Bagian empat - Terbakar

839 79 14
                                    

Lovely Ninja.
.
.
.

Suara rintik hujan disertai desiran lembut angin malam, membawa hawa dingin menyengat kulit lengan Hinata yang terbuka. Tapi sepertinya hime Hyuuga itu tidak terlalu mempedulikan..
Tangannya yang putih tetap sibuk memilah baju seragam yang telah seharian ia gunakan.

Rompi ninja, celana panjang, hitai ate. Hinata memutuskan akan memcucinya besok pagi saja.

Suara gemuruh halilintar terdengar menggema dari kejauhan, kilatan cahaya di luar sana mengalihkan perhatian Hinata.

Berjalan menuju tepi jendela yang terbuka, Hinata terpaku melihat pemandangan di luar kamarnya.

Gelap. Hitam. Pekat.

Seperti—

—Mata Uchiha..........

'...Uchiha Sasuke.' Lirihnya dalam dada.

"..."

1 detik

2 detik

3 detik

—Hinata berkedip...

'Huh? Kenapa tiba-tiba ia kepikiran lelaki itu?'

Dahi Hinata mengernyit karena heran, wajahnya yang pucat sebab dinginnya udara malam perlahan menampakkan semburat kemerahan.

'Apa yang kau pikirkan!' Hinata menggeleng mencoba mengusir apa saja yang baru melintas dalam benaknya.

Mencoba menghembuskan nafas perlahan, pandangannya kembali tertuju pada ribuan rintik hujan.

'Memangnya kenapa..? Tidak apa-apa bukan?'

Hinata termangu, otaknya berputar mencoba mengumpulkan alasan-alasan.

'Sasuke temannya, dan mereka baru saja bertemu kembali sore tadi, jadi wajar saja Hinata memikirkannya. Masa, hanya karena ia teringat dengan tatapan matanya, Hinata jadi kikuk begini.' —Monolog Hinata dalam hati.

Saat irama hujan semakin membawanya hanyut ke dalam angan-angan, pintu fusuma tiba-tiba bergeser terbuka menyentak lamunan Hinata.

Sreek!!

"Nee-sama! kau sedang apa?"

Suara seorang gadis remaja beserta langkahnya yang menggema sungguh mengagetkan dirinya. Hinata sampai berjengit memegangi dadanya,

"Hanabi-chan, kau mengagetkanku." Keluh gadis rembulan itu, memandang pucat pada bola mata yang serupa seperti miliknya.

"Ha?? Aku sudah mengetuk pintu," Terang gadis lebih muda, dengan wajah heran melihat respon kakak perempuannya. "—Hinata-nee, sedang apa?" Selidiknya curiga.

"A-aku hanya melihat hujan." Jawab Hinata gugup.

'Kenapa harus gugup..?'

Hanabi melipat tangannya di atas dada. "Melihat hujan atau melamuuun..?" Pancingnya sambil memicing mata. "—masa sampai tidak menyadari aku datang. Nee-sama memikirkan apa? Memikirkan pria ya?!" Todongnya tepat sasaran.

"Tidak.." jawab Hinata cepat-cepat, yang di hadiahi dengusan oleh Hanabi kemudian.

"Huh, memikirkan pria juga tidak masalah." Celetuk adik Hinata, acuh tidak acuh.

"Nee-sama.. hanya sedang terpikirkan Kai-kun saja, 'kok." Jawab Hinata jujur.

Ya! benar! kali ini Hinata jujur, ia benar-benar memikirkan Kai-kun tadi, walaupun sebenarnya ia juga memikirkan Sasuke, tapi untuk yang satu itu Hinata tidak mau memberi tau, Hanabi bisa heboh.. takut mensalah artikannya nanti, dan Hinata juga malas jika harus menjelaskan. Lagi pula ia memikirkan Sasuke itu hanya untuk membandingkannya saja, —membandingkan— perbedaan dan persamaan diantara kedua pria bermarga Uchiha itu.

Lovely NinjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang