BAB 15 KEBAHAGIAAN

71 4 0
                                    

Kelahiran anak kembar Nagata Rony Pamungkas dan Humaira Salma Firdaus

Bagian 1: Harapan Baru di Rumah Sakit Nusantara Harapan

Setelah menyelesaikan serangkaian pekerjaan yang padat dan menantang dari awal Agustus hingga 10 Oktober 2028, akhirnya tibalah momen yang ditunggu-tunggu oleh Nagata Rony Pamungkas dan Humaira Salma Firdaus. Keduanya telah melalui banyak rintangan, namun semua itu terasa sepadan saat mereka bersiap menyambut kelahiran anak kembar mereka—seorang putra dan putri.

Hari itu, suasana di Rumah Sakit Nusantara Harapan sangat tenang dan damai. Sinar matahari pagi menembus tirai jendela kamar VIP yang ditempati oleh Humaira. Ruangan tersebut didesain dengan elegan, memberikan kenyamanan maksimal untuk ibu yang akan melahirkan. Lukisan-lukisan indah menghiasi dinding, sementara aroma bunga segar yang diletakkan di sudut ruangan menambah kehangatan suasana.

Nagata duduk di samping tempat tidur, menggenggam tangan Humaira dengan erat. Wajahnya terlihat tegang namun penuh harapan. Sementara itu, Humaira, meski merasa gugup, berusaha tetap tenang. Dia tahu, momen ini adalah puncak dari segala usaha dan cinta yang telah mereka bangun bersama.

"Sabar ya, Adik Humaira. Semua akan baik-baik saja," bisik Nagata lembut.

Humaira mengangguk sambil tersenyum lemah. "Aku tahu, Mas Nagata. Aku hanya berharap semuanya lancar dan anak-anak kita lahir dengan selamat."

Dokter dan perawat sudah bersiap di ruang persalinan. Peralatan medis modern yang canggih berada di sekeliling mereka, memastikan bahwa setiap langkah dalam proses persalinan ini akan berjalan dengan aman dan terkendali. Dokter yang menangani persalinan Humaira adalah dokter spesialis obstetri terbaik di rumah sakit itu, yang sudah berpengalaman menangani banyak kelahiran kembar.

"Semuanya sudah siap, Bu Humaira," kata dokter dengan suara yang menenangkan. "Kita akan mulai sekarang."

Proses persalinan dimulai. Rasa sakit yang luar biasa mulai dirasakan oleh Humaira, namun dia tetap berusaha kuat. Nagata, yang tidak pernah melepaskan genggaman tangannya, terus memberikan dukungan penuh. Setiap desahan dan dorongan dari Humaira adalah perjuangan, dan Nagata merasakan setiap detiknya seolah dia sendiri yang merasakan sakit itu.

Setelah beberapa jam yang menegangkan, akhirnya terdengar tangisan pertama—anak laki-laki mereka lahir. Tangisan tersebut memenuhi ruangan, memberikan kelegaan yang luar biasa bagi Nagata dan Humaira. Namun, mereka masih harus menunggu kelahiran anak kedua.

Beberapa menit kemudian, terdengar tangisan kedua—anak perempuan mereka lahir. Tangisan ini seakan melengkapi kebahagiaan yang sudah memuncak di hati Nagata dan Humaira. Air mata haru mengalir di wajah Humaira, sementara Nagata tersenyum lebar, perasaan lega dan bahagia menyelimuti dirinya.

"Kita berhasil, Mas Nagata... kita berhasil," bisik Humaira dengan suara yang lemah namun penuh kebahagiaan.

"Ya, Adik Humaira. Kita berhasil. Anak-anak kita telah lahir," jawab Nagata, matanya bersinar penuh cinta saat melihat anak-anaknya yang baru lahir.

Perawat kemudian mendekatkan kedua bayi tersebut ke Humaira. Dengan penuh kasih sayang, Humaira menyambut anak-anaknya ke dalam pelukannya. Nagata memandang pemandangan tersebut dengan mata berkaca-kaca, merasa sangat bersyukur atas keajaiban yang baru saja terjadi di depan matanya.

Bagian 2: Kehangatan Keluarga

Setelah proses persalinan yang penuh perjuangan, Humaira dipindahkan ke ruang pemulihan. Ruangan ini didesain khusus untuk memberikan kenyamanan maksimal bagi ibu dan bayi yang baru lahir. Tempat tidur empuk dengan selimut lembut menyambut Humaira, sementara kedua bayi mereka ditempatkan dalam inkubator kecil di sebelahnya.

RUMAH UNTUK SEPENUH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang