Bab 3 Sandiwara

35 7 0
                                    

“Hebat sekali kamu bisa punya hubungan spesial dengan bosmu sendiri? Kamu merayu dia dengan cara apa? Huh!” sengit Bu Rita.

“Jangan sampai kamu merendahkan diri kamu hanya karena dia atasan kamu, Nia. Ayah tak menginginkan apapun dari kamu kecuali kamu bekerja dengan baik saja.” Pak Rudi juga ikut memberikan peringatan keras.

“Jangan-jangan ini alasan Mas memilihku. Karena Mbak malah bermain api dengan atasan sendiri. Iya kan, Mas?” tuduh Maya penuh curiga. Ia melirik Alif yang langsung tertegun mendengar perkataan istrinya barusan.

“Bisa jadi itu. Laki-laki mana memangnya yang tahan kalau pasangannya selingkuh? Gak ada, Nia! Jadi, berhenti menyalahkan Maya yang kamu tuduh menggoda Alif. Ini pasti kesalahan kamu karena gak bisa jaga diri. Jadinya Alif memilih Maya yang tulus sayang sama dia!”

Perkataan Bu Rita diangguki oleh Maya dengan cepat.

“Gak akan api kalau gak ada bara, Mbak. Mbak bener-bener gak bersyukur yah punya cowok baik modelan Mas Alif. Dia udah tulus loh sama Mbak!”

“Dasar cewek gak tahu diri! Bikin malu saja!”

“Bukannya Pak Kenan sedang dekat dengan anak Menteri Luar Negeri itu yah, Nia? Putri namanya kalau tidak salah.” Alif tiba-tiba angkat suara. “Hubungan mereka gimana kelanjutannya? Bukannya udah mau tunangan?”

“Nah, loh! Mbak bukan ngerebut Pak Kenan dan pacarnya, kan? Jangan gitu, Mbak! Gak baik!”

“Cih! Bikin malu saja! Katanya berhijab, tapi kelakuan kamu malah kayak setan, Nia. Bikin malu!”

“Bener itu, Nia? Pak Kenan itu mau tunangan sama perempuan yang Alif bicarakan?” Pak Rudi sampai memasang wajah tajam saat menanyakan hal itu.

Tapi, Hania tak bereaksi apapun mendengarkan setiap perkataan yang terlontar dari keluarganya. Termasuk di sana ada Alif yang sekarang sudah jadi bagian dari keluarga ini juga. Perasaannya saat ini benar-benar tak menentu meski sekarang Hania berusaha untuk fokus mengaduk makanan yang ada di wajan sambil memunggungi mereka semua.

“Jadi, berhenti menyebut adikmu sendiri dan Alif berselingkuh kalau kamu sendiri yang lebih dulu melakukannya, Nia!” Bu Rita terus menyudutkan.

“Sebagai perempuan yang sudah bertunangan, kamu harusnya bisa menjaga diri. Kejadiannya mungkin tidak akan seperti ini. Ini alasannya Ayah tak suka dengan pekerjaanmu meskipun gajinya besar. Risikonya terlalu tinggi!”

Hania mematikan kompor sambil membanting sutil ke wajan dengan kasar. Dentingannya cukup membuat semua mata kini memandangi punggungnya. Tak terkecuali Alif.

Perlahan Hania berbalik badan dengan wajah menegang. Menatap Alif lebih dulu yang memandangnya sengit. Lalu Pak Rudi yang kini mengalihkan pandangan darinya. Sementara Bu Rita dan Maya menyambutnya dengan seringai sinis.

Hening beberapa saat menjelma. Tak ada satupun yang bicara, termasuk Hania yang sebenarnya ingin sekali mengatakan banyak hal. Isi kepalanya sampai meledak saking banyaknya!

“Kalian semua keter—”

Tapi, Hania langsung merapatkan bibir lagi bahkan sampai menggigitnya. Menahan segalanya agar tak keluar. Lalu sedetik kemudian, Hania melangkah pergi dari dapur. Menuju kamarnya dengan air mata yang mulai menetes pelan tanpa suara isak.

Hania mengambil ponsel dan menelepon seseorang. Tangisnya langsung pecah ketika suara sahabatnya, Ratna, memanggil namanya.

“Gue gak kuat, Na. Gue gak kuat hidup kayak gini terus!”

“Mau gue jemput? Lo nginep di rumah gue aja. Nanti biar gue yang ngomong alasannya ke keluarga lo. Oke?”

Hania mengangguk meski ia tahu Ratna tak melihatnya. Beberapa menit kemudian Ratna benar-benar datang. Tak ada yang protes ketika Ratna meminta izin membawa Hania menginap di rumahnya dengan alasan Ratna takut sendirian.

DIPAKSA JADI JODOH (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang