Bab 1

13 1 0
                                    

"Miss Elena, there's a guest asked for you."

Kepala di angkat dari dada kertas dan anak mata tepat di wajah Aini yang sedang memandangnya agak sedikit cuak. "Why?"

"I don't know, he's a bit tense as I serve him."

"What did he order?"

"Wagyu beef sates."

Kepala terangguk tanpa sedar. "Let's go." Kerusi ditolak ke belakang. Tanpa menyusun kertas yang agak berselerak dimeja, iPhone yang terletak di tepi timbunan fail dicapai dan kaki diatur pantas menuju ke pintu bilik.




"Sorry, may I help you sir?"

Lelaki yang berkemeja polo biru itu mengangkat wajahnya dari skrin iPhone dan tepat memanah ke anak matanya. "Kau manager?"

Angguk dengan senyuman.

"Macam mana kau train pekerja kau? She supposed alert me for an allergic response, ke sengaja nak bunuh aku?"

"Encik, saya minta maaf. Saya..."

"Kau ingat dengan maaf boleh gantikan nyawa aku?" Matanya tajam memanah ke arah Aini yang tertunduk menahan tangis.

"Sorry, we serve you the menu's as per ingredient list that we use so you can read and choose to your preferences accordingly."

"Honey..." Tangan suaminya dicapai dan digenggam, memujuk supaya amarah sang suami beransur pergi.

Aini dikalih pandang dan kepala diangguk kecil, serentak dengan isyarat itu buku menu ditangannya diletak ke meja.

Tanpa suara, lelaki berbaju biru itu menyelak helaian buku menu didepannya.

Hampir lima minit berlalu menanti suara yang tadinya menengking penuh amarah membuatkan Elena menarik nafasnya perlahan. "Do you want to change for something else?"

"Sure." Suaranya rendah.

"I'm sorry for our fault." Anak matanya tepat memandang raut wajah Elena yang tenang dengan senyuman.

"It's okay miss, we're sorry too for your inconvenience. So, you can place the new order. It's on the house. Then, excuse me."

"Thank you!"

Kepala ditunduk rendah dan kaki perlahan mula melangkah meninggalkan sepasang suami isteri itu.




"Jeff!"

Langkah kaki mati, tubuh kecil yang jatuh dikakinya membuatkan tubuh spontan diturun, duduk mencangkung. "Are you okay?"

"I'm sorry."

Senyuman ditarik dan disungging dibibir. "It's okay. Are you okay or not?" Tubuh kecil itu dibelek teliti. "Can you get up?"

Angguk.

"Let me help you." Tubuh kecil itu dibangun perlahan. "Slowly, sayang."

"Jeff, mama dah cakap don't run! Are you okay?"

"Jeff okay ma. Aunty pretty help me!"

Kepala dipusing dan jatuh tepat ke raut wajah Elena yang sedang tersenyum. "I'm sorry, tak perasan kan you."

"It's okay. He's good, don't worry."

"Thanks for helping him."

Angguk.

"Jeff langgar aunty ke?" Anak matanya kembali menatap si anak bujang yang ralit memandang ke arah Elena.

"Jeff tak sengaja ma."

"Say sorry to aunty."

"Sorry aunty..."

"Elena."

"...pretty!"

Elena tergelak kecil.

"Ish budak ni!" Kepalanya digeleng perlahan. "By the way, Raisya." Tangan kanannya dihulur.

"Elena."

"Nice to meet you, and thank you."

Huluran tangan yang disua dijabat. "Nice to meet you too and enjoy your holiday."

"Thanks!"

Dua susuk tubuh yang berlalu pergi dihantar pandang dan tanpa sedar bibir masih menguntum senyum melihat gelagat Jeff, yang berusia dalam lingkungan tujuh tahun yang tadinya melanggar dia, 'Nasib tak tergolek!'

Kepala digeleng tanpa sedar. Tubuh dipusing dan tanpa sempat kaki menyusun langkah, anak mata jatuh tepat ke wajah lelaki yang sedang merenungnya dalam.




Bahu Emir ditepuk kuat. "Bro, what's up?" Emir yang kaku dipandang bingung.

"Huh?" Anak mata dilari dan mendarat tepat ke wajah Izzat yang sedang memandangnya.

"Kau nampak hantu?"

Geleng.

"Muka kau pucat macam nampak hantu!"

Liur ditelan, tanpa menjawab balas kepala kembali dipusing ke kanannya namun kelibat gadis itu telah hilang dan tanpa sedar bibir melepaskan keluhan berat.

"Bro, what's wrong?" Izzat pandang Emir pelik.

"Nothing." Kepala digeleng lambat. Wajah diraup kasar.

"Finish your lamb."

Geleng. "I'm done." Kerusi ditolak ke belakang.

"Weh!?"

Tanpa sempat bibirnya memuntahkan kata, tubuh Emir yang semakin menjauh meninggalkan dining hall dipandang bingung. "Gaduh dengan awek?"

"Tasya just dumped him a month ago lah gila!"

"Oh, lupa." Izzat sengih memandang ke arah Hilman yang selamba menyumbat burgernya ke dalam mulut. 'A don't give damn dude!'

Hening RinduWhere stories live. Discover now