2|ulangan mendadak

97 35 20
                                    

Auretta memandangi wajah adiknya dengan muak,"puas lo bikin gue di marahin Mamah hah?,gue cape Zi, gue juga anak mereka tapi kenapa selalu lo yang di prioritasin,"tanpa sadar matanya kini mulai berembun.

Ezia terdiam membatu, dirinya menatap manik kakanya dalam,"gue juga ga mau di kekangan sama mereka ka, gue juga iri liat lo yang bisa bebas tanpa ada larangan dari mereka,"ujarnya jujur.

Auretta balik menatap manik adiknya, tangannya dengan cepat mengusap lelehan air mata yang semula turun,jujur dirinya tidak tega melihat adik perempuannya menangis, bagaimana pun dia saudara satu satunya.

"Jangan nangis lagi, udah sana ke kamar, tidur jangan begadang" ucapnya dengan nada dingin, walaupun dirinya seakan tidak peduli pada adiknya itu, namun hatinya berkata lain dirinya sangat peduli dan menyayangi adik perempuannya.

"Iya ka thanks good night" mata Auretta memandangi punggung adiknya yang mulai menjauh,"gue harap kita ga berantem lagi."

***

Auretta berjalan melewati lorong kelas yang tampak sepi, hanya ada dirinya seorang diri, tubuhnya terdiam ketika mencium bau amis yang menyengat,"bau apa ini"gumamnya mengikuti kemana arah indra menciuman nya.

Matanya melirik ke arah sebuah ruangan yang jarang orang tahu, bahkan dirinya pun baru mengetahuinya sekarang, Auretta yakin bahwa bau yang menyengat itu dari dalam sana.

Dirinya ragu ragu untuk membuka pintunya yang tampak terbuka,"emm kayanya cuman perasaan aku aja deh"gumamnya, dan kembali pada tujuan awalnya untuk pergi ke kelas tak ingin membuang waktunya karena hal sepele.

Matanya berbinar, ketika melihat Yoshi yang kini tengah berjalan di lorong kelas,matanya sekilas melirik ke arah gadis itu,"Hai cowo"goda Auretta, mengedipkan sebelah matanya berupaya menggoda, namun yoshi hanya membalasnya dengan wajah datar.

"Ck sama pacar sendiri kok gitu"Yoshi menaikan alisnya, sejak kapan mereka pacaran?.

"Lah sejak kapan kita jadian?" tanyanya.

"Belum si yaudah sekarang aja, lo mau kaga jadi pacar gue" ucapnya rela menjatuhkan harga diri seorang wanita, demi menjadi kekasih pemuda itu tanpa tahu satu hal yang tidak bisa menyatukan keduanya.

"Sekolah yang bener bukannya cinta cintaan" ucap Yoshi kembali berjalan meninggalkan gadis itu yang mematung.

"HEH TUNGGUIN DONG MASA CALON MASA DEPAN DI TINGGAL" ucapnya lalu mengejar pria itu.

Matanya tak luput memperhatikan wajah tampan pemuda itu, Yoshi yang merasa di tatap melirik ke arah gadis itu,"kenapa?"tanyanya.

Auretta menggelengkan kepala pelan,"engga cuman heran aja, kenapa lo ga mau Terima cewe secantik dan sekalem ini"mendengar perkataan itu Yoshi seperti ingin muntah di di tempat sekarang juga.

"Iya kalem banget"ucapnya tak ingin berdebat dengan gadis itu, karena tidak akan ada ujungnya.

Auretta yang mendapatkan pujian itu, sontak mengedipkan sebelah matanya berupaya menggoda walapun itu hanya sia sia.

"Kenapa sakit mata lo?"ujar Yoshi sinis.

"Engga seharusnya lo tadi itu salting anyink" ucapnya yang membuat Yoshi menggelengkan kepala, dan lebih dulu melangkah menuju kelas.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang