"Kak Zania! Bangun!"
Zenan berteriak di sisi Zania yang masih melalang buana di alam mimpinya.
"Nanti aja lah, masih pagi." Zania membalikkan tubuhnya memunggungi Zenan dan menarik selimutnya sampai sebatas leher.
"Hihh kak, katanya mau jalan jalan ke taman."
"Bentar lagi yaa Zen."
Zenan menghela nafas panjang kemudian pergi keluar dari kamar Zania.
"Zania belum bangun?" Tanya Agatha yang sudah terlihat rapi. Zenan menggelengkan kepalanya dengan lesu.
"Udah jangan sedih, biar gue aja yang bangunin." Agatha berjalan menuju ke kamar Zania dan membuka pintunya dengan keras.
BRAAAKKK
"WOY BANGUN LO KEBO! ATAU MAU GUE BAKAR SEKASUR KASURNYA?!" Agatha berteriak dengan keras sambil menarik selimut Zania dengan kasar.
"Apaan sih woylah?! Pagi pagi udah bikin masalah aja!" Zania menatap Agatha dengan tatapan kesal.
Agatha menghela nafas kasar, berusaha untuk tetap tenang.
"Denger yaaa monyet, lo udah janji sama Zenan bakalan bawa dia ke taman hari ini. Dengan gobloknya lo gak mau bangun pas Zenan bangunin lo!"
"Astaga! iya anjir gue lupa!" Zania langsung bangun dari tempat tidur dan bergegas untuk mandi.
setelah 20 menit kemudian Zania pun keluar dari kamar dan menghampiri Zenan dan Agatha yang sudah menunggu di teras rumah.
"Selesai juga lo monyet." Sindir Agatha.
"Ya maaf kalo lama."
Tanpa berlama-lama lagi, mereka pun segera pergi ke taman. Belum terlalu siang untuk mereka berjalan jalan di taman, jadi tidak terlalu panas.
Mereka bertiga duduk di taman sambil makan eskrim.
Cukup lama mereka berada di taman. Mereka bertiga pun pergi ke bioskop untuk menonton film.
Mereka memilih film dengan genre komedi dan fantasi. Juga ada romancenya.
Saat sedang menonton, tiba tiba ada adegan ciuman pada film yang sedang mereka tonton.
Zania reflek langsung menutup mata Zenan dengan telapak tangannya. Zenan mengernyitkan dahi dan melepaskan tangan Zania.
"Kenapa sih kak? Kok mata aku di tutup?" Zenan bertanya dengan sedikit kesal.
"Ohh em... Ngga papa kok. Hehe."
Zenan hanya mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi cemberut.
"Film nya udah selesai, pulang aja yuk." Agatha mengajak mereka untuk pulang.
Mereka pun pulang ke rumah masing masing.
"WOY BANGUN LO. KEBO BANGET SIH JADI ORANG!"
Agatha dengan akhlak nya yang minus berteriak di dalam kamar Zania yang masih tertidur.
"Apaan sih lo?! Hobi banget teriak di kamar gue pagi pagi." Zania dengan kesalnya kembali menutup tubuhnya dengan selimut.
"Bangun gak lo?! Atau lo mau gue seret?! Zenan udah berangkat duluan gara gara bangunin lo tapi lo nya susah bangun!" Agatha mengomel seperti emak emak.
Zania yang mendengar itu reflek langsung duduk dan berdiri.
"Apa lo bilang?! Zenan udah berangkat duluan? Sama siapa dia berangkat?!" Zania terlihat panik dan khawatir.
"Ya sama sopir lah! Pake nanya."
"Kenapa sih emangnya?!"
"Goblok! Harusnya lo anterin Zenan! Aishh sial!" Zania mengacak rambutnya dengan frustasi.
"Lah kenapa emangnya?!" Agatha bingung dengan reaksi yang diberikan oleh Zania.
"Lo lupa? Zenan sering di bully kan? Nah, dia pergi ke sekolah sendirian. Gimana kalo sesampainya dia disana langsung dibully?!"
Tanpa menunggu jawaban Agatha, Zania langsung melesat dengan cepat menuju ke kamar mandi.
Hanya butuh waktu 5 menit Zania sudah keluar dari kamar mandi.
"Cepet amat lo mandinya? Mandi gaya apa?"
Tanya Agatha dengan sebelah alisnya yang terangkat. Menatap Zania dengan tatapan heran.
"Siapa bilang gue mandi?" Dengan santainya Zania menjawab seperti itu. Agatha menatapnya tidak percaya.
"Mau mandi atau nggak nya juga gue tetep cakep. Tetep ganteng." Agatha yang mendengarnya nemasang ekspresi seakan mau muntah.
Zania tampak tergesa gesa, bahkan pakaian nya belum rapi. Zania memasukkan buku kedalam tas dengan asal.
Kemudian dia langsung melesat keluar dari rumah dan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.
Di sekolah.........
"Woy! Kemana dua pengawal lo? Kok gak ada sih?" Arvel sedikit menundukkan tubuhnya untuk menyamakan tingginya dengan Zenan.
Zenan hanya menunduk dan terlihat ketakutan.
"Gue tanya loh, kenapa gak di jawab?" Arvel mencengkeram rahang Zenan dengan erat. Membuat Zenan meringis menahan sakit.
Arvel memaksa Zenan untuk mendongak. Zenan memejamkan matanya dan tidak berani menatap Zenan.
"Tatap gue." Ucap Arvel dengan nada rendahnya. Wajah Arvel dan Zenan sangat dekat. Membuat Zenan bisa merasakan hembusan nafas Arvel yang mengenai wajahnya.
Zenan masih memejamkan matanya. Arvel geram dan mengeratkan cengkeraman tangannya pada rahang Zenan.
"Lo denger gue kan?! Atau perlu gue kasar dulu, baru lo mau dengerin gue?!" Arvel menaikkan nada suaranya membuat Zenan semakin takut.
Mau tidak mau Zenan mulai membuka matanya dan menatap Arvel.
Levan dan yang lain hanya menonton adegan itu. Mereka terlihat sedikit heran saat melihat raut wajah Arvel yang sedikit berubah.
Arvel sedikit terpaku melihat tatapan mata Zenan yang terlihat sedikit berkaca kaca. Hidung nya sedikit memerah, wajahnya juga. Terlihat jelas bahwa Zenan sedang menahan tangisnya. Dan itu terlihat sangat.....
"Shit." Arvel mengumpat dalam hatinya. Arvel langsung melepaskan cengkeraman nya dengan kasar. Membuat Zenan sedikit terhuyung.
Namun, ada seseorang yang memegang tubuhnya.
"Heh! Lo apain lagi adek gue?!" Zania menatap Arvel dengan tatapan nyalang. Sedangkan Agatha menepuk Zenan yang masih terlihat sedikit ketakutan.
"Gak gue apa apain. Adek lo aja yang cengeng sama penakut." Jawab Arvel dengan watadosnya. Membuat Zania geram dan ingin memukul Arvel, namun dia tahan.
"Jangan pernah deketin adek gue lagi." Zania langsung pergi bersama dengan Agatha dan Zenan.
"Vel." Alta, salah satu teman Arvel menghampiri nya dan menepuk bahunya.
Arvel hanya menoleh dan mengangkat alisnya sebagai respon.
"Lo ngga papa kan?" Tanya Alta.
"Gue gak papa. Emangnya kenapa?" Tanyanya balik.
"Gak. Aneh aja, biasanya lo bakalan langsung sikat sama si Zen. Tapi tadi lo.... Ada sesuatu kah? Gue liat liat juga tatapan lo kek agak beda gitu."
"Maksud lo apa?"
"Iya bener, apa yang diomongin sama Alta. Lo agak beda tadi." Tambah Levan membenarkan apa yang dikatakan oleh Alta.
"Jangan jangan lo suka lagi sama dia?" Ucapan Kiehl membuat Arvel langsung melotot ke arahnya.
Tanpa berkata apa apa lagi, Arvel langsung pergi dari sana. Dan di susul oleh, Levan, Kiehl dan Alta.
Bersambung........
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕄𝕚𝕟𝕖
Teen Fiction"Kalo lo suka sama dia, ya harusnya lo jaga. Bukan malah lo rusak dan sakitin."