HEAL

376 30 34
                                    

Siapa saja juga pasti akan merasa kebingungan jika berada di tempat yang benar-benar asing. Bingung sudahlah pasti. Namun setiap manusia dianugerahi Tuhan dengan kemampuan untuk adaptasi. Hingga secara sadar atau tidak sadar, manusia itu akan merasa terbiasa di tempat barunya karena beradaptasi.
Sama halnya dengan Sanemi, ketika di dunia paralel era Taisho, dia adalah sosok yang tangguh, kuat, serta tegas, namun saat berada di dunia modern, Sanemi juga mengalami culture shock yang luar biasa. Banyak hal asing yang membuatnya kebingungan. Ditambah dengan ketika dia terbangun, dia dalam keadaan sedang dirawat di rumah sakit modern yang baginya itu asing dan aneh.

Amnesia ringannya cukup membuatnya melupakan beberapa hal yang mana sebenarnya hal itu adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya di dunia paralel era Taisho. Beruntung Sanemi masih bisa diselamatkan di dunia modern berkat Kanae.

Setiap manusia juga dianugerahi Tuhan dengan kemampuan recovery tubuh. Walau setiap manusia berbeda kemampuan recoverynya, namun jika berusaha dan rutin diobati, sakit masih bisa sembuh. Dan hari ini adalah hari dimana Sanemi sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Dia sudah dinyatakan sembuh walau harus menjalani kontrol setiap sebulan sekali, atau jika mendadak ada sesuatu yang sangat sakit di kepalanya, Sanemi harus segera menemui dokter. Dengan setia, Kanae menemani Sanemi di bagian administrasi rumah sakit. Semuanya Kanae yang mengurusi. Sanemi terima beres. Bahkan setelan baju casual yang saat ini Sanemi kenakan adalah pemberian dari Kanae.

"Kanae-san, ini berkasnya. Semoga Tuan Shinazugawa baik-baik saja ke depannya." Ucap seorang perawat bagian administrasi sambil menyerahkan amplop berisikan rekam medis milik Sanemi.
"Terima kasih banyak." Jawab Kanae. Ia menerima amplop itu. Cukup tebal karena isinya memang banyak. Maklum, keadaan Sanemi memang parah. Yang mana jika Sanemi manusia biasa di dunia modern lalu terluka sampai seperti itu, sudah dapat dipastikan akan tewas ditempat.
Perawat rekan Kanae itu mengangguk dan Kanae kemudian segera menyingkir.
Kanae berbalik kemudian berjalan kearah Sanemi yang menunggunya di kursi tunggu paling ujung.

"Sanemi-san. Kau sudah boleh pulang." Ucap Kanae lega. Dia merasa senang karena Sanemi sudah pulih dan bisa keluar dari rumah sakit.
"Ya ya. Aku juga tidak mau berlama-lama disini." Jawab Sanemi.
"Mari aku antar." Ajak Kanae.
Sanemi dan Kanae lalu berjalan beriringan untuk keluar dari rumah sakit yang besar ini. Berjalan santai dengan Kanae menenteng amplop rekam medis Sanemi. Sedangkan Sanemi berjalan dengan kewaspadaan penuh. Naluri pemburu iblisnya tidak bisa hilang. Dia yang dituntut harus selalu waspada, kini sikapnya itu terbawa bahkan sampai ke dunia yang asing baginya.
Kanae yang menyadari hal itu hanya bisa memaklumi. Biarkan saja, biarkan beradaptasi secara perlahan, jangan dipaksakan. Segalanya yang dipaksakan pasti akan berakhir tidak baik bukan?

Tap.

Mereka berdua sudah berada di luar rumah sakit. Lebih tepatnya di halaman depan. Yang mana di depan halaman rumah sakit ini adalah jalan raya yang penuh dengan mobil berlalu lalang dan kehidupan di kota yang sangat maju. Sanemi dan Kanae berhenti secara bersamaan. Namun yang menghentikan langkah mereka berdua bukanlah hal yang sama.
"Apa-apaan ini!?"
"Tunggu dulu."
Ucap Sanemi dan Kanae bersamaan. Sanemi syok sedangkan Kanae baru teringat sesuatu.
"Hah?" Ucap mereka berdua bersamaan lagi sambil reflek saling tengok. Mereka berdua memandang wajah kaget mereka satu sama lain.
"Sanemi-san, dimana kau akan pulang?" Tanya Kanae.
"Apa maksudmu? Aku tentu saja akan pulang ke rumahku. Aku punya rumah." Jawab Sanemi.
"Benarkah? Beritahu aku dimana alamatnya. Aku akan mengantarmu dengan mobilku. Kebetulan aku libur."
"Alamat? Mobil? Apa itu?" Ulang Sanemi tak paham.
"Iya. Alamat rumah Sanemi-san. Aku akan antar Sanemi-san."

Sanemi terdiam tak mengerti. Berpikir keraspun juga nggak ada gunanya. Dia sama sekali tidak paham atas perkataan Kanae. Semuanya asing. Bahkan kata-kata Kanae pun banyak yang asing di telinga Sanemi.
"Sanemi-san?" Panggil Kanae ragu. Dia merasa Sanemi benar-benar tak paham maksud perkataannya. Kini giliran Kanae yang bingung harus bagaimana pada Sanemi.
'Apa mungkin yang Sanemi-san ceritakan waktu itu benar? Soal pemburu iblis itu. Ah, tapi sepertinya tidak mungkin. Mana ada yang seperti itu.' batin Kanae sambil mengingat-ingat sedikit cerita Sanemi saat mereka ngobrol waktu itu. Terkesan seperti bualan namun Sanemi nampak betulan soal kisahnya.
'Jika benar begitu, aku yakin Sanemi-san tidak punya tempat tinggal disini. Apa mungkin Sanemi-san tinggal di gunung itu? Tapi jika iya, seharusnya Sanemi-san paham perkataanku. Sedangkan saat ini, Sanemi-san saja tidak tahu apa itu mobil dan alamat.' lanjut batin Kanae yang masih bergejolak bingung.

SWORDSMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang