BAB 11 PERDEBATAN TIADA USAI-NYA

98 3 0
                                    

Bab 1: Kepulangan yang Dinanti

Matahari sore itu perlahan tenggelam di balik cakrawala, memberikan kilauan emas pada langit yang mulai gelap. Di dalam rumah bergaya minimalis dengan taman asri di depannya, Humaira Salma Firdaus, atau lebih dikenal dengan sebutan Adek Humaira, tengah sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk acara lamaran mereka yang akan diadakan esok hari. Bersama Nagata Rony Pamungkas, atau lebih akrab disapa Mas Nagata, mereka baru saja kembali dari melatih atlet nasional di dua event besar dunia.

"Semua sudah siap, Dek?" tanya Mas Nagata sambil memasuki ruang tamu dengan senyum hangat.

"Alhamdulillah, Mas. Tinggal beberapa hal kecil saja," jawab Adek Humaira sambil membalas senyumnya.

Namun, kebahagiaan mereka seketika berubah saat pintu rumah diketuk dengan keras. Adek Humaira berjalan ke pintu dan membukanya. Di depan pintu berdiri seorang wanita dengan wajah yang penuh kenangan masa lalu.

"Alya?" tanya Mas Nagata terkejut.

Alya, mantan kekasih Mas Nagata, berdiri di sana dengan senyum tipis. "Rony, aku ingin bicara."

Bab 2: Benturan Masa Lalu dan Sekarang

Suasana di ruang tamu berubah menjadi tegang. Adek Humaira menatap Alya dengan penuh tanya, sementara Mas Nagata mencoba menenangkan dirinya.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Alya?" tanya Mas Nagata dengan nada tegas.

"Aku hanya ingin bicara, Rony. Tolong dengarkan aku," jawab Alya, matanya penuh harap.

Adek Humaira mencoba mengendalikan perasaannya, namun hatinya bergejolak. 

"Mas, siapa dia?"

"Ini Alya, mantan pacarku," jawab Mas Nagata dengan suara pelan.

Alya melangkah masuk, tatapannya bergeser dari Mas Nagata ke Adek Humaira. "Aku tahu ini mungkin bukan waktu yang tepat, tapi aku harus memberitahumu sesuatu yang penting."

Bab 3: Percakapan yang Penuh Konflik

Adek Humaira mencoba untuk tetap tenang. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Alya?"

Alya menarik napas dalam-dalam. "Rony, aku... aku hamil. Anak ini... anakmu."

Kata-kata Alya membuat ruangan itu seketika sunyi. Mas Nagata terkejut, sementara Adek Humaira merasa dunia di sekitarnya runtuh.

"Ap-apa maksudmu, Alya?" tanya Mas Nagata dengan suara gemetar.

"Aku hamil anakmu, Rony. Ini terjadi sebelum kita berpisah. Aku tidak tahu harus bagaimana, tapi aku merasa kamu berhak tahu," jawab Alya dengan air mata mulai mengalir di pipinya.

Adek Humaira mencoba menahan tangisnya. "Mas, apa ini benar?"

"Adek, aku... aku tidak tahu harus berkata apa," jawab Mas Nagata, bingung.

Bab 4: Ketegangan yang Memuncak

Adek Humaira merasa hatinya hancur. "Mas, bagaimana bisa kamu tidak tahu tentang ini?"

"Aku sungguh tidak tahu, Dek. Ini semua sangat tiba-tiba," jawab Mas Nagata, suaranya penuh penyesalan.

Alya menatap Adek Humaira. "Aku tidak datang untuk menghancurkan hubungan kalian. Aku hanya ingin memberitahu kebenaran."

"Apa yang kamu harapkan dari ini, Alya?" tanya Adek Humaira dengan suara bergetar.

"Aku tidak tahu. Aku hanya ingin Rony tahu bahwa dia akan menjadi seorang ayah," jawab Alya dengan air mata yang terus mengalir.

Bab 5: Pilihan yang Sulit

Mas Nagata berdiri di antara dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya. "Aku minta maaf, Dek. Aku tidak pernah ingin menyakitimu."

RUMAH UNTUK SEPENUH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang