13

461 24 0
                                    

BERKENCAN DIPANTAI

     Chiko tengah mempersiapkan pakaian yang akan dipakainya untuk kepantai nanti. Sehabis bangun tidur Darren langsung mengajaknya kepantai, tanpa memberitahu dari awal apalagi mereka akan menginap. Seharusnya Darren mengajaknya sebelum hari keacara agar tidak repot sekarang.

Setelah siap mempacking barang-barang yang akan dibawa, Chiko langsung turun kebawah dengan koper isi bawaan yang super banyak. Entah apa isi dalam koper tersebut, hanya dia yang tahu.

Darren melihat bawaan Sean yang super banyak, mereka hanya menginap dua hari satu malam. Tapi Sean seperti akan menginap seminggu. Lagian Sean tidak perlu membawa banyak karena disana sudah disediakan.

"Sayang kenapa banyak sekali kamu bawa, disana sudah ada pakaian kita"

Chiko melototkan matanya. Mengapa Darren tidak mengatakan jika pakaian telah disedian, jadi dia tidak perlu repot-repot membawa ini semua. Rasanya sangat berat.

"Chh bilang dong kalau disediakan, jadi aku tidak perlu repot membawa ini semua," desis Chiko

Darren menghelakkan napasnya bersabar
"Oke sayang aku salah, seharusnya aku memberitahunya. Aku minta maaf kepadamu sayang"

"Oke aku maafin kamu, tapi aku membawa skincare aja. Aku tidak mau kulitku akan gosong terkena sinar matahari"

"Tentu sayang"

Chiko mengambil tas untuk skincare, lalu memberikan koper kepada maid yang ada disana. Darren juga membawa tas milik Chiko. Setelah keluar mereka kemudian masuk ke mobil. Darren yang membawa mobil tanpa bantuan supir atau pemgawal lainnya.

Cukup memakan waktu mereka sampai kepantai karena mansion dan pantai cukup jauh, hingga beberapa jam kemudian mereka telah sampai. Mereka keluar dari mobil.

Chiko menatap kagum dengan pemandangan disini, cukup terbayarkan lelahnya dengan pemandangan indah disini. Netra Chiko melihat pantai ini sangat kosong, lalu dia menatap Darren. Darren yang mengerti kemudian menjelaskan.

"Ini adalah pantai milik papa mertua sayang, aku sengaja mengosongkan pantai ini untuk kita berdua"

Chiko menatap tajam atas jawaban Darren, mengapa pria ini bodoh mau mengosongkan hanya untuk berdua. Apa dia tidak takut bangkrut.

"Aku tidak akan bangkrut karena ini saja sayang, ini hanyalah uang kecil dan tidak terlalu berharga," jawab Darren seakan tau dari wajah Sean

Chiko menatap cengo Darren. Hanya uang kecil? Tidak terlalu berharga? Seberapa kaya kah suaminya ini. Tapi tidak apa-apa dia akan menghabiskan uang suaminya ini.

"Mau langsung main atau kedalam vila?" Tanya Darren

"Masuk kedalam villa aja dulu deh, simpan skincare dulu. Kamu pasti capek bawa itu," jawab Chiko

Darren mengangguk mengerti. Mereka kemudian pergi menuju villa, tak jauh dari pantai tersebut. Selama menuju villa, Chiko menatap kagum pemandangan dari pantai tersebut.

Seorang Pria sekitar Empat puluhan keluar dari kamar tersebut, pria itu adalah tukang bersih-bersih diviila itu. Pria itu membungkukkan badannya sebagai penghormatan kepada Darren dan Sean.

"Tuan, kamarnya telah saya bersihkan. Jika membutuhkan sesuatu, tuan bisa menghubungi saya. Kalau begitu saya pamit dulu tuan"

Setalah mengatakan itu pria tersebut pergi. Darren dan Chiko masuk dalam kamar villa, Chiko masih tampak kagum dengan ini semua. Bed yang besar, ruangan yang sederhana namun tampak elegan, lemari yang tinggi seperut.

"Cantik banget," puji Chiko

"Sama sepertimu, bahkan kecantikanmu lebih indah daripada ruangan ini"

Chiko memerah malu mendengar gombalan Darren, juga mengapa pria itu lebih pandai menggombal. Entah mengapa dadanya tiba-tiba berdebar.

    

                      ****

Sinar senja terik dibawah air pantai. Chiko sedang bermain pasir di pantai, dia membuat menara dari pasir tersebut. Sedangkan Darren tengah bersantai tak jauh dari Chiko. Mereka sedang sibuk satu sama lain.

Dilain sisi, lima orang laki-laki dan satu perempuan sedang duduk disofa. Salah satu pria itu adalah Marvael. Mereka sedang ada didalam ruang keluarga Fransisco.

"Kak, bagaimana dengan adik kita. Dia terus menyakiti hati adik kita. Berani sekali bajingan itu menyakiti hati adik kecil kita," lirih salah satu pria itu lalu menatap marah ketika mengingat adik kecilnya tersakiti

"Maafin Dady boy, gara-gara Dady, anak bungsu keluarga ini disakiti pria brengsek," lirih pria yang cukup tua

"Ya, ini juga salahmu pak tua," ucap pria kembaran yang lirih

"Momy juga ikut bersalah, seandainya momy tidak menyetujui perjodohan itu. Anak momy tidak akan disakiti," itu adalah istri dari pria itu itu

Mereka menghela napas.  mereka berpikir seandainya  tidak melakukan pernikahan perjodohan mungkin anak bungsu/ adik bungsu mereka pasti tidak akan tersakiti. Tapi itu hanyalah untaian mereka.

"Kita akan kesana seminggu lagi Dad, Mom, kita juga harus membasmi hama dikantor adik kembar" ucap disulung itu

Mereka menganggukkan kepalanya setuju, mereka tak sabar pergi menemui adik/anak mereka. Seandainya tidak ada hama dikantor sang kembar pasti mereka pasti cepat menemui adik/anak mereka.

Marvael jadi teringat dengan Chiko, sahabatnya itu berpindah ketubuh paman kecilnya. Lalu apa yang terjadi jika Chiko telah kembali ketubuh asalnya. Lalu bagaimana ekspresi mereka jika paman kecil dia sebenarnya telah tiada.

"Aku harap semuanya akan baik-baik saja," batin Marvael

               

                        ****

Saat ini Darren berjalan dengan Sean sambil menutup mata Sean dengan kedua tangannya. Chiko tampak bingung mengapa suaminya mengajaknya keluar tapi kedua matanya harus tertutup.

"Apakah kita masih jauh?" Tanya Chiko

"Sedikit lagi kok, nggak jauh," jawab Darren

Setelah Darren mengatakan itu Chiko semakin binggung, apakah ada kejutan? Tapi kejutan apa? Bukankah tidak ada hari spesial. Setelah agak lama Darren berhenti begitu juga dengan Chiko yang ikutan berhenti.

Darren membuka kedua mata Sean, Chiko terperangah didepannya. Bagaiman tidak? Disana terdapat meja putih, dihiasi lilin romantis, setangkai bunga mawar dimeja. Tak lupa juga bunga mawar berbentuk love dihiasi lampu yang membuat itu sangat indah.

Darren menarik salah satu kursi, lalu Darren meminta salah satu  tangan Sean ditangannya. Sean memgulurkan tangannya lalu Darren mendudukkan Sean dikurdi tersebut.

Setalah mereka duduk, para pelayan mulai menjajakan makanan untuk mereka, setelah menyajikan makan para pelayan mulai undur diri.





Aku pikir ceritanya bakal hilang, sempat nggak mood nulis lagi karena cerita ini hilang😌

Vote dong guysysss biar aku semakin semangat menulisnya

TRANSMIGRASI? WHATTT?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang