BAB 6 JARAK DAN WAKTU

44 4 2
                                    

Waktu demi waktu semua telah mereka lalui dimana Rony, Salma, Nabila dan Paul akan siap-siap pendidikan mereka dan harus siap dengan keadaan di luar negeri nantinya

POV : Nagata Rony Pamungkas

Antara Organisasi, Hubungan, dan Pertemanan

Dua tahun berlalu secepat kilat. Rony, mahasiswa hukum di universitas ternama di Inggris, telah menjelma menjadi sosok yang sangat berbeda. Prestasinya gemilang di berbagai bidang. Dalam ranah hukum, ia telah memenangkan beberapa kompetisi debat tingkat nasional dan internasional, serta menerbitkan beberapa artikel ilmiah di jurnal hukum bergengsi. Tak hanya itu, kepeduliannya terhadap lingkungan juga terlihat dari berbagai proyek yang ia inisiasi. Bersama teman-temannya, ia mendirikan sebuah organisasi yang fokus pada isu-isu lingkungan, seperti perubahan iklim dan pengelolaan sampah. Organisasi ini berhasil menarik perhatian banyak pihak, baik di dalam maupun di luar kampus.

Rony, Stefan, dan Fahmi sudah memasuki tahun ketiga perkuliahan mereka di universitas ternama di Inggris. Pengalaman mereka semakin kaya, tak hanya dengan segudang pengetahuan akademik, tetapi juga dengan pengalaman berorganisasi, perjalanan ke berbagai negara, dan tentu saja, hubungan pertemanan yang semakin erat.

"Wah, nggak nyangka ya kita udah mau lulus," ujar Stefan sambil menyeruput kopi di kafe favorit mereka.

"Iya, waktu bener-bener cepat. Dulu kita masih cupu banget, sekarang udah keliling Eropa, sidang di pengadilan internasional," sahut Fahmi sambil tertawa.

Rony mengangguk setuju. "Semua berkat kerja keras kita. Dan tentu saja, dukungan satu sama lain."

Ketiga sahabat ini memang tak terpisahkan. Mereka sama-sama aktif di berbagai organisasi kampus, baik yang berhubungan dengan hukum maupun sosial. Pengalaman mereka di pengadilan di Inggris dan PBB menjadi batu loncatan bagi mereka untuk semakin terlibat dalam dunia internasional.

"Ngomong-ngomong soal organisasi, gimana persiapan kita buat konferensi internasional bulan depan?" tanya Rony.

"Sudah hampir selesai. Makalah kita sudah disetujui," jawab Stefan. "Tapi, gue masih bingung sama bagian presentasinya."

"Tenang aja, kita kerjain bareng-bareng kok. Kita kan tim yang solid," ujar Fahmi sambil menepuk pundak Stefan.

Selain sibuk dengan kegiatan kampus, Rony juga mulai memikirkan masa depannya. Ia ingin melanjutkan studi S2 di Amerika Serikat, tetapi juga ingin bekerja di sebuah firma hukum internasional.

"Ron, lo udah memutuskan mau ngapain setelah lulus?" tanya Stefan.

"Gue masih bingung, antara lanjut S2 atau langsung kerja. Tapi, yang pasti gue pengen berkontribusi buat dunia yang lebih baik," jawab Rony.

"Gue dukung apapun keputusan lo. Yang penting lo bahagia," ujar Fahmi.

Stefan mengangguk setuju. "Gue juga. Kita kan selalu ada buat lo."

Ketiga sahabat ini memang memiliki ikatan yang sangat kuat. Mereka saling mendukung dan memotivasi satu sama lain. Walaupun terkadang ada perbedaan pendapat, mereka selalu bisa menyelesaikannya dengan baik.

Selain itu, Rony juga menunjukkan bakat bisnisnya yang luar biasa. Ia berhasil mengembangkan beberapa startup yang bergerak di bidang teknologi hijau. Salah satu startup-nya bahkan berhasil mendapatkan investasi dari beberapa perusahaan besar. Kesuksesan demi kesuksesan ia raih, namun Rony tetap rendah hati dan tidak pernah melupakan asal-usulnya.

Suatu sore, Rony sedang duduk di perpustakaan kampus, mengerjakan tugas akhir. Tiba-tiba, ponselnya berdering.

"Halo, Ma?" sapa Rony.

RUMAH UNTUK SEPENUH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang