Zenan

241 7 0
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan komen




Sudah beberapa hari ini Zenan masuk sekolah barunya, dia berangkat bersama kakaknya. Yaitu, Zania.

Dia kira sekolahnya ini akan begitu nyaman untuknya belajar karena tempatnya yang megah dan bersih. Dan selama beberapa hari ini juga tidak ada masalah apapun.

Namun, itu semua hanyalah angannya saja. Kenyataan nya tidak.

Sedari awal dia menginjakkan kaki di sekolah ini, dia sudah dipantau oleh seseorang. Entah apa maksud dari orang itu.



























BRUUKKK

"Akhh..." Rintihan kecil keluar dari mulut Zenan yang sedikit mengeluarkan darah segar.

Suara punggung Zenan yang menghantam dinding sangat keras. Bahkan mungkin bisa saja sampai terdengar dari luar bilik toilet.

"Heh, bangun lo!" Teriak salah satu dari orang yang membully Zenan. Dia juga dengan sadisnya juga mencengkeram rambut Zenan dengan kuat.

"Arvel udah, nanti kalo tuh bocah mati gak lucu." Ucap Alta teman Arvel.

Arvel bangun dari posisi jongkok nya dan menatap Zenan yang terkapar lemas. Kembaran Arvel, Levan. Dia menendang perut Zenan denvan keras sebelum keluar dari toilet bersama dengan teman temannya.

Zenan yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit pun memilih untuk memejamkan matanya.

Karena sudah masuk, jadi tidak ada lagi yang ke toilet. Kalaupun ada mungkin hanya beberapa dan tidak pasti memakai toilet yang ada Zenan disana.

.
.
.
.

Hingga jam pulang sekolah tiba, Zenan masih terkapar di lantai toilet dengan keadaan pingsan.













Dan disisi lain.....

"Ini Zenan kemana yaa? Kok gak keliatan daritadi?" Gumam seseorang sambil menatap layar ponselnya.

"Lagi ke toilet kali Zan."

Zania menatap ke arah temannya itu dan akan menjawab, tapi saat melihat teman sekelas Zenan lewat, Zania pun mengurungkan niatnya untuk bertanya pada temannya itu.

"Gal, lo tau Zenan dimana gak?" Tanya Zania pada Gala, teman sekelas Zenan.

"Zenan? Dia gak masuk kelas dari jam setelah istirahat." Jawaban Gala membuat Zania mengernyitkan dahinya.

"Oh oke makasih." Jawab Zania sambil tersenyum.

"Tadi Zenan juga gak keliatan di kantin." Gumam Zania yang masih dapat di dengar oleh Agatha.

"Zan, gak mau coba cari aja? Barangkali masih di dalam sekolah."

"Okee, kita mencar aja biar cepet."

"Okee Zan."

Agatha, teman Zania yang membantu Zania untuk mencari Zenan pun sudah cukup lama berjalan menyusuri sekolah. Namun, belum kunjung menemukan keberadaan Zenan.

Agatha bahkan pergi ke gudang sampai ke belakang sekolah juga di datengin. Agatha teringat satu tempat yang belum dia cek. Yaitu, toilet sekolah.

Agatha pergi kesana dan mengecek satu persatu bilik toiletnya. Tak lupa juga mengetuk nya terlebih dahulu. Jika tidak, takutnya bilik toilet yang dia buka ada orangnya. Kan gak lucu nanti kalo misal Agatha dikira cabul.

Sampai entah kebilik toilet yang keberapa, Agatha terkejut melihat keadaan Zenan yang pingsan di lantai toilet dengan luka yang ada padanya.

Agatha dengan cepat langsung menelpon Zania.

"Zan, buruan lo ke toilet sekolah! Gue udah nemuin Zenan!" Ucap Agatha pada Zania yang ada di seberang telepon sambil sedikit berteriak.

"Langsung lo bawa aja ke parkiran lah." Jawab Zania dari seberang.

"Gue kagak kuat ya anjir!"

"Hah? Gak kuat? Gak kuat ngapa?" Tanya Zania bingung.

"Udahlah gak usah banyak bacot lo. Cepetan lo kesini!" Agatha segera mematikan teleponnya dan berjongkok di hadapan Zenan.

Agatha mengangkat sebagian tubuh Zenan dan meletakkannya di pangkuannya. Agatha menepuk pelan pipi Zenan, berharap Zenan bisa segera sadar.

"Zen...bangun."

Tak berselang beberapa lama, Zania datang ke toilet dengan tergesa-gesa. Zania mengatur nafasnya yang memburu karena habis berlari.

"Apa Tha? Mana Zenan?" Tanya Zania masih sambil ngos-ngosan.

"Mata lo kemana sih?!" Agatha yang sudah panik bercampur khawatir pun menjawab nya dengan berteriak.

Zania mengarahkan pandangannya pada depan Agatha. Zania langsung membelalakkan matanya dengan lebar.

"Zen?! Zenan?!" Zania langsung berganti berjongkok di hadapan tubuh Zenan.

"Zenan kenapa Tha?" Tanya Zania dengan khawatir.

Belum sempat Agatha menjawab, Zania sudah lebih dulu membopong tubuh Zenan sambil berlari.

"Agatha! Pesen taksi!" Teriaknya sambil terus berlari.

"Jangan tinggalin gue monyet!" Agatha ikut berlari menyusul Zania yang sudah berada jauh di depannya. Tidak lupa juga sambil menelpon taksi.

"Eughh..." Lenguhan kecil terdengar dari bibir mungil nan pucat milik Zenan.

"Zen? Kamu kenapa?" Zania bertanya sambil terus menggendong tubuh mungil Zenan.

"S-sakit kak...." Rintih Zenan dengan suara lirih.

"Mana yang sakit hmm?" Zania kembali bertanya kepada Zenan dengan lembut.

"Semuanya..." Zenan kembali menjawabnya dengan lirih. Sebelum akhirnya kembali memejamkan matanya.

"Zan? Gimana Zenan?" Tanya Agatha.

"Kayak yang lo liat."

Agatha menatap Zenan yang berada di gendongan Zania dengan lembut dan penuh dengan kekhawatiran.

"Duhh bayik gue kenapa bisa sampe kayak gini sihh?" Dengan lembut Agatha mengusap surai hitam Zenan.

Tak lama kemudian taksinya pun datang. Zania segera membawa Zenan masuk kedalam taksi. Sedangkan Agatha mengikuti di belakang dengan mengendarai motor.

Sesampainya di rumah sakit, Zenan langsung ditangani oleh dokter.

Zania menunggu dan menemani Zenan dengan sabar. Sedangkan Agatha sudah pulang terlebih dahulu. Tentunya karna di suruh oleh Zania.









Bersambung.....

𝕄𝕚𝕟𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang