Steva lelah.
Sejak pulang sekolah tadi dirinya tidak dapat beristirahat, dia terpaksa ikut kemanapun vano pergi, dari mengajaknya makan, berhenti di mall sampai berjalan jalan di sekitar danau hingga mata hari terbenam.
Sudah lebih dari lima kali steva meminta pulang yang mana sama sekali tak di hiraukan oleh lelaki pemaksa itu.
"Pengen nangis" gumam steva setelah merebahkan dirinya pada kasur empuk di kamarnya.
"Kangen egi eugh hiks~" beneran nangis.
Sebenarnya di hari hari biasa dia sering bermaim hingga petang saat pulang sekolah tapi tidak tau kenapa hari ini rasannya sangat tak enak, rasa rasa suasana hatinya benar benar tak mengenakan. Bawaannya ingin marah marah dan menangis.
Sedang nyaman nyamannya menangis tanpa suara steva di kagetkan dengan bunyi ketukan pintu kamar kosnya.
Dengan langkah beratnya steva berjalan ke arah pintu kamar kosnya, membuka pelan pintu itu tanpa ingin mengintip terlebih dahulu pada jendela untuk melihat siapa orang yang bertamu.
Mas mas gofood?
"Cari siapa mas?" Tanya steva pelan saat sama sekali tak dapat melihat wajah mas mas gojek yang tengah berdiri di depannya ini.
Memakai masker, kacamata hitam dan helm hijau persis seperti seragamnya.
"Hallo?" Sapa steva bingung dengan tangan yang melambai tepat di depan wajah mas mas itu.
Mas gofood nya bisu?
Batin steva bertanya tanya."Duh gua gabisa bahasa isyarat" rengek steva tanpa sadar.
"Mas... itu... pesenannya... punya... saya...?" Tanya steva pelang dengan gerakan tangan asal menunjuk ke arah paperbag yang mas mas itu pegang.
Dan dengan hebatnya mas mas gofood itu mengangguk, sukses memancing senyum lebar steva.
Wah hebat juga gua.
Batin steva memuji."Tapi... mas.. saya... tidak... ada mesan... itu..." lanjut steva lagi dengan gerakan tangannya.
Demi apapun steva akan habis di tertawakan jika ada yang melihat tingkah konyolnya ini.
"Mungkin.. mas nya.. salah... kamar kos, saya... ga ngerasa... mesen... itu..." seru steva lagi yang kali ini langsung mendapat gelengan dari mas mas itu.
"Duh susah... mas nya cuma ngangguk sama geleng geleng, apa gua suru ngetik aja ya di ha- EH LOH MAS!! APA APAAN SIH INI!! LEPASS GAA" Teriak steva memberontak saat tanpa aba aba lelaki pengantar makanan itu memeluknya.
"Tenang ve.. gua egi" bisik lelaki itu yang mana sukses membuat tubuh steva melemas. Deru nafas steva benar benar memburu sangking paniknya.
"Hah.. egi?" Bingung steva masih dengan nafas yang terdengar berat.
"Sorry buat lo takut" bisik ergi lagi sambil melepas pelukannya.
Melepas masker, kacamata dan helm nya. Lelaki itu kembali mendekat ke arah steva dengan tangan yang tergerak menagkup wajah kecil lelaki cantik itu.
"Maaf..." ucap ergi pelan sambil mengusap lembut permukaan wajah si cantik.
"Kenapa?"
"Kenapa apanya?" Balik tanya ergi masih dengan tangan yang sibuk mengelusi wajah rupawan temannya itu.
"Kenapa lo kerja begini?" Bingung steva dengan pandangan yang memelas tak lupa jejak air mata yang sedari tadi di usap lembut oleh jari ergi.
"Kenapa kalo gua kerja begini? Lu ilfil?" Balik tanya ergi dengan senyum kecilnya.
Gelengan ergi dapatkan.
"Kenapa bisa sampe kerja gini? Bokap lo bangkrut?" Tanya steva pelan dengan wajah yang sudah ingin menangis. Merasa kasihan melihat teman tampannya itu bekerja seperti ini.Suasana mood steva saat ini benar benar mengalahkan wanita hamil.
Sedangkan ergi yang melihat segala kelakuan steva pun di buat tak tahan, lelaki tampan itu tertawa sebelum tergerak membawa tubuh kecil temannya ke dalam pelukan hangatnya.
"Engga sayang.. gua pake seragam tukang gofood yang gua bayar, gua mau ketemu lo tapi takut lo masih kesel sama gua jadi gua nyamar, sebenarnya tadi gua cuma mau nganter ini aja terus langsung balik, tapi gua udah ga kuat liat lo lucu nanggepin gua pake bahasa isyarat" bisik ergi menjelaskan dengan senyum yang tertahan.
Masih terbayang bayang wajah lucu steva saat mencoba untuk berbicara dengannya menggunakan bahasa isyarat buatannya sendiri.
"Anak lucu.." lanjut ergi gemas sendiri dengan wajah yang tergerak mendekat untuk mencium wajah kecil steva.
"No! Jangan cium..." tolak steva dengan mata yang kembali berkaca kaca ingin menangis.
"Oke sorry... ga cium cium, jangan nangis.." ucap ergi kembali menenangkan steva dengan pelukannya.
"Kedalem aja" pinta steva sedikit menarik jaket hijau yang ergi kenakan.
"Gua boleh?" Tunjuk ergi ke dirinya sendiri. Takut takut menyalah artikan ucapan steva, takut steva masih marah padanya dan tak membolehkannya memasuki area kamar kos lelaki cantik itu.
"Kalo lo gamau yaudah" malah ngambek. Melepas pelukannya dengan tangan yang terlipat di depan.
Ergi kelepasan tertawa, lelaki tampan itu mati matian mengulum bibirnya dengan mata yang sibuk melirik kesembarang arah. Takut tak tahan jika berlama lama menatap raut cantik temannya itu.
Tidak tau kenapa hanya tidak berdekatan selama 4 hari cukup membuat jantung ergi berdetak kencang menahan gemas.
"Kenapa!!" Pekik steva kesal saat menyadari raut wajah ergi yang seperti ingin menertawakannya.
"Hah..." desis ergi setegah mati. Bisa jadi taruhan nyawa jika dia kelepasan tertawa disaat seperti ini.
"Engga ve... ayo ke dalem" bujuk ergi kembali mengambil paperbag besar dan sekotak makanan yang tadi di bawannya.
"Itu apa?" Tanya steva dengan tangan yang sudah memeluk manja lengan ergi.
Lihat, hanya dengan sekali kedip suasana hati steva berubah.
"Buka nih.." seru ergi sambil memberikan 2 paperbag besar di tangannya.
Mendengar itu steva dengan secepat cahaya segera membuka satu per satu paperbag yang ergi bawa dengan wajah sumrigahnya.
Sedangkan ergi terlihat sibuk membuka seragam hijau hijaunya dan menyisahkan kaos hitam polos pendek.
Duduk di sofa ruang tamu steva dengan pandangan yang fokus memperhatikan pemilik kos yang kini sudah terkikik kikik lucu melihat isi paperbag yang di bawanya.
"Enak!!" Pekik steva spontan saat merasa coklat yang ada di mulutnya perlahan lumer memancing rasa manis yang menjalar di area indra perasanya.
"Mau?" Tanya steva menawarkan.
Ergi yang di sodorkan dengan spontan membuka mulutnya.
"Sini, mau ngomong" panggil ergi agar steva duduk mendekat ke arahnya.
Seperti anak kucing yang patuh pada induknya steva merangkak mendekat ke arah ergi dengan senyum yang merekah. Untuk sesaat melupakan masalahnya dan ergi beberapa hari ini.
"Huem?" Gumam steva menunggu dengan senyum apa yang akan ergi katakan selanjutnya.
"Mau udahan aja?"
"....?"
Tbc.
Double up yaa.. chp 19 nya entar malem💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuman Temen?
Teen FictionCuman temen tapi ciuman Cuman temen tapi possesive ngalah ngalahin orang pacaran Cuman temen kok cemburuan? Ini serius cuman temen? 🔞 ⚠️Up kalo lagi gabut aja.