10 - mon chéri

207 30 20
                                    

Mendung, langit abu-abu diatas mulai menyembunyikan keseluruhan kehadiran sang cahaya bumi, tak membiarkan sedikitpun celah untuk matahari memberi senyum penghangat. Sejuknya angin menyalurkan rasa ngilu hingga ke tulang, dedaunan berusaha untuk memperkuat diri—enggan terjatuh sebab angin mulai kencang menerjang. Bau tanah yang lembab menguar, seakan pertanda kalau mereka siap menyambut kedatangan pembawa berkah.

Naleeya duduk di teras kamarnya, memandang dalam diam ditemani secangkir cokelat panas yang sengaja dia buat. Rintik-rintik air mulai turun disertai guntur, dalam sekejap mata ritme turunnya bertambah pesat, terlalu deras sampai angin dengan riang membawa percikan-percikan menyegarkan ke wajah. Naleeya tak berkeinginan untuk beranjak dari tempat duduknya, meski separuh pakaian yang dia pakai mulai basah. Perempuan itu memejamkan mata, menikmati sensasi yang diberikan oleh hujan.

Semesta sedang memperlihatkan kontribusi, saling komunikasi dengan berbagai elemen, menunjukkan eksistensinya sebagai penguasa paling besar. Entah hal buruk atau baik apa yang akan terjadi hingga cuaca kali ini seolah memberikan tanda kepada seluruh penghuni bumi secara tersembunyi.

Hampir melupakan apa yang dia genggam sejak awal, Naleeya merasa kalau cangkirnya mulai kehilangan suhu panas, mendingin. Perempuan itu menyesap penuh nikmat, meneguk setengah dan membiarkan sisanya kembali dalam genggaman.

Bergulat dengan pikiran beberapa menit, hingga selanjutnya Naleeya memutuskan untuk beranjak, mengambil beberapa makanan ringan untuk mengisi kekosongan di perut. Perempuan itu berjalan ke arah dapur, melihat-lihat apakah ada makanan siap saji yang tersedia atau dia perlu sedikit peregangan tubuh dengan cara memasak.

Suara ketukan pintu samar rendah terdengar, pada mulanya Naleeya mengabaikan karena merasa hanya halusinasi semata sebab kini dia sendirian di rumah yang keadaannya sunyi, meliputi ketakutan maka hal-hal aneh itu sering muncul dalam benaknya. Perempuan itu semakin menajamkan pendengaran ketika ketukan pintu terdengar kian kencang, menggedor dalam ritme cepat. Seperti seseorang memaksa ingin masuk namun masih dalam kategori kesopanan karena menunggu pemilik rumah membukakan pintu.

Naleeya bergegas melangkah menuju pintu, menghela napas panjang dan berharap semoga sesuatu yang buruk tidak bertamu ke rumahnya. Pintu terbuka, menampilkan sosok tinggi yang posturnya sangat dia kenali. Terjadi keheningan sementara, Naleeya memandang dilingkarkan kebisuan, hingga suara itu menyebutkan namanya.

“Elodie.”

Hal yang tidak diinginkan kembali.

“Ezhar, kamu berdarah, lagi.” Hati Naleeya diremas kuat oleh tangan tak kasat mata, hampir menghancurkan organ vitalnya. Lagi-lagi, untuk kesekian kali yang tak pernah dia hitung jumlahnya, perempuan itu kembali dihadapkan pada situasi rumit yang menyesakkan rongga dada. Mulutnya tak sanggup menyampaikan kepanikan semata-mata guna memberi simpati. Naleeya sedih, teramat dalam ketika memperhatikan secara cermat kondisi Ezhar.

Bagian wajahnya paling mencuri perhatian, beberapa luka gores, warna merah keunguan dan sejumlah warna merah pekat menghiasi, hujan diluar sana seperti tak banyak membantu menutupi, justru semakin dengan sengaja memperlihatkan bagaimana mengenaskannya Ezhar saat ini.

Ezhar tersenyum hangat, seolah apa yang dikatakan Naleeya bukanlah masalah besar. Dia datang kemari dengan banyak usaha hanya untuk melihat Naleeya—meski sebelumnya perlu bergulat dengan sang ayah yang tengah dilanda mabuk berat, pria itu menggila di rumah; melampiaskan amarah padanya tanpa aba-aba. Ezhar hanya ingin memastikan kalau perempuan itu masih ada di sana, di rumahnya dan berkeliaran dengan tenang dan aman. Dan, dia mendapatkan apa yang diharapkan. Naleeya hidup baik di dalam rumahnya. Berbeda sekali dengan kekacauan yang terjadi dimana dia tinggal. Istana yang hampir retak pondasinya merupakan neraka bagi Ezhar. “Cantik sekali, Elodie.” Bahkan disaat-saat tak kondusif seperti ini, dia masih menyempatkan untuk memberi pujian. Kecantikan Naleeya mengalahkan kegundahan hati dan segala yang terjadi, Ezhar mulai gila saat ini.

mon chériTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang