Cuaca berangin sepertinya akan melanda negeri itu, di pagi hari yang cerah wanita jangkung bernama lalisa mengintip dari balik jendela
"Baiklah dia sudah pergi" ia berjalan dan duduk di depan jisoo, matanya mengamatinya. Tidak hanya ada dirinya di ruangan ini, ada Rosè dan tentunya juga Jennie. Sedangkan Algi baru saja pergi ke pelabuhan untuk berdagang
"Baiklah aku akan menceritakan semuanya, kenapa aku bisa disana.." sepanjang cerita Lisa terkejut, apa yang dikatakan jisoo jelas saja sebuah konspirasi terbesar di negeri ini. Matanya melirik Jennie, apa dia salah melihat mata Jennie terlihat sendu
"Tunggu" Jennie yang menyimak sambil bersandar pada daun pintu. Dia menghela nafas berat
"Baiklah. Cukup dengan semua omong kosong ini, bagaimana kau bisa menyangkut pautkan hal ini pada kasus ibuku" satu hal yang baru Lisa ketahui di buku novel tidak dijelaskan secara rinci sosok ibu Jennie, tapi yang jelas bukankah ibunya bernama Elizabeth
"Aku tidak berbohong, nona Bella meminta ku memberikan bukti itu. Itulah kenapa aku bisa sampai di sana, aku bersembunyi di belakang kotak kereta kuda. Untuk apa aku berbohong" nada jisoo sedikit tinggi
"Kau.."
"Stop. Tolong berhenti, kenapa kalian bersikap seperti anak-anak, kalian sudah dewasa. Jennie hentikan okay kenapa kau tidak bisa sedikit tenang "
"Bagaimana aku bisa tenang, dia menyebut tentang ibuku. Jangan mengumbar omong kosong jisoo, ayahku sendiri yang mengatakan padaku ibuku meninggal karena penyakit" tunjuk Jennie pada jisoo tidak terima, ayah Jennie memang berwatak keras namun dia juga penyayang, ayahnya sangat mencintai ibunya. Ya benar ibu kandungnya, namun sayang saat perlawanan terhadap penjajahan Romawi ibunya secara mengejutkan mengidap penyakit keras, jika di ingat lagi waktu itu umurnya sekitar 9 atau 10 tahun
"Aku bilang hentikan!" Bentak Lisa
Jennie mengigit bibirnya, matanya berkaca-kaca menatap Lisa. Jennie pergi belari meninggalkan mereka bertiga di dalam
Lisa menghela nafas lemah, dia memijit pelipisnya "aku tidak tau apa yang terjadi di sini, bukankah ibu Jennie bernama Elizabeth kenapa tiba-tiba Hellen" tanyanya pada jisoo
"Yang mulia Elizabeth adalah seorang selir dari raja, beliau bukan ibu kandung dari nona Jennie. Aku paham Kenapa nona sangat marah, karena dia sangat mencintai ibunya"
Bukan jisoo yang menjawab melainkan Anne yang sedari diam menyimak pertengkaran mereka. Lisa menatap Anne "jadi maksudmu ratu Elizabeth bukanlah sosok ratu yang asli, tapi jika benar kenapa dia disebut permaisuri raja. Dan selain itu berarti Lucas.."
Anne menggeleng "tuan muda Lucas bukan kakak se ibu nona muda, setelah wafatnya ratu Hellen kursi permaisuri menjadi kosong. Saat itu masalah internal kerajaan menjadi kacau, ibu raja memaksa raja untuk cepat-cepat mencari wanita lain untuk dinikahkan, wanita tua itu takut posisi raja akan tergantikan oleh adik raja yang berbeda ibu tuan Vincent atau lebih tepatnya tuan Vincent Winston. Namun karena raja yang sangat mencintai nona Hellen, dia belum selesai dengan masa lalunya. Dia pikir dengan adanya Jennie sebagai buah hati mereka cukup meredakan permasalahan waktu itu, namun karena nona muda adalah seorang perempuan kredibilitasnya sering diragukan oleh orang lain. Sedangkan disisi lain nona Elizabeth juga telah melahirkan seorang putra yaitu tuan Lucas. Strata ratu Hellen berbeda dengan ratu Elizabeth, ratu Hellen merupakan putri raja dari kerajaan Prancis. Semasa hidupnya Prancis dan Inggris kerap membangun hubungan erat baik dari ekonomi dan teknologi, itu semua berkat ratu Hellen yang pintar berdiplomasi. Berbeda dengan ratu Elizabeth yang merupakan orang biasa, dia terlahir dari orang tua yang berprofesi sebagai tukang kayu, alasan kenapa dia bisa menjadi selir raja yaitu karena kecantikannya yang cukup terkenal di Britania, ibu raja memintanya agar menjadi selir untuk raja walaupun tuan tidak ingin"
Penjelasan Anne meyakinkan Lisa, bahwa buku itu bukan hanya sekedar alur tentang perselingkuhan antara pangeran dan juga Jennie. Apa ini yang diinginkan penulis, dia ingin aku mencari tau di balik semua ini. Tapi pertanyaannya kenapa aku?
"Apa ratu Elizabeth juga memiliki seorang putri" tanya Lisa pada Anne
Anne memiringkan kepalanya "dari mana kau tau?, di kerajaan hanya orang-orang tertentu mengetahuinya"
"Apakah namanya Jessica Alexander?"
Anne mengangguk "ya itu namanya"
"Tapi.. kenapa aku jarang mendengar nama Jessica?, maksud ku namanya tidak seterkenal pangeran Lucas" jisoo menanggapi
"Untuk memenuhi permintaan politik. yang di akui hanya pangeran Lucas alasannya karena dia seorang pria. Jessica memang tidak di kenalkan secara publik namun nona dan dia satu sekolah di Dructhen. Nona Jessica tinggal di sebuah kastil di daerah barat cukup jauh dari kerajaan, dengan kata lain dia di asing kan dari pusat kerajaan"
Lisa memegang dagunya, perlahan tapi pasti semua puzzle akan saling terhubung "jika benar yang dikatakan jisoo artinya, nyonya morgan memiliki rahasia besar dibalik itu. Jika semuanya benar bukankah, kematian ratu Hellen bukan hanya sekedar penyakit"
Jisoo dan Anne mengangguk, Lisa menoleh menatap jisoo "kita harus pergi ke sungai, kita harus menemukan kotak itu. Sebelum orang-orang dari kerjaan"
Disisi lain Jennie tidak benar-benar berlari meninggalkan rumah, dia duduk berjongkok di sudut sedang menunduk.
"Mereka tidak tau apa-apa" gumam Jennie, matanya merah karena habis menangis
Jennie menutup matanya, sekelebat ingatan saat bersama ibunya dulu menghampirinya. Di dalam ingatan nya, Hellen merupakan sosok perempuan cantik nan tangguh bagai kesatria, di bandingkan menyelesaikan masalah dengan kekerasan dan perang ibunya lebih memilih berdiplomasi. Namanya tersohor hingga negeri seberang, di kenal sebagai pendekar wanita pembawa cahaya, namun semuanya berubah semenjak ibunya dinyatakan wafat cahaya itu secara perlahan kembali meredup
Walaupun di kenal sebagai kesatria ibunya juga memiliki rasa kasih sayang yang lembut seperti angsa, dia mengajarkan Jennie melukis, bermain piano, dan bahkan menunggangi kuda. Hari-hari nya terasa sangat indah, wanita tangguh itu tidak peduli dengan cemoohan bangsawan lain karena perilakunya yang sedikit bebas dan terbuka, di masa ini wanita bangsawan tidak di perkenankan belajar menunggangi kuda, karena menurut etika bangsawan, kuda pedang, dan hal kasar lainnya adalah mainan anak laki laki.
"Sayang apa yang kau lihat"
Wanita yang sedari tadi membaca buku, menoleh melihat anaknya yang sedang melamun menatap jendelaWanita itu menghampirinya "apa kau ingin menunggangi kuda?" Jennie kecil mengada melihat ibunya, dia memainkan kancing gaunnya gelisah
"Tapi aku takut.."
Wanita berambut panjang itu berjongkok seraya mengelus kepala anaknya "apa yang kau takutkan"
"Aku takut.. di hukum" ibu Jennie tersenyum dia mengelus pipi anaknya sayang
"Apa yang kau takutkan, kau hanya ingin berkuda. Apa itu salah" Jennie menggeleng. Sejak usia dini Jennie telah diajarkan hukum etiket bangsawan, hari-hari nya terus di penuhi oleh banyak buku dan gaun. Dia pernah mengutarakan keinginannya berkuda pada gurunya, bukan di sambut dengan senyuman gurunya malah memarahi nya
Wanita itu menggenggam tangan mungil Jennie "Jennie dengar, tidak perlu mendengar perkataan orang lain, jika kau ingin maka kau bisa melakukannya. Tidak perlu berpura-pura bahagia cukup menjadi dirimu sendiri, tidak perlu menyenangkan orang banyak karena orang yang benar-benar mencintai mu, pasti menerimamu apa adanya.. jika kau memaksa hati mu akan sakit, kau mengerti" senyumnya menunjuk dada anaknya, Jennie tersenyum menatap sang ibunda.
Momen yang sangat dirindukan oleh Jennie, ibunya adalah tempat dia berteduh tidak perlu menjadi orang lain, tidak perlu selalu terlihat seperti putri yang selalu sempurna, bersama ibunya Jennie sangat bahagia saking bahagianya dia tidak sadar saat itu rasa bahagianya hanya hadir sesaat.
______________
Happy reading guys ❤️
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess And The Muggel
Romancelalisa veranda Anderson, perempuan kutu buku yang menyukai Romance picisan. manusia kecanduan buku yang menghabiskan hari-harinya sebagian besar dengan membaca novel, di umurnya yang masih remaja dia mengidamkan pangeran berkuda putih persis yang di...