Rumah sakit

160 7 0
                                    


Happy reading
















Nayanika itu perlahan mulai terbuka, menampakkan sinarnya yang sedikit redup. Menatap ke sekeliling nya yang tampak terlihat asing.

Zenan melihat ke samping nya, disana ada Zania yang tertidur dengan menjadikan tangannya sendiri sebagai bantalan.

Zenan menghela nafas panjang dan merasakan tubuhnya yang sakit. Sulit untuk di gerakan.

Zania yang merasakan pergerakan dari adiknya itupun membuka matanya.

"Zen? Udah bangun?" Tanya Zania sambil mengucek matanya.

Zenan mengangguk.

"Iya kak."

"Ada yang sakit? Mana yang sakit? Zenan butuh sesuatu? Atau mau kakak panggilin dokter?" Zania bertanya beruntut tanpa jeda. Membuat Zenan terkekeh kecil.

Zania mengerutkan keningnya bingung dengan reaksi Zenan. Zania kemudian meletakkan punggung tangannya pada dahi Zenan.

"Gak panas." Gumamnya pelan.

"Ih kak aku gak papa. Aku gak sakit." Zenan memasang wajah cemberut. Mengerucutkan bibirnya yang berwarna merah muda. Membuatnya terlihat lucu. Apalagi pipi nya yang chubby sedikit menggembung.

Zania yang melihatnya menjadi gemas sendiri. Lalu dengan jahilnya dia mencubit pipi Zenan.

"Kak!!"

"Kenapa?"

"Heh tadi di tanya juga, malahan ketawa. Ada yang sakit? Atau butuh sesuatu?" Zania kembali mengulangi pertanyaannya.

"Nanyanya satu satu dong. Ee ada sih badan aku pegel kak. Sakit semua."

"Kamu diem disini. Biar kakak panggilin dokter dulu."

Zania bangun dari duduknya dan pergi untuk memanggil dokter. Sekalian nyari makan. Laper dianya tuh dari kemarin siang belum makan.

Zania berjalan sendirian menyusuri lorong rumah sakit yang sudah lumayan rame. Karena hari sudah agak siang.

Setelah memberi tahu dokter Zania langsung pergi ke kantin rumah sakit terlebih dahulu untuk membeli makanan.

Zania duduk sendirian sambil menunggu makanannya. Zania hanya duduk diam sambil menatap ke sekitarnya. Gabut bener gak ada hp yaaa.

Tak lama kemudian makanannya pun siap. Dia segera mengambilnya kemudian kembali ke ruang rawat Zenan.

Saat di lorong rumah sakit, Zania tak sengaja menabrak seseorang. Orang itu terjatuh dan mengaduh kesakitan.

"Duhhh.... Lo kalo jalan liat liat dong!" Ujar orang itu sambil mengusap pantatnya yang terasa sakit.

"Maaf. Gak sengaja." Jawab Zania singkat. Tak lupa dia mengulurkan tangannya untuk membantu orang itu.

Orang itu menatap uluran tangan Zania, kemudian meraihnya.

Setelah membantu orang itu berdiri dan meminta maaf sekali lagi. Zania langsung kembali melanjutkan langkahnya.

Orang itu menatap punggung Zania sebentar dan tersenyum tipis. Kemudian pergi entah kemana.








Zania membuka pintu ruang rawat Zenan dengan perlahan. Diliatnya disana sudah ada Agatha.

"Darimana aja lo? Adek lo kelaparan lo malah ngilang!" Omel Agatha pada Zania.

"Gue abis nyari makan. Sekalian buat Zenan." Zania menunjukkan kantong plastik yang dia bawa.

Agatha hanya menjawabnya dengan oh saja.

"Lo ngapain disini? Bolos lo?"

"Pake nanya."

"Apa salahnya nanya?"

"Salah lah, ngapain lo nanya kalo udah tau."

"Biarin, suka suka gue."

"Udahh udahh! Ngapain malah pada gelud sih?!" Zenan yang kesal karena kepalanya sedang pusing badannya masih sakit juga. Ehh malahan harus denger ocehan gak jelas dari dua makhluk di hadapannya ini.

Zania pun duduk di kursi yang ada di samping Zenan. Kemudian membuka bungkus makanannya.

"Makan dulu."

"Gak laper."

"Makan dulu, kamu dari kemarin belum makan."

"Gak laper kak."

Zania terus membujuk Zenan yang tidak mau makan.

"Zenan."

Merasa aura kakaknya yang langsung berubah, Zenan pun akhirnya mau untuk makan.

"Jangan galak galak goblok! Adek lo takut!" Agatha menggeplak kepala Zania dengan keras.

"Sakit bego!" Zania menatap Agatha dengan tatapan tajam sambil mengusap kepalanya yang di geplak.

"Zen?"

"Iyaa?"

"Maaf yaa?"

"Nggak papa kok kak."

"Yaudah, nih makan dulu. Biar cepet sembuhnya." Zania tersenyum dan mulai menyuapi Zenan. Zenan pun membuka mulutnya.

Baru beberapa suap Zenan sudah minta untuk berhenti.

"Udah kak. Aku udah kenyang."

"Satu suap lagi yaa? Kamu baru makan sedikit."

Zenan menggelengkan kepalanya dengan lemas. Zania pun mengalah, kemudian mengambil air putih dan membantu Zenan untuk minum.

"Zan? Gue gak lo suapin juga? Gue belum makan loh dari tadi pagi." Agatha menatap Zania sambil memasang wajah memelas.

"Ohh boleh sini." Agatha menampilkan senyum cerah saat mendengar jawaban Zania. Agatha yang mendengarnya pun mendekat dengan semangat.

"Ehh tapi tunggu dulu."

"Kenapa?" Tanya Agatha bingung.

"Lo ambil sekop dulu, nanti baru gue suapin." Mendengar perkataan Zania membuat Agatha langsung mendatarkan wajahnya. Mukanya terlihat masam.

"Lo pikir gue apaan?!" Agatha nyolot dan langsung mengambil makanan yang ada di atas meja. Dan kemudian memakannya dengan kesal.

Zania terkekeh dan kemudian mengambil ponselnya.

"Kakak gak makan?" Tanya Zenan pada Zania.

"Kakak udah makan tadi di kantin rumah sakit." Jawab Zania sambil tersenyum.

"Kak, kapan aku bisa pulang?"

"Mungkin nanti sore atau besok."

"Nanti sore aja ya kak? Aku udah gak betah disini."

"Emangnya kamu udah gak papa?" Tanya Zania khawatir.

Agatha hanya makan sambil menatap kedua kakak beradik itu.

"Aku gak papa, paling pegel dikit. Nanti bisa istirahat di rumah aja."

Zania tampak berpikir sebentar. Tapi saat melihat adiknya yang menampilkan puppy eyes nya membuat Zania tidak bisa menolak. Mau tidak maupun akhirnya Zania mengiyakan saja.

"Yeayy! Makasih kakakku tersayang." Zenan kegirangan sambil memeluk Zania.

Dan tanpa mereka sadari, sedari tadi ada yang memantau mereka dari luar ruangan.

Kemudian orang itu langsung pergi.



















Bersambung......

𝕄𝕚𝕟𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang