7|Album foto

16 5 0
                                    

Auretta melangkah masuk ke dalam rumah Yoshi, yang kini sudah terdapat wanita paruh baya, tengah menunggu kedatangan keduannya, "sayang gimana kabar kamu baik kan?" tanya miya mengusap punggung tangan Auretta.

"Alhamdulillah baik tante, tante sendiri gimana kabarnya?" ucapnya sedikit canggung.

"Kabar tante baik, panggilnya bunda aja ya, jangan tante," pintanya, yang langsung di angguki Auretta, Yoshi tersenyum melihat keduanya berinteraksi.

"Yaudah kalian duduk dulu, bunda mau nyiapin dulu makanan, pasti kalian cape kan?" Auretta tersenyum, hatinya terasa nyaman, ketika mendapatkan perlakuan yang jarang sekali dirinya dapat.

Matanya menatap ke arah sebuah salib, yang terpajang cantik tepat di depan mereka,"eh Yoshi mendingan lo login aja ke agama gue,"ucap Auretta di luar dugaan.

"Lo aja yang gue baptis mau?" mendengar tawaran itu, Auretta dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Em gue takut kalo takdir Tuhan itu, gak berpihak sama kita," Yoshi menatap netral Auretta dalam, memandangi manik hitam teduh gadis itu, menjadi bagian favorit dirinya mulai sekarang.

"Tapi Tuhan gue, apa Tuhan lo?" mendengar ucapan yang di lontarkan pemuda itu, Auretta harus tersadar kembali oleh kenyataan yang Seakan-akan menampar dirinya, untuk sadar bahwa mereka tidak akan bisa bersatu.

"Em besok kita bakalan berangkat ke Bandung, lo udah siapin barang yang mau di bawa?" Auretta menggelengkan kepala, bahkan dirinya saja tidak mengingat kapan mereka berdua sampai di sini.

"Lahh emang besok kita ke Bandung?" tanyanya, yang membuat Yoshi mengelus dada sabar, maklum umur tidak bisa membohongi lagi.

"Gue belum beli apa apa gimana dong?."

"Kita belanja setelah ini, gue temenin," Auretta tersenyum penuh arti,dirinya selalu terasa nyaman, setiap kali berada di samping pemuda itu.

"Sayang ayo kita makan dulu" ujar Miya, Auretta mengangguk, dan mengikuti langkah Yoshi, di setiap ruangan terdapat salib yang terpajang cantik, menyambut kedatangannya.

"Buset salibnya ada di mana mana" ujarnya kagum.

Mata Auretta membulat, ketika mendapati banyak sekali hidangan makanan, yang terlihat menggugah selera, "bunda maaf ini ga ada daging babi nya kan?" tanya Auretta memastikan.

"Engga ko sayang tenang aja, bunda tau ko, kalo kamu itu islam, kamu makan yang banyak ya" Auretta tersenyum, dirinya terasa nyaman ketika merasakan semua perhatian ini, yang bahkan saja tidak pernah dirinya dapatkan.

"Nih udah bunda ambilin, di makan ya awas aja kalo sampe ga habis, nanti Yoshi marah loh,dia itu sering cerita banyak tentang kamu" mendengar perkataan yang di lontarkan ibunya,  Yoshi sontak tersenyum kaku ke arah Auretta yang kini sudah menatapnya.

"Dia itu selalu menceritakan hari harinya waktu sama kamu ta, apalagi pas kamu mau di tembak, Yoshi semalaman ga bisa tidur, dan terus ngejaga kamu waktu itu, bahkan ada nyamuk satu aja dia siaga banget."

Auretta tersenyum, jika tidak ada Miya di sini, mungkin saja Auretta sudah berteriak dan melompat lompat tidak jelas.

Yoshi yang berada di samping gadis itu, hanya bisa diam dan menahan malunya,"meskipun bunda baru lihat kamu waktu malam itu, tapi Yoshi sering kali menceritakan kamu ta, bahkan dari kelas 1 SMP"Auretta syok bukan main, bagaimana bisa seorang Yoshi mengagumi dirinya selama itu.

"Beneran bun?, ko kalo di sekolah dia cuek banget ya, dan malahan kaya benci sama aku"Yoshi membuang muka, saat kedua wanita itu menatapnya penuh selidik.

"A-ah bunda bercandanya bisa aja, Auretta aja bukan tipe aku bun, udah ah makan aja" ucapnya gugup, Auretta tersenyum menggoda ke arah Yoshi.

"Cieee pipinya merah ituu" goda Miya, yang membuat Yoshi malu setengah mati.

"Udah ah bun malu aku" ujarnya kesal.

"Bunda denger denger sekolah kalian mau tour ke Bandung, bunda cuman nitip sama kalian buat jaga jaga ya, karena orang itu, akan mengikuti kemana kalian pergi, jadi bunda minta sama kamu bang buat jagain Auretta ya" pintanya pada Yoshi.

"Bunda tau tentang ini?" tanya Auretta bingung.

"Iya ta, bunda pun dulu pernah di incar sama orang itu, sampai keluarga bunda satu persatu di bunuh oleh mereka, dan untungnya keluarga kecil bunda bisa berjuang sampai di titik ini, bahkan Yoshi saja sudah di incar sejak bayi sama mereka,tapi bunda tau kalo semisal dia itu bisa bertahan melewati ini semua," jelasnya.

"Bunda tau gak korbannya siapa aja yang udah mereka binasakan?" Miya tampak berfikir sejenak, sebelum dirinya kini beranjak pergi.

"Ini bunda punya poto poto korbannya ta" ucapnya, yang kembali dengan membawa sebuah album foto.

"Bunda waktu dulu, nemu ini di depan rumah bunda," Miya memberikan album foto itu pada Yoshi dan Auretta.

"Ini kan Bunda ko bisa ada di salah satu target mereka, d-dan ini juga kenapa ada nama adik aku" ucapnya bingung sendiri.

Walau fotonya sudah tidak terlihat jelas lagi, namun Auretta dapat mengenali ibunya semasa muda, dan juga adiknya.

"I-ini nama korban yang udah binasa bun" tanyanya, melihat ada sebuah nama yang tertulis dengan tinta merah.

"Iya sayang itu nama nama korbannya, dan mungkin saja, sekarang sudah bertambah banyak."

Yoshi ikut melihat, dan matanya tertuju pada sebuah foto seorang wanita, yang terlihat tidak jelas di sana,"i-ini ko ada wajahnya Jena waktu kecil ya ta?" tanya Yoshi syok.

Auretta ikut melihat dan ternyata benar saja, itu foto sahabatnya waktu kecil,air matanya melompat turun tanpa di minta, "g-gue takut dia menghilang itu karena ulah mereka, gue takut kalo semisal dia u-udah gugur" ucapnya, dan dengan cepat Miya beralih memeluk tubuh gadis itu erat.

"Jangan mikir dulu kesitu, kita harus berfikir jernih, dan bisa saja Jena itu pergi ke luar negeri, atau ga pindah rumah" ujar Miya berusaha menenangkan Auretta.

"Udah ta mendingan sepulang tour nanti kita cari tahu tentang Jena lo tenang aja gue yakin dia itu cewe yang kuat."

***

Dua pasangan itu berjalan memasuki sebuah mall, sedaritadi fikiran Auretta tidak bisa diam, untuk memikirkan sahabatnya Jena.

"Udah jangan di fikirin, sekarang kita belanja dulu aja" Yoshi beralih menggenggam tangan Auretta erat.

"Kita mau ke mana sekarang?, gimana kalo ke toko skincare dulu, lo bilang skincare lo abis kan, jadi hari ini biar gue aja yang beliin" Mendengar ajakan itu, wajah Auretta berubah drastis menjadi ceria kembali.

"Yaudah sekalian beliin gue Dior ya" pintanya, yang sudah lebih dulu pergi.

Yoshi hanya bisa pasrah memandangi, kartu ATM nya, "nyesel gue, tau gitu gak usah di tawarin apa apa."







ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang