9. Harapan

296 61 28
                                    

Davian sedang bersiap untuk pergi ketika mendengar keributan dari dalam rumah gadis yang baru saja ia antar pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Davian sedang bersiap untuk pergi ketika mendengar keributan dari dalam rumah gadis yang baru saja ia antar pulang. Terdengar seperti ada yang berteriak. Apakah terjadi sesuatu pada Jena?

Pikirannya gelisah dan ia tidak bisa menahan diri untuk tidak panik. Davian keluar dari mobil, dan berlari ke rumah itu secepat mungkin, adrenalin memacu tubuhnya.

Saat mendobrak pintu, Davian melihat pemandangan yang mengejutkan. Seorang wanita bertubuh besar dengan rambut keriting yang berantakan dan mata merah menyala sedang mencekik Jena. Bau vodka dan bir yang menyengat memenuhi rumah, membuat Davian hampir ingin muntah. Wanita itu terbelalak ketika Davian mendobrak pintu. Ia hendak berteriak, tetapi Davian lebih cepat.

"Woi! Lo ngapain?! Lepasin, Jena!" Teriaknya dengan marah.

Wanita itu segera melepaskan Jena, yang sudah tidak sadarkan diri. Tubuh kecil Jena jatuh ke lantai, kepalanya terkulai ke samping. Bekas memar terlihat jelas di leher Jena. Selain wajahnya yang sudah bengkak, bibirnya terluka dengan darah yang sudah mengering. Pecahan kaca tersebar di tangannya yang berdarah dan di lantai.

"Sialan!" Melihat itu, Davian semakin marah. Ia menangkap wanita paruh baya itu dan melemparkannya ke sofa yang sudah usang, berderit di bawah berat tubuhnya. Mungkin karena sangat mabuk, wanita itu hanya mengeluarkan beberapa kata-kata kasar sebelum kehilangan kesadaran dan mendengkur keras.

Davian segera menelepon polisi dan ambulans, yang tiba beberapa menit kemudian. Ia menjelaskan semuanya kepada mereka dan kepolisian kemudian menyiramkan seember air dingin pada wanita itu.

Arum terbangun tanpa tahu apa yang terjadi dan hendak marah ketika melihat polisi dan tenaga medis di rumahnya. Ia kemudian melihat tenaga medis sedang merawat Jena dan menyadari bahwa mereka semua pasti tahu apa yang telah terjadi. Arum bangkit dan mencoba melarikan diri tetapi polisi menghentikan dan menangkapnya sebelum itu berhasil terjadi.

"Lepas! Lepas saya tidak salah!" Arum menangis histeris, memohon agar mereka melepaskannya dan mencari alasan atas perilaku kekerasannya. Dia dibawa kembali ke kantor polisi dan akan berada dalam pengawasan sampai Jena bangun dan bersaksi untuk hukum.

"Maaf, Jena... maaf gue terlambat." Davian kini tengah memegang tangan sang gadis sepanjang perjalanan ke rumah sakit, berharap gadis itu membuka matanya dan melihatnya, tetapi Jena masih tidak sadarkan diri. Davian merasa tidak berdaya, ketakutan dan rasa bersalah menyelimuti pikirannya.

Setibanya di rumah sakit, Davian langsung disambut oleh seorang perawat yang segera membawa Jena ke ruang gawat darurat.

"Apa yang terjadi? Bagaimana kondisi pasien?" Tanya perawat itu sebelumnya.

"Dia dicekik. Tolong, lakukan sesuatu! Dia gak sadarkan diri sejak tadi." jawab Davian dengan panik.

"Baik, kami akan segera menanganinya. Silakan Anda tunggu di sini." balas perawat itu dan segera masuk ke dalam ruang gawat darurat.

[✔️] AfterglowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang