"Bukannya lo udah lama suka sama dia ya Van?" Tanya Kiehl pada Levan.
"Iyaa, kenapa emang?"
"Kenapa gak lo embat aja?"
Saat ini Kiehl, Alta dan Levan sedang berkumpul di kantin. Dimana Arvel? Entahlah. Mungkin sedang melakukan sesuatu.
Mendengar pertanyaan dari Kiehl membuat Levan tampak berpikir. Kemudian dia berdiri dari tempat duduknya.
"Kira kira Levan bakalan ngapain ya?"
"Jangan jangan ntar Levan malahan langsung grepe grepe lagi!"
"Tapi kan Levan masih polos.”
"Iel? Bisa diem gak lo, atau lo mau gue cipok?" Alta kesal mendengar celotehan Kiehl. Dia menatap Kiehl dengan tatapan datar namun tajam. Membuat nyali Kiehl langsung menciut. Kiehl pun menutup mulutnya rapat dapat dan lanjut menghabiskan makanannya.
Sebenarnya Levan sudah menyukai seorang gadis dari awal dia masuk ke sekolah itu. Yaa berarti dari awal kelas 10. Dan sekarang dia sudah kelas 11. Kebetulan gadis yang Levan sukai juga satu angkatan dengan nya.
Levan berjalan menyusuri lorong kelas dan mengamati sekitar. Mencari seseorang.
Saat melihat orang yang dia cari, Levan langsung menghampiri orang itu dan menariknya menuju lorong yang sepi. Lalu memojokkan nya di dinding.
Orang itu adalah.....
Zania.
Yap, Zania. Jadi, Levan selama ini memang menyukai Zania. Dan dia mulai menjadi ragu ragu untuk membully Zenan setelah tahu bahwa Zenan adalah adik dari Zania.
Zania hanya menatap Levan dengan tatapan datar dan dingin. Tapi apa kalian tau bagaimana perasaan Zania? Hemm.....
Levan dan Zania beradu tatapan. Hingga tiba tiba saja Levan mencium bibir Zania. Zania terkejut? Oh tentu saja. Namun, dengan cepat Zania membalikkan posisi.
Zania mengungkung Levan di tembok. Tangan kanannya berada di tengkuk Levan sedangkan tangan kirinya berada di pinggang Levan.
Zania menekan tengkuk Levan dan memiringkan kepalanya untuk memperdalam ciuman mereka. Lidah Zania menjelajahi isi mulut Levan.
Zania mendominasi ciuman di antara mereka karena ciuman Levan terasa masih amatir bagi Zania.
"Nih bocah polos salah pergaulan apa gimana dah?" Batin Zania.
"Eunghh...." Lenguhan lembut terdengar dari bibir Levan. Levan meremas bahu Zania saat merasakan bahwa pasokan oksigen nya sudah menipis.
Zania pun melepaskan ciuman di antara mereka. Dengan lembut Zania mengusap dagu dan bibir Levan yang basah. Bibir Levan terlihat sedikit membengkak akibat ulah Zania.
"Lo kalo masih polos jangan sok sokan mancing." Bisik Zania tepat di telinga Levan. Wajah Levan yang memang sudah memerah jadi tambah merah gara gara Zania.
Zania tersenyum sekilas dan mengacak rambut Levan dengan lembut kemudian pergi dari sana meninggalkan Levan.
Levan masih tetap terpaku dan diam di tempat. Dia menyentuh bibirnya sendiri dengan jarinya.
"Gue...."
"Gue beneran ciuman sama Zania tadi?"
"Gue harus dapetin Zania."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕄𝕚𝕟𝕖
Teen Fiction"Kalo lo suka sama dia, ya harusnya lo jaga. Bukan malah lo rusak dan sakitin."