketika dirinya termakan sebuah ilusi optik setelah mendengarkan keterangan dari As.

   "Yang pasti, kau akan termakan sebuah kebohongan besar atau bisa dibilang dengan kamuflase musuh," tambah As memberikan keterangannya.

   "Di LIGIA ini kau harus mengetahui banyak tentang ilusi, hipnotis, dan manipulasi adalah senjata sihir yang sangat banyak orang lakukan untuk menumbangkan pancaindra pengguna," jelas As sembari menyorongkan kursi keluar untuk dia duduki, "satu-satu cara untuk melawannya hanya satu saja, tetapi ampuh untuk melawan baliknya,"

   Joel dengan serius mendengarkan penjelasan As sembari juga menyorong kursi ke keluar untuk dia duduk, "Caranya?" Joel duduk dan matanya mulai bertemu satu sama lain.

LIGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang