Bagian sepuluh - Menikah saja sana

463 54 24
                                    

Lovely Ninja
.
.
.
Pagi ini adalah pagi yang cerah..

Diiringi mentari yang menyorot hangat bersama semilirnya angin yang menerbangkan daun-daun, membuat siapa yang merasakan perpaduan cuaca keduanya akan merasa tentram.

Meski pemandangan sisi kiri kanan jalan masih berupa tumpukan-tumpukan sisa kehancuran, tapi sungguh..

Konoha hari ini terasa lebih baik.

Sudah sepuluh hari.. sejak penyerangan yang terjadi.

Warga juga telah berbondong-bondong kembali, bergotong-royong menyingkirkan kerusakan untuk membangun kembali.

Pasar bahkan telah beroperasi beberapa hari setelah kerusuhan terjadi. Meski kedukaan jelas masih mereka rasakan, tapi orang-orang juga tetap butuh makan.

Kehidupan.. tetap terus berjalan.

Tidak adil memang.

Disaat sebagian masih merasakan kesedihan, kehilangan, bahkan rasa trauma. Tapi waktu seolah enggan berpihak pada yang terluka.

Yah.. memang begitulah adanya kehidupan.

--

Hinata tengah berada di pasar, di tangannya terdapat dua jenis sayuran—wortel serta daun bawang, yang tengah ia timbang untuk dibeli.

Ia ingin membuat Onigiri, dan berpikir 'apakah butuh daun bawang juga untuk menambah isiannya?' Ketika bahu kecilnya ditepuk lembut oleh seseorang dari arah belakangnya.

"Oh, Hinata-chan, sudah ada di sini..?" Sapanya, membuat Hinata sedikit berjengit..

"Ah, Bibi. I-iya.. Bibi juga berbelanja?" Tanyanya balik, dengan sopan.

"Hm, benar. Bibi ingin mencari sayuran untuk Sasuke-kun." Jawabnya ringan.

Membuat Hinata sesaat sempat terdiam.

Namun kemudian ia tersenyum dan mengangguk pada ibu dari pria yang terasa sangat sering bersinggungan dengan dirinya akhir-akhir ini.

"Hinata-chan, ingin memasak apa?" Tanya ibu Sasuke lagi.

Pertanyaan yang membuat Hinata dengan riang menceritakan rencananya untuk membuat beberapa jenis makanan, yang ingin ia bagikan kepada warga desa yang sedang bergotong-royong—seperti yang sudah ia lakukan beberapa hari belakangan.

Mendengar itu, Mikoto—ibu Sasuke yang tengah mengajak Hinata berbicara, menyahut dengan senang dan memberi beberapa tips dan resep agar masakan Hinata terasa jauh lebih enak. Hal yang membuat Hinata merasa sangat bahagia karena telah mendapat ilmu baru—lagi dari seseorang yang sering mengajarinya tentang memasak yang benar. Dan untuk itu ia merasa sangat bersyukur.

Bukan pemandangan baru memang bagi sebagian para pedagang pasar, melihat dua wanita berbeda generasi milik Klan-Klan tersohor ini mengobrol akrab seperti ini.

Sedang bagi Hinata, Uchiha Mikoto sendiri memang telah menjadi salah satu Uchiha yang cukup ia kenali dengan baik—selain Uchiha Kai dan beberapa Uchiha lain, yang membuat ia akhirnya berpikir jika para Uchiha itu sesungguhnya mempunyai hati yang penyayang.

Terbukti dari cara wanita anggun ini memperlakukan orang lain dengan baik hati. Walau kata orang sendiri, Uchiha dan Hyuuga sering kali berselisih. Tapi Istri dari ketua Klan besar ini tetap saja memperlakukan Hinata layaknya putri sendiri. Tidak peduli dengan embel nama Klan apa yang Hinata sandang di belakang namanya.

"Ah, tidak apa, Hinata-chan. Itu.. hanya perkataan di bibir saja, tidak benar-benar seperti itu kenyataannya. Mereka hanya tidak tahu saja, hihi.."

Lovely NinjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang