Bab 15

13 6 0
                                    

   "Incaran oleh komplotan atau tidak menjadi buronan mereka. Lebih-lebih komplotan itu saja belum diketahui identitasnya,"

   "Tapi aku belum bisa memastikan benar atau tidaknya. Seingatku, Prof. Adam menyatakan spekulasi bahwa mayat Duke Vincent dan Duchess Erina dijejal oleh beberapa luka tusuk berasal dari belati atau pedang dihunuskan dan kepalanya juga dipenggal oleh komplotan itu," lanjut siswa lelaki semakin serius berbincang dengan di hadapannya.

   Dia menghentikan perbincangan sejenak, menghela napas sehabis menyampaikan spekulasi Prof. Adam dari benaknya yang dia ingat, "Bagaimana bisa Prof. Adam berspekulasi sedetail itu?" siswa perempuan mengernyit, tidak menyangka dengan spekulasi Prof. Adam tanpa tahu kebenaran pasti.

   "Entah, aku hanya mendengarkan informasi dari beliau saja. Kau tahu, kan? Prof Adam dikenal dengan ilmuwan investigasi?" jawabnya melengos, tubuhnya merebah ke belakang, bersandar.

   Respons siswa perempuan sedikit kaget, berpaling menjawab, "Itu ... sebagian besar orang tahu gelar, Prof. Adam. Tapi ...."

   "Apa bisa Prof. Adam membuktikan spekulasi dia itu benar dengan dugaan dan hasil penyelidikan yang dikeluarkan baru-baru ini?" tanyanya lagi

   Siswa lelaki itu menatapnya kembali, mengangkat tangan, "Ini hanya spekulasi sementara, kalau seandainya ini benar. Bisa jadi hasil olahan bukti dan TKP akan berubah menjadi penyidikan bukan lagi penyelidikan." Mata siswa lelaki itu mengerut pertanda keseriusannya, sementara siswa perempuan bergeming tidak bisa berkata.

   Perkataan siswa lelaki tersebut sungguh pintar, berhasil menyampaikan hasil studi perbandingan rentetan yang dia olah hampir mendekati pada penelitiannya.

   Kembali ke situasi Joel saat ini masih berdiri, bersandar di balik rak buku. Dia hanya terdiam mendengarkan saja dengan kepalanya tertunduk, matanya sedu, bak lagi merenungkan. Joel mengingat kilas balik tentang mimpinya bersua dengan Ayahnya di dalam mimpi.

   Jika saja orang tua Joel diyakini oleh mereka dengan dugaan kepalanya dipenggal—masih spekulasi, belum tentu benar. Apa mungkin, mimpi yang Joel alami itu selayaknya pesan untuk Joel tahu tentang kematian Ayahnya atau secercah petunjuk untuk dirinya?

   Semua itu masih rancu, belum pasti Joel ketahui, Joel masih dikategorikan seorang pilon—tidak tahu kematian Ayahnya maupun Ibunya secara spesifik, dia tidak bisa mengingatnya secara nyata bagaimana kematian mereka yang mengenaskan.

   Dia hanya tahu berupa janji Ibunya berkorban, dari situ Joel memejamkan mata, air mata mulai membasahi bola mata. Ingatan tentang orang tuanya masih terbenak di dalam pikirannya terus terbayang. Joel tidak bisa menghapusnya ingatan ini, dia hanya bisa menahannya sedalam mungkin agar tidak mengganggu pikirannya.

   Namun, kali ini dia mengalami traumatis, Joel tersedu-sedu, tubuh gemetaran. Dia berusaha menenangkan dirinya dengan menyeka air matanya mulai menetes di wajahnya. Tanpa sadar, ketika dia menyeka air mata. Siswa beralmamater akademi tersebut melanjutkan perbincangan lagi.

   "Aresio. Kau percaya tidak dengan dugaan pembakaran habis Kediaman Besar Duke Vincent? Itu sebenarnya kebakaran atau dibakar dari catatan penelitian yang kita ulas?" tanya siswa perempuan itu fokus membuka lembaran seraya mengecek kertas-kertas bukti berisikan tulisan penuh akan coretan.

   Respons siswa lelaki itu bernama Aresio. Kemudian dia menjawab, menyerahkan kertas yang dia gores dengan tinta. "Kalau dari spekulasiku saat ini. Aku lebih percaya dengan Prof. Adam kemukakan,"

   "Alasannya?" Siswa perempuan bertanya sembari meraih kertas dari Aresio.

   Aresio mengungkapkan, "Kediaman Besar Duke Vincent bukan disebabkan oleh kebakaran, melainkan dibakar,"

LIGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang