Cemburu

56 5 0
                                    


Happy reading :D












Keesokan paginya, Arvel memeriksa kelas Zenan, mengecek apakah Zenan sudah berangkat atau belum.

Baru saja akan masuk, dari arah belakang ada yang menarik tangannya dengan kuat. Arvel pun kesal, dia menepis tangan orang itu dengan keras.

"Lo apaan lagi sih?! Apa yang lo mau dari gue?!" Tanya Arvel dengan keras.

"Aku cuma mau kamu. Aku mau kamu balas perasaan aku." Ucapnya dengan lembut, tatapan matanya juga sangat lembut.

"Stop ganggu gue! Karena, sampai kapanpun gue nggak akan pernah balas perasaan lo!" Arvel menuncuk wajah Vanza dengan jari telunjuknya. Matanya menatap tajam mata Vanza yang sudah berkaca-kaca.

"Kenapa sih? Aku kurang apa?!" Vanza sedikit menaikkan nada suaranya. Untung saja suasana sekolah masih sepi, jadi mereka aman aman saja.

"Lo, itu banyak kurangnya dimata gue! Pergi dari hadapan gue sekarang juga!"

Karena Vanza tidak kunjung pergi, Arvel mengangkat tangannya dan hendak memukul Vanza. Tapi, bukannya Vanza yang tertampar, malahan Zenan yang terkena tamparan keras dari Arvel.

Zenan meringis sambil memegangi pipinya yang memerah. Arvel pun sangat terkejut, dia terdiam sebentar kemudian memegangi pipi Zenan yang memerah.

"Zen? Maaf, gue nggak sengaja." Arvel terlihat panik saat melihat mata berkaca-kaca milik Zenan.

"Kamu ini beneran nggak bisa lembut sedikit aja ya?" Ucap Zenan sambil menatap Arvel dengan tatapan tajam. Zenan juga menepis tangan Arvel yang menyentuh pipinya.

Arvel tampak tertegun dengan tatapan tajam Zenan, tidak biasanya Zenan berani menatapnya dengan tatapan yang seperti itu. Tanpa bisa mengatakan apapun, Arvel hanya terdiam.

Zenan berbalik dan menatap Vanza yang ada di belakangnya.

"Van? Kamu nggak papa?" Tanya Zenan dengan lembut.

Bukannya menjawab, Vanza malah membentak Zenan dengan keras.

"Kamu! Kamu nggak usah sok baik deh! Aku tau, kamu itu cuma mau caper sama Arvel kan?!" Vanza menunjukkan jari telunjuknya di wajah Zenan. Zenan mengerutkan keningnya dan menatap bingung ke arah Vanza.

"Nggak sama sekali."

Karena geram, Arvel segera menyeret Vanza pergi dari sana dengan paksa. Meninggalkan Zenan yang hanya berdiri dengan tatapan kosong.

Zenan segera tersadar dari lamunannya lalu masuk kedalam kelasnya. Zenan memperhatikan pelajaran dengan baik. Mendengarkan dan mencatat, serta mengerjakan tugas yang guru berikan. Memang, Zenan itu terkenal sebagai anak yang rajin dan pintar. Namun dia tertutup dan pendiam. Membuatnya jarang memiliki teman.








Saat jam istirahat, Yesha menghampiri Zenan di kelasnya. Kemudian Yesha menggandeng tangan Zenan menuju ke kantin.

Saat di kantin, disana sudah ada Zania, Agatha dan juga Levan. Yesha dan Zenan pun menghampiri mereka bertiga dan duduk bersebelahan.

"Wahh, cowok yang di sebelah lo siapa Zan?"

"Levan, he's mine." Yesha mengangguk, sedangkan Levan dan Agatha menatap Zania dengan tatapan tajam.

"Jadian aja belum." Ucap mereka berdua dengan bersamaan.

"Oh, mau? Boleh." Zania menyeruput es jeruk nya dan kemudian mulai makan. Levan yang tadinya sudah tampak bersemangat kini malah menjadi murung.

𝕄𝕚𝕟𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang