"Ya Tuhan, aku mohon, beri aku kesempatan"Jennie menyatukan kedua telapak tangannya dia memejamkan matanya dan berdo'a, jantung Jennie berpacu 2 kali lebih cepat dari biasanya
"Aku mohon, berikan aku kepercayaan kali ini"
Dengan was-was dan rasa cemasnya Jennie membuka kedua matanya, dia menghembuskan nafasnya lalu menatap test pack
Jennie membulatkan matanya, dia menutup mulutnya
"Garis dua? Ini garis dua?"
Jennie mengambil ponselnya dan memastikannya
"Ya Tuhan, aku hamil?"
Perlahan air mata Jennie menetes, dia menatap test pack nya "aku hamil" Lirih Jennie
Jennie menunduk dia menangis bahagia "hamil, aku hamil" Ucapnya terisak
4 tahun, butuh 4 tahun bagi Jennie untuk mendapatkan seorang anak. Dia dan suaminya melakukan banyak hal untuk mengupayakan itu tapi mereka tak berhasil dan hari ini, malam ini Jennie hamil anak pertama mereka
Bel rumah berbunyi Jennie tersenyum lebar dia mengusap air mata nya dan menaruh test pack di sakunya
Dengan perasaan senang dia membuka pintu rumahnya namun perasaan senangnya berubah menjadi perasaan cemas, suami nya datang bersama ibu mertua nya dan seorang wanita cantik Jennie menjadi canggung dia menyuruh mereka untuk masuk
Di sofa Jennie mengenggam erat test pack yang akan dia berikan, dia sudah siap memberi tahu kai dan Tiffany
"Suratnya" Pinta Tiffany
Kai mengeluarkan surat dia menyerahkannya pada Jennie
"Ini apa oppa?"
"Buka saja"
Jennie membuka nya dia terkejut "apa maksudnya ini?"
"Kemasi barang mu dan aku antar kamu pulang kerumah orang tua mu"
Bagai di sambar petir di siang bolong, Jennie terdiam memandangi wajah kai
"Maksudmu?"
"Kita cerai"
Jantung Jennie berpacu lebih cepat, tubuhnya merinding
"Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan? Jika aku melakukan kesalahan tapi apa?"
"Kau tidak memberikan ku keturunan"
"Tapi aku sedang berusaha"
"Ini sudah 4 tahun dan usaha mu itu tidak membuahkan hasil, aku akan menceraikan mu keluarga ku butuh keturunan"
Jennie menatap Tiffany "mom?"
"Apa yang di katakan putraku itu benar, cepat kemasi barang mu lagian sebenarnya kai ini sudah menikah"
"Menikah? Sudah menikah? Dengan siapa?" Mata Jennie tak sengaja menatap perempuan yang menunduk "apa dia istri baru mu?" Tanya Jennie sambil menunjuk nya
"Iya, dia istri kedua ku karena dia memberikan ku keturunan aku akan menceraikan mu sekarang juga"
Jennie terdiam, air matanya menetes "selama 4 tahun aku berusaha dan ini balasan kalian padaku?"
"Jangan buang waktuku wanita mandul, pergi dan kemasi barang mu!" Sentakan Tiffany
Perlahan hati Jennie terasa sangat panas, dia mengusap perutnya, air matanya menetes deras"aku akan pergi, kau disini saja tak perlu mengantar ku, temani saja istri sempurna mu itu" Ucap Jennie
Jennie mengambil bulpoint nya, dia menandatangani kertas itu dan berdiri pergi
Jennie melangkah menuju kamarnya, dia mengambil koper miliknya dan memasukkan semua barang nya, Jennie menyembunyikan test pack nya dalam tas nya lalu melangkah keluar kamar
"Aku harap kau tidak menyesali perkataan mu, Kai" Tekan Jennie
"Jangan pernah datang kesini, aku akan menghubungi keluargamu__"
"Tak perlu, aku akan mengatakannya sendiri"
Tiffany tersenyum remeh "iya, lebih baik sadar diri"
Jennie menyeret koper nya pergi meninggalkan rumah nya dan kai, dia memesan taksi online untuk pulang
**********
Sesampainya di mansion, dia mendengar suara tawa yang sangat dia rindukan, perlahan Jennie membuka pintu semua mata tertuju padanya, mereka terdiam melihat Jennie yang meneteskan air matanya
"Jennie-ya?"
Jennie menangis dia berlalu memeluk mommy kim, mereka berpelukan erat
"Mommy merindukan mu" Bisik mommy kim di sela tangisannya
Selama menikah dengan kai Jennie tak di perbolehkan berkunjung ke rumah keluarga nya begitu pun keluarga nya, mereka di larang menemui Jennie, awalnya Jennie menolak dan kai mengancam akan meninggalkannya, Jennie yang cinta mati dia menuruti semua permintaan kai
Selama 4 tahun mereka berpisah, kini Jennie kembali ke rumah nya sebenarnya.
Setelah semua nya tenang, Jennie menceritakan semuanya, mereka marah keluarga kai tidak menjaga Jennie dengan baik
Jisoo mengepalkan tangannya menatap tajam ke depan "dimana pria itu sekarang aku akan mengebiri nya sekarang juga" Geram Jisoo
"Aku tak habis fikir, dia itu seperti pria dewasa tapi aslinya dia itu pembantu yang selalu menuruti perintah majikannya" Timpal Irene
"50% saham perusahaan akan daddy tarik dari perusahaannya"
"Mommy menyesal melepaskanmu sayang"
Jennie bersandar di dada mommy kim, air matanya masih menetes dia berusaha menetralkan nafasnya sementara mommy kim memeluk dan mengusap kepala Jennie
"Sudah, jangan menangisi pria bajingan itu" Pinta Irene
"Benar, dia tak pantas di tangisi. Disini ada kami, kami selalu ada untukmu jangan sedih, eonnie akan membalaskan dendam mu pada pria itu" Ucap Jisoo
Jennie menyadari sesuatu dia melepaskan pelukannya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam kopernya, Jennie meletakkannya di meja
Mereka terkejut, daddy kim mengambilnya dan memperhatikan nya, Irene mendekati daddy kim dia ikut melihatnya
"Kamu hamil?"
Jennie mengangguk dengan senyuman nya
Mereka bersorak gembira, Jisoo memeluk erat Jennie sambil menggoyangkan badannya, Irene dan daddy kim meloncat-loncat gembira, mommy kim menatap test pack dengan senyum di wajahnya
"Selamat" Ucap Jisoo
Mommy kim mencium seluruh wajah Jennie setelah itu dia ikut memeluk Jennie
"Aku akan memiliki ponakan" Pekik Irene
"Akan eonnie berikan mobil untuknya, akan eonnie bangunkan perusahaan, mansion, rumah sakit, sekolahan dan dermaga untuk nya nanti"
"Jennie eonnie, eonnie kau pulang" Teriak seseorang di ambang pintu
Irene melihat rose dia berlari dan menarik tangan rose ikut meloncat-loncat bersama daddy kim
"Wae? Wae? Ada apa? Ada apa ini?"
"Jennie hamil, rose. Kita akan mempunyai ponakan"
Rose menunjukkan wajah terkejutnya "beneran?"
Daddy kim dan Irene mengangguk, Rose tertawa bahagia "eonnie, aku akan membuatkannya lagu saat dia lahir nanti" Pekik rose
Jennie tersenyum senang rasa kecewa dan marahnya berganti dengan rasa kebahagiaan
"Sudahlah, kenapa aku memikirkan dia, dia akan tetap hidup" Batin Jennie
Jennie membalas pelukan mommy dan kakak nya
"Ayo kita berikan kebahagiaan untuk anak ku!" Teriak Jennie