Telur dipecah dan dikacau, mangkuk yang berisi nasi sejuk dicapai dan nasi dicampak ke dalam kuali. Sudip ditangan lincah bergerak menggaul nasi supaya sebati dengan tumisan.
"El masak apa?"
Puan Sarah yang berjalan menghampirinya dikalih pandang sekilas. "Nasi goreng ma."
"Sedap bau."
Senyum. "Tok pa dah turun?"
"Belum, kejap lagi turun lah tu."
Angguk. "Do you want anything?"
Geleng. "El, can I asked you something?" Raut wajah Elena yang masih dengan nasi gorengnya dipandang tepat.
"Yes, ma?"
"Keluarga mertua El dah nak balik hari ni kan?"
Bahu dijungkit bersahaja. "I think so."
Jeda.
"Why ma?" Puan Sarah yang senyap dipandang sebelum stove dimatikan.
"Are you okay if they want bring Eshal with them?"
Tubuh dipusing tepat mengadap Puan Sarah. "I'm fine with that. Eshal already two and it's time to wean off her milk, so it's okay for her to go with her daddy."
"Oh, okay." Dia bagai hilang kata dengan ketenangan si anak. Risau yang memeluk dadanya bagaikan terbang hilang. 'Where did you get the strength?'
Dua tahun berlalu, kisah itu masih segar diingatannya namun bagaikan tiada apa-apa yang berlaku untuk seorang Elena. 'Did she's really okay?' No one knows, from the day of the incident until today, she never uttered a single word about what had happened.
Eshal yang sedang berjalan berpimpin tangan dengan Elena dipaku pandang. Dua wajah yang punya kedudukan istimewa dihatinya dan memberi dia sebab untuk berpatah pulang kepada Tuhannya setelah jauh dia tenggelam dalam kemewahan dunia dan kehendak hati yang akhirnya tetap mengecewakan diri.
Eshal diduduk ke high chairnya. Suara tok pa yang rancak berbual dengan Megat Hamzah dan Tengku Haidar memecah sunyi dining hall yang kebiasaannya hanya berlatar bunyi sudu dan garpu.
Eshal yang sedang menyudu nasi gorengnya dipandang sekilas sebelum anak mata kembali memandang Megat Hamzah dan daddynya yang masih rancak bersembang.
Nasi goreng disuap ke dalam mulut dan dikunyah perlahan sebelum kepala dikalih ke sisi kanannya. Eshal yang masih menyudu nasi goreng memenuhi kornea mata. Gelas air kosong dicapai dan disua ke mulut anak gadisnya. "Do you want more?"
Angguk dengan mulut yang penuh. Elena tersenyum sambil geleng kepala. Mangkuk nasi goreng dicapai dan disenduk lalu diletakkan ke dalam pinggan Eshal. "Eat the green too sayang."
"Berselera betul cucu nek my ni." Tengku Amira tersenyum memandang gelagat Eshal yang sedang enak menjamu nasi goreng yang dimasak mommynya.
Anak mata dilari tepat ke wajah Tengku Amira dan bibirnya disungging senyum sebelum kembali memandang anak gadisnya. Pipi gebu Eshal yang comot dilap. "Slowly, sayang."
Emir yang masih mencuri pandang tersenyum tanpa sedar. 'Such a lovely sight...'
Elena yang sedang berjalan turun dari tangga dipandang. "Mana Eshal?"
Puan Sarah yang tegak berdiri dan sedang memandangnya dikalih pandang. "Upstairs. Ma, I have to go. El ada meeting." Kabinet kasut dibuka.
"Then, Eshal?"
Heels nude tiga inci ditarik. "She'll go back with her daddy." Heels disarung ke kaki kanan.
"Balik kl? Are you sure?"
Kaki kirinya disarung ke dalam heel. "Yes ma. Marry will be with her, don't worry." Kabinet kasut ditutup. Tubuh dipusing mengadap tepat ke wajah Puan Sarah. "Everything will be okay, ma. You can see her too when you back to kl." Tangan Puan Sarah disalam. "El, pergi dulu."
Angguk. "Drive carefully."
"InsyaAllah, ma."
Tubuh tinggi Elena yang hilang ke dalam perut kereta masih dipaku pandang dan tanpa sedar bibirnya melepas keluh. Rasa yang memberat didadanya tak terungkap...
Rutinnya masih sama walau hampir enam bulan berlalu dan minggu tanpa Eshal membuatkan dia selalu menghabiskan masanya dipejabat.
"Lewat El balik?"
Tangan Megat Hisyam disalam. "Meeting tadi habis lambat tok pa."
Angguk. Elena yang melabuhkan duduknya disofa dipandang. "When you want to go back to kl?"
"You don't need me here anymore?"
"Tok pa lagi suka kamu duduk sini, uruskan resort tok pa tu." Suara dibetul letak. "Tapi, tempat kamu bukan disini..."
"Maksud tok pa?" Anak matanya masih memaku tepat di wajah Megat Hisyam.
"You know, Elena."
"You mean me and Emir?"
Diam. Hanya anak mata masih tepat diwajah Elena.
"We're done tok pa. Only Eshal is a matter between us."
"You're still his wife."
Diam. Anak mata dilarikan dari wajah Megat Hisyam.
"Bila ujian yang datang itu berulang kita lari, jauh kita sembunyi namun tetap dia datang, so it's mean kita kena hadap. Because that's the only way we can get over the nightmares and move forward."
Senyap.
"If I'm gonna be selfish, I would love to keep you by my side sayang. But, I love you and I want you to be happy. And if to make you happy means you gonna have to go through a rough and hard time I will push you through that way. But..." Jeda. Anak matanya menikam lembut wajah cucunya. "...I will not let you forget that I'm always be with you." Bahu Elena ditepuk lembut sebelum kakinya menyusun langkah meninggalkan Elena jeda sendirian.
YOU ARE READING
Hening Rindu
Romance"I am not interested in marriage." Dan tanpa tahu betapa gadis itu benar memaknakan sebaris ayat itu, tidak dia sedar keputusan nekad yang diambilnya sekali lagi berakhir dengan luka yang dalam, menghancur lumat hati yang telah retak terbelah itu. E...