Bab 5 Serba Mudah

15 3 0
                                    

Kenan tak asal bicara!

Lamaran terjadi selang dua hari saja. Semua serba penuh dengan kejutan! Baik untuk Hania, bahkan untuk seluruh keluarganya.

Keluarga Kenan hadir di acara tersebut, termasuk Pak Rahwana dan Bu Sinta –Ibu Kenan yang lebih dikenal sebagai pemilik Prince Gallery–.

Menjadikan Hotel Prince sebagai tempat acara tentu bukan perkara sulit. Hania tahu itu! Tapi, bagaimana bisa semua serba mudah begini?

“Kata orang, kalau semua serba dimudahkan, itu artinya kalian beneran dijodohkan sama Allah.” Begitu kata Ratna. 

Tapi tentu saja Hania tak mau percaya. Karena pernikahannya ini memang rencana Kenan. Pastinya laki-laki itu sudah mempersiapkan segala hal secara matang agar rencana pernikahan kontrak mereka terjadi.

Dijodohkan oleh Allah? Ah, mustahil. Hania jelas malu mengakui hal ini. 

Tapi, mungkinkah Allah memang merestui pernikahan kontrak mereka ini?

Sehari setelah acara lamaran, pernikahan digelar di hotel yang sama. Kadang Hania merasa ini seperti mimpi di siang bolong karena semua serba mendadak tapi terlaksana dengan sangat apik.

Bahkan hal sepele seperti gaun pernikahan saja, benar-benar sesuai dengan apa yang ia angankan dulu. Gaun serba tertutup dengan buket bunga lily kesukaannya. Juga sepasang cincin yang sedang disematkan Kenan di jari manisnya sekarang yang entah kapan Kenan mempersiapkannya. Karena cincin itu begitu pas tersemat di jarinya.

“Pak Kenan kapan beli cincin ini?” tanya hanya di tengah sesi pemotretan. Menampilkan dua tangan mereka yang sudah disematkan cincin pernikahan di masing-masing jarinya.

“Ibu saya yang memberikannya. Itu cincin warisan katanya.”

“Oh?” Hania cukup terkejut mendengarnya. “Bisa pas gitu yah di jari saya. Padahal gak pernah tuh saya sama Ibunya Pak Kenan ketemu buah bahas cincin apalagi ukuran jari.”

Hania memandang cincin yang sudah tersemat bukan lagi dengan perasaan terkejut, tapi berubah takut. Boleh jadi pernikahan ini baginya dan Kenan hanyalah pernikahan kontrak belaka. Tapi, tidak bagi semua tamu yang hadir di sini sekarang. Termasuk cincin yang tersemat pun ternyata bukanlah cincin yang dipilih asal-asalan oleh Kenan. 

***

“Pak Kenan ngapain ada di sini?!”

Kenan meraup wajah saking malu ditertawakan oleh tim MUA yang tampak sibuk merapikan gaun yang Hania kenakan sekarang. Bukannya menjawab, Kenan malah tampak berkomat-kamit seperti memberi Hania isyarat.

Ketika Kenan menunjuk cincin pernikahan di tangannya, Hania langsung merapatkan bibir, menatap orang-orang yang sedang tersenyum diam-diam dengan perasaan malu.

“Jika tugas kalian sudah selesai, bisa tinggalkan ruangan ini sebentar saja?”

Hanya dalam beberapa detik keduanya ditinggalkan di dalam ruangan. Hania langsung meraup wajahnya sambil berteriak. Kenan tertawa sambil duduk di sofa tak jauh dari Hania.

“Kerja bagus, Hania. Saya pikir kamu akan berubah pikiran lalu kabur.”

“Bagaimana mungkin saya kabur kalau Pak Kenan menyuruh orang membuntuti saya selama ini?”

Sejak kesepakatan itu ditandatangani, ada dua orang perempuan berbadan tinggi terus mengekori Hania. Katanya mereka suruhan Kenan yang harus memastikan Hania pulang sampai rumah dengan selamat. 

Rupanya, keesokan hari sampai hari pernikahan tiba, dua orang itu terus membuntuti Hania. Ke mana pun! Bahkan saat bekerja sekalipun, dua orang itu akan berjaga di luar kantor. Saat berada di rumah, dua orang itu juga akan berjaga di luar rumahnya. 24 jam nonstop! Entah itu pagi, siang, bahkan malam, mereka ada di manapun Hania berada.

STAY WITH ME (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang