2. Same But Different

417 86 43
                                    

Sinar matahari membuat seorang gadis menggeliat dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari membuat seorang gadis menggeliat dari tidurnya. Mata kucing itu perlahan terbuka. Jena menoleh dan memicingkan mata ke arah jam di meja kecil samping tempat tidurnya, menunjukkan pukul 7.30 pagi. Gadis itu akhirnya bangun dengan perasaan berat. Dengan gerakan yang lambat, ia bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar mandi. Sebagian besar hari-harinya dimulai dengan rutinitas yang sama; persiapan untuk sekolah.

Setelah selesai mandi dan mengenakan seragam, Jena dengan cepat berangkat menuju sekolahnya seperti biasa dengan berjalan kaki. Tidak terlalu jauh memang, tapi cukup melelahkan dan membuatnya harus berangkat lebih pagi agar tidak datang terlambat.

Tetapi, sesampainya ia di sekolah, mimpi buruk mulai menghampirinya. Loker miliknya dihiasi dengan kata-kata keji yang membuat hatinya serasa teriris.

"ANEH!"

"KELUAR DARI SEKOLAH INI!"

"BITCH!"

Umpatan serta makian sejenisnya menghiasi loker milik Jena. Gadis itu hanya bisa menghela napas pasrah karena sudah terlampau biasa mendapat perlakuan seperti ini. Ia tetap melanjutkan langkahnya dan berusaha mengabaikan meski sejujurnya hatinya terasa sakit. Ia tidak mengerti apa salahnya hingga diperlakukan seperti ini.

Di dalam kelas, situasi juga tidak lebih baik. Jena merasa bahwa pandangan sebagian besar teman-temannya di kelas begitu mengintimidasi. Ia merasakan tatapan-tatapan yang penuh dengan kebencian dan ketidaksukaan terhadapnya. Tak lama guru masuk dan memulai pelajaran. Suasana di kelas tidak berubah, tetap terasa tegang. Setiap pandangan orang-orang disana terasa seperti sedang menguliti dirinya.

Istirahat akhirnya tiba, Jena bisa merasakan sedikit kelegaan. Ia merasa sendiri. Jena mencoba untuk menghindari pandangan tidak ramah orang-orang, tetapi ia tidak bisa melarikan diri dari perasaan canggung yang menyelimuti. Ketika bel berbunyi, menandakan jam istirahat berakhir, Jena berniat untuk pergi ke toilet untuk meredakan sedikit ketegangan yang ia rasakan. Namun, sebelum ia bisa pergi, seseorang menghentikannya.

"Hai, Jena." suara Jesselyn, sang ketua cheerleader sekolah membuat langkah Jena terhenti seketika.

Jena menoleh dan mendapati Jesselyn dan beberapa temannya berdiri di hadapannya dengan senyum sinis yang menghiasi wajah mereka.

"Gue mau ngomong sama lo." kata Jesselyn dengan nada menantang.

Sebelum Jena bisa menjawab, mereka sudah mengelilingi nya dan menuduh dirinya melakukan sesuatu yang sama sekali tidak ia lakukan.

"Itu lo kan, yang nulis-nulis di meja gue?! Ngaku lo!" bentak Jesselyn, menyalahkan Jena atas catatan kecil yang ia temukan, catatan yang isinya adalah sebuah kata-kata penghinaan untuknya.

"Bukan—" Jena mencoba untuk menjelaskan bahwa dirinya tidak melakukan itu, tetapi mereka tidak mau mendengarkannya dan saat itu juga Jesselyn menarik rambutnya dengan kasar.

[✔️] AfterglowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang