Bab 19

17 3 1
                                    

   Prak!!!

   Pintu terbuka dengan keras bak sebuah dentuman meriam. Joel yang merasa dirinya terbawa lagi pada bayang waktu, dia memutuskan untuk menutupi dirinya lagi. Salah satu caranya selama ini Joel gunakan, yakni tidur—menenangkan pikirannya. Juga menyendiri di saat suasana lagi hening.

   Tidak ada kata maupun sepelintir isyarat Joel berikan kepada Rombongan Heins, Joel memilih langsung memasuki dirinya ke penginapan langsung, menaiki tingkatan sana dengan memampangkan wajah datar. Entah kamar mana yang dia masuk, sebelumnya dia sudah disambut sama pelayan penginapan yang bertugas menyambut tamu seperti biasa.

   Tanpa bertele-tele dalam bekerja, pelayan penginapan sana sigap mengarahkan tamunya. Dia memiliki keterampilan cerdas memahami kondisi tamunya dari mimik wajah. Oleh sebab itu, Joel dengan mudah memasuki kamarnya langsung tanpa banyak kendala.

   Setelah itu, Joel menutup pintu kamarnya sehabis dientak, kemudian dia bersandar di balik pintu tersebut. Kepalanya menengadah, memejamkan matanya sejenak, napasnya engap-engap bak di sesak oleh hal tak kasat mata.

   Joel berdiam diri sejenak, lalu badannya perlahan turun, duduk berselonjor, menekuk kedua lututnya. Matanya terbuka sedikit, merem, menilik tempat tidur di depannya. Sehabis itu, Joel menundukkan kepalanya lagi sejenak.

   "Aku tidak bisa melalui semua ini ...," ucap Joel bermonolog, mengeluh akan keadaannya saat ini dihadapi cobaan banyak di Espo.

   Dalam keadaan masih membayangkan masa lalunya, Joel berusaha tepat tegar dan menenangkan dirinya seperti biasanya. Dia menghela napas sesaat, semisalnya dia tak bisa melalui cobaan ini. Akankah semua usahanya sia-sia? Itu tidak mungkin. Haruskah dia abuza akan hal ini juga? Tidak akan.

   Semua yang dia pikirkan terlintas. Namun, ada yang dia ingat. Seandainya saja As mengetahui keadaan dia sekarang. Pasti Joel akan mendengarkan julukan yang diucapkan dari mulut As yang sudah lama terbenam. Tidak lama, kenangan itu berkelebat di benak.

   "Untuk apa kau meratapi masa lalumu, Joel! Hidup itu tidak ada gunanya jika saja kau masih belenggu pada masa lalumu, jika kau masih membayangkan. Kau pantas dibilang pengecut olehku!"

   "Aku. Biarpun aku melatihmu, jika kau masih terikat akan hal ini. Aku tidak segan menjulukimu pengecut. Selama ini, kau terus membayangkan hal-hal tak berguna sampai keadaan ini berkelanjutan. Cobalah sesekali kau lawan atau tidak banting itu rasa takutmu sendiri pada masa lalumu!"

   "Niscaya masa lalumu akan sirna termakan oleh keberanianmu untuk melawan. Kau harus mempercayai perkataanku, Joel. Hidup itu berjalan seperti roda berputar, jika kau masih berada di putaran bawah, tidak maju ke putaran atas, berarti hidup kau sama seperti orang rendahan," tegas As menasihati Joel dengan penjelasan panjang, dia menahan marah lantaran lelah mengajari Joel untuk tidak terbelenggu pada masa lalunya.

   "Sebaliknya, jika kau berada di putaran atas. Kau tidak kuat mengontrol keadaan dirimu, tak mempercayai dirimu sendiri, terbuai akan hal yang duniawi. Kau akan menjadi orang rendahan lagi susah untuk kembali ke atas sana,"

   Kemudian As membalikkan tubuhnya, tidak berpaling ke Joel yang duduk tergeletak di tanah. Dengan kondisi menundukkan kepala, bersalah.

   "Kau harus ingat, masa lalu akan terus ada di benakmu, tetapi jika kau masih terikat dengan itu. Mengapa kau tidak memilih mati saja? Hah .... Rasaku percuma mengajarkan seseorang manusia yang masih memikirkan hal-hal mundur ...,"

   "Terlebih seseorang itu tidak mampu mengontrol dirinya sendiri, dasar orang rendahan." Cibir As berjalan meninggalkan Joel sendirian. Kalimat ini adalah sebuah penggalan yang masih Joel ingat. Oleh sebab itu, Joel berusaha tidak akan pernah melupakan nasihat As berikan. Apalagi janji ibunya juga harus ditepati.

LIGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang