Malam semakin menyingsing, sudah mulai berdatangan tamu-tamu golongan bangsawan di daerah Cambridge. Para pria menggunakan tuxedo mahal berwarna hitam maupun coklat, di lengan mereka tergenggam erat tangan para wanita bangsawan sebagai pendamping status sosial.
Para wanita bercengkrama selayaknya orang-orang berbudi luhur di luar sana, berbicara menggunakan istilah lembut namun menjatuhkan. Bagi Jennie tempat ini tidak lain seperti Medan perang, bagi yang lemah akan di jatuhkan namun bagi yang berkuasa semua orang datang untuk menjilat. Bukankah itu sangat menjijikkan?
Jennie melihat dirinya di depan cermin, di sampingnya ada Anne yang sibuk memeriksa gaun biru rose dengan mutiara dan berlian biru. Anne berdecak kagum walaupun nona mudanya hanya melihat datar pada cermin tapi tidak bisa di sangkal kecantikannya tidak pernah luntur
"Yang mulia, sekarang sudah siap, pesta penyambutan akan di umumkan sebentar lagi" Anne menunduk mengingatkan
Jennie melirik ke samping "hm, kau bisa pergi" ucapnya datar
Melihat nona mudanya seakan ingin sendiri, Anne meminta pelayan dan penata yang lain untuk pergi meninggalkan ruangan
Setelah yakin tidak ada orang di ruangan, Jennie menggebrak meja
"Kenapa dia selalu ada di pikiran ku, lihat wajah sinis nya orang lain bahkan nenek ku tidak pernah memperlakukan ku seperti itu, apa wanita itu gila berani padaku, Kenapa dia hanya berani pada ku tapi dia takut dengan tuan Morgan's" seru Jennie, dia kesal karena pikirannya terus memikirkan wanita muggel di sungai
Dia merasa harga dirinya sebagai tuan putri seakan di permainkan oleh Lisa.
"Apa aku tidak menyeramkan" jennie mencoba berekspresi marah di depan cermin
"Yaish, orang lain takut dengan wajah ku tapi dia, hanya cengo seperti monyet" kesal Jennie, dia mengentak kakinya kesal. Dasar muggel bodoh
Tok
Tok
"Yang mulia apa anda sudah siap"
"Yah" teriak Jennie dari dalam, setelah ini akan ada kejutan lihat saja muggel kau akan terdiam, tanpa sadar jennie tersenyum jahat
Hachi
Lisa mengucek hidungnya gatal, apa ada orang yang mengatai ku
Dia melanjutkan acara menyapunya, saat malam seperti ini seharusnya ia istirahat dengan tenang tapi paman Sam entah pergi ke mana.
Pria tua itu memerintah Lisa untuk menyapu jerami yang berserakan di dekat kandang, takut di marahi Lisa lebih baik patuh untuk sekarang
"Yah, setidaknya aku punya teman curhat, setidaknya kalian tidak pernah mengomentari ku, hehe" Lisa terkekeh sambil menepuk-nepuk kepala sapi
Lisa tersenyum, dia sungguh lelah tapi bagaimana lagi. Tuhan salah mengirim nya, seharusnya dia ada di Buckingham sambil meminum teh hangat ala princess
"Lain kali aku tidak ingin berharap" ucap Lisa
Di tempat ini dia hanya seorang diri, ia melihat gedung seperti kastil yang bercahaya terang di kegelapan malam. Lisa sangat penasaran
"Jisoo bilang itu area terlarang untuk ku, tapi bukankah hari ini akan ada pesta perjamuan, aku sangat penasaran" lesu Lisa, dia sesekali menoleh menatap gedung itu dengan berharap. Hatinya mengatakan iya namun otaknya mengatakan tidak
Buck
Suara sapu yang terjatuh, Lisa membersihkan telapak tangan nya. Tersenyum nakal menatap kastil
"Siapa yang perduli, jika aku mati setidaknya aku mati di tempat mewah" Lisa tertawa kemudian dia Berlari kencang ke arah kastil
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess And The Muggel
Romancelalisa veranda Anderson, perempuan kutu buku yang menyukai Romance picisan. manusia kecanduan buku yang menghabiskan hari-harinya sebagian besar dengan membaca novel, di umurnya yang masih remaja dia mengidamkan pangeran berkuda putih persis yang di...