Nganu?

137 4 0
                                    








Sudah hampir dua Minggu, Arvel, Levan dan dua teman mereka tidak pernah mengganggu Zenan lagi. Bahkan hubungan Zania dan Levan pun tampak semakin dekat, walaupun masih was-was karena takut Arvel akan marah.


Saat hari libur, Zania hanya duduk bersantai di ruang keluarga sambil bermain game pada ponselnya. Tiba tiba bel rumah berbunyi, karena malas Zania hanya duduk diam dan menunggu pembantu di rumahnya untuk membuka pintu.

"Zaniaa...... Kok ngga di bukain sih?!" Levan berjalan ke arah Zania dengan memasang wajah cemberut.

"Ehh, sayang.... Aku ngga tau kalo kamu yang dateng." Ucap Zania tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel.

Levan duduk di sebelah Zania dan menatap nya dengan tatapan tajam.

"Iyaaa, he'eh game aja terosss." Zania masih fokus dengan ponselnya. Seperti nya dia tidak mendengar ucapan Levan.

"Den Levan mau minum apa? Biar Bibi bikinin." Tawar Bi Ina, pembantu di rumah Zania.

"Ngga ah Bi, Levan mau pulang aja."

Levan pun berdiri dan hendak keluar. Namun, tidak jadi karena ada yang memegangi tangannya.

"Mau kemana?" Tanya Zania yang sudah meletakkan ponselnya di atas meja. Bi Ina yang paham keadaan pun langsung pergi ke dapur.

"Hmm? Jawab sayang. Mau kemana?"

"Sayang... Sayang... Pala lo peyang!"

Kemudian Levan  terdiam dan tidak menatap Zania. Zania menghela nafas dan menarik tangan Levan dengan keras sampai Levan berbalik dan menabrak tubuhnya. Tangan kiri Zania merengkuh pinggang Levan dengan erat.

Levan tampak mendongak tapi kemudian kembali menunduk saat melihat tatapan Zania yang menurutnya menakutkan.

Zania memegangi dagu Levan dan membuatnya mendongak.

"Tatap aku baby."

"Ihh... Zania jangan natap aku kayak gitu. Aku takut." Levan menyandarkan kepalanya di bahu Zania.

Zania membopong tubuh Levan dan membawanya ke kamar. Sesampainya di kamar Zania duduk di tepi ranjang dengan Levan yang ada di pangkuannya.

Zania merengkuh pinggang Levan sedangkan Levan mengalungkan tangannya di leher Zania.

"Cantik." Ucap Zania membuat Levan tersipu.

"Aku ngga cantik yaa! Aku ganteng!"

"Ya udah iyaa imut."

"Aku keren bukan imut!"

"Imut, lucu, cantik."

"Ihh Zania enggak. Aku tuh ganteng, keren, cool."

"Masa sih? Gantengan juga aku tuh."

"Ih engg-

Cup

Perkataan Levan harus terpotong karena Zania yang tiba tiba saja menempelkan kedua bibir mereka. Wajah Levan tampak memerah padam.

"Kok merah mukanya?" Tanya Zania sambil terkekeh dan mengusap pipi Levan. Levan yang malu pun menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Zania..

"Malu ish, kamu sih tiba-tiba nyium. Ngga pake aba aba lagi."

"Tapi suka kan?"

Levan hanya diam dan terus membenamkan wajahnya di ceruk leher Zania. Sambil menghirup aroma tubuh Zania yang menurutnya candu dan membuatnya menjadi tenang.

"Jawab sayang."

"Iyaa suka."

"Mau lagi gak?" Tanpa disangka, Levan langsung saja mencium bibir Zania dengan brutal. Zania hanya tersenyum dan memperdalam ciuman mereka. Zania memegang tengkuk Zania dengan lembut sambil mengusapnya.

𝕄𝕚𝕟𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang