Robert terlihat serius menyiapkan obat yang akan diinjeksikan kepada sapi perahnya pagi itu. Oliver berusaha membantu menenangkan sapinya dengan mengusap-usapnya lembut, merasakan ketegangan yang dirasakan ketika menatap ujung jarum suntik yang terlihat mengerikan.
Robert mengatakan, perubahan musim ini membuat sapinya diserang wabah penyakit flu ringan sehingga harus segera diobati sebelum semakin parah. Bukan hanya lendir dan nafsu makan yang berkurang, tapi dia khawatir sapinya akan terjangkit diare juga.
Oliver mendudukkan sapinya sebelum Robert benar-benar menyuntiknya. Hari ini sedang libur sekolah, jadi aku bisa leluasa menghabiskan waktu bersama mereka berdua.
Alex dan Tuan Smith sudah sejak tadi pagi ke kebun mereka, sedangkan kedua laki-laki ini akan menyusul setelah aksi pengobatan mereka sudah selesai.
"Itu pasti sakit," ujarku setelah Robert selesai, diikuti rintihan kuat sapi yang merasa kesakitan. "Aku benci jarum suntik."
"Kurasa itu alasan kau tidak menjadi dokter." Balas Robert.
Aku tertawa ringan dan ikut berjongkok menatap sapi perah itu yang perlahan mulai berubah rileks.
"Harusnya dibanding melihat adegan yang menurutmu menakutkan seperti ini, kau harusnya ikut Alex saja ke kebun, menengok pohon favoritmu."
Tawaku langsung hilang mendengar nama Alex disebut. Setelah pertengkaran kami waktu itu, aku tidak pernah sekalipun berbicara dengan Alex. Dan kenyataan yang lebih buruk, dia juga melakukan hal yang sama. Dia bahkan bersikap seperti tidak pernah melihatku. Karena aku merasa aku tidak bersalah apapun padanya, aku tidak akan mau meminta maaf padanya, dan mengikuti skenario saling memboikot satu sama lain.
"Aku hanya ingin di rumah saja." ujarku beralasan. Aku tidak mungkin mengatakaan yang sebenarnya.
Oliver akhirnya berdiri, lalu membersihkan tangannya dengan air dan sabun. "Semua orang tahu, kau terlihat sedang bertengkar dengan Alex."
Ah, sudah kuduga. Mau disembunyikan bagaimanapun, mereka pasti akan tahu.
"Tentu saja tidak," meski begitu aku tetap berusaha menyangkal.
"Alex jadi pendiam, suka melamun." Robert menambahkan, masih mengusap-usap sapinya lembut.
"Dan kau tidak pernah membantunya lagi di greenhouse."
Aku menatap Oliver datar. "Aku sedang sibuk dengan urusan pondok," aku masih berusaha menyangkal. Setidaknya, aku tidak jadi yang tertama mengakui kebenaran itu.
"Sebaiknya kalian berbaikan. Jika terlalu lama, kalian mungkin tidak akan pernah akrab lagi." Robert mulai menasehatku. Yah, tentu saja aku menyayangkan hal itu. bahwa Alex yang selama ini sudah sangat dekat denganku, tiba-tiba berubah jadi sosok yang kembali asing, dan jika benar seperti yang dikatakan Robert, mungkin nanti aku akan kehilangan kesempatan bisa akrab lagi dengannya. Kedengarnnya ide itu sangat menakutkan. Namun, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku sudah menyakiti perasaannya, dan aku tidak yakin meskipun aku sudah meminta maaf, hubungan kami akan kembali lagi seperti semua. Aku ragu.
"Jadi ada masalah apa sebenarnya?" Oliver sepertinya terlihat sangat penasaran.
"Tidak ada," sekarang aku benar-benar terdengar seperti pembohong ulung.
"Kurasa masalah ini sangat berat sampai kau tidak ingin membahasnya."
Aku menghina keluarga kalian. Jika aku mengatakan itu, jangankan Alex, seluruh keluarga Smith akan mengusirku dari rumah mereka. Kurasa.
Aku mengepak perangkat pembelajaran ke dalam file kardus dan menaruhnya di atas rak buku di ruang guru. Ada banyak sekali buku dan barang-barang lainnya yang aku bawa sedari liburan untuk melengkapi kebutuhan sekolah. Aku, bu Dewi dan pak Ridwan lebih banyak menghabiskan waktu sepulang sekolah untuk membahas masalah kepentingan pondok ke depannya. Meski tempat ini terpencil dan ada banyak keterbatasan yang dihadapi, tetap saja sistem pembelajaran harus memenuhi standar nasional. Rencana pembelajaran, silabus, indikator dan tujuan harus mengikut kepada pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan setempat. Tapi tentu saja tanpa menyampingkan potensi lokal daerah, pelajaran sedikit-banyak lebih berkutat pada kepentingan seputar dunia pertanian dan peternakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEX SMITH
FanfictionEliza adalah seorang sarjana muda yang lulus SM-3T sebagai pengajar relawan ke pulau terpencil. Takdir menempatkan Lisa berkumpul bersama satu keluarga harmonis yang menjadi tempat tinggalnya selama bertugas. Keluarga yang tidak benar-benar warga lo...