Bab 12

5 1 0
                                    

A month later.

"Puan, kotak ni nak letak kat mana?"

Wajah wanita berusia 40an yang sedang memegang susunan kotak dipandang. "Erm, ni apa ya?"

"Oh, desserts puan."

"Oh." Kepala dililau ke sekeliling. "Saya pun tak pasti, takpe letak je kat situ." Meja kosong ditunjuk. "Banyak lagi?"

Angguk.

"Boleh saya tolong angkatkan?"

"Tak susah kan puan ke?"

Senyum. "Tak."

"Terima kasih."

Angguk. Kepala dipusing seketika ke arah Eshal yang sedang ralit bermain dengan kawan-kawannya. "Marry, you take care of her okay, I've something to do."

"Okay, maam."




Usai bacaan doa selamat, Eshal dan kawan-kawannya beratur mengambil giliran untuk memilih pelbagai juadah yang terhidang dimeja panjang.

"El tak makan?"

"Akak." Senyum. "Kejap lagi."

"She is two years old now."

Angguk. "Time indeed flies fast."

Gelak kecil. "Thanks El, sudi meriahkan anak-anak disini."

"El yang patut berterima kasih banyak-banyak dekat akak."

Senyum. Tangan runcing Elena ditarik genggam. "Thanks sebab tak membezakan anak-anak yatim ini. They're so happy to have you and Eshal here." Tangan Elena ditepuk lembut. "Nobody here feels like being outcast because you celebrate everyone as like your daughter. No cakes, no candles to blow. Everyone gets their own gifts and eat the same food. Thanks El, sebab mendahulukan hati mereka yang kekurangan sedangkan you can choose to do whatever you want."

Tubuh Kak Salmiah ditarik ke dalam pelukan. Belakang tubuh itu diusap lembut. Tiada kata, takkala dia sedar dia tak baik mana malah penuh dosa dan khilaf dan baiknya Allah menutup segala aibnya dan hanya memperlihatkan yang indah.




Dia jeda. Nafas ditarik dalam sebelum enjin kereta dimatikan. Pintu kereta ditolak buka dan kaki dijatuhkan ke lantai porch.

"Cucu nek my dah sampai!" Tengku Amira berjalan laju menuju ke kereta Elena.

Belt carseat Eshal dilepaskan. Tubuh tinggi Eshal didukung. "Daddyy!!" Tanpa sempat tubuhnya dipusing kalih, Eshal menjerit kuat.

"Amboi cucu nek my ni, tak nampak terus nenek dia ya." Pipi gebu Eshal dalam dukungan Elena dicuit geram.

Elena tersenyum. "Salam nek my first, sayang."

"Daddyy." Anak matanya masih setia memaku ke arah Emir yang sedang berdiri dipintu besar.

"Eshal, daddy will wait for you, but salam nek my first."

Tangan Tengku Amira disalam dan dicium dan tanpa sesaat berlalu kepalanya terus dikalih kembali memandang Emir yang masih setia menunggunya. "Daddy..." Jari telunjuk kecil di angkat tepat ke susuk tubuh Emir yang sedang tersenyum memandangnya.

Tengku Amira ketawa kecil. "Rindu betul kat daddy dia." Kepala digeleng dalam senyuman.

Tubuh Eshal diletak ke lantai. Tanpa sempat baju gadis itu dibetulkan, Eshal berjalan laju mendapatkan daddynya. "Eshal, careful."

Hening RinduWhere stories live. Discover now