CROSS

683 64 38
                                    

Cahaya matahari nampak mulai mengusik kedua mata Sanemi yang masih terpejam. Karena merasa sangat terganggu, Sanemi dengan rasa jengkelnya mau tak mau akhirnya membuka kedua matanya. Dengan perlahan agar kedua mata Sanemi berkenalan dengan santun pada sinar matahari tersebut.

"Tch!" Decih Sanemi. Dia menggunakan salah satu tangannya untuk sedikit menghalau sinar mentari itu. Dan setelah dirasa memungkinkan untuk membuka kedua mata dengan baik, Sanemi menurunkan tangannya.
Kedua mata Sanemipun kemudian melirik sekitarnya. Semua nampak begitu asing, dan itu cukup membuat Sanemi sangat curiga.
"Dimana ini?" Tanyanya entah pada siapa. Yang jelas tempatnya berada saat ini hanya ada dirinya seorang.

Sebuah ruangan serba putih, dengan pendingin ruangan, dan perlengkapan medis. Tak lupa, ada selang infus yang menempel di salah satu tangan Sanemi. Sanemi nampak kembali kebingungan. Pasalnya tempat ini begitu asing. Banyak benda asing yang benar-benar membuat Sanemi merasa aneh.
"Benda apa ini?" Lagi-lagi Sanemi dibuat bingung karena ada selang infus menempel di salah satu tangannya. Sanemi benar-benar tak paham. Sebenarnya ini dimana dan kenapa dia bisa ada disitu. Dan lebih tepatnya, kenapa Sanemi tidak bisa mengingat-ingat kejadian sebelumnya.

Sanemi berpikir keras, dia abaikan semua keasingan di sekitarnya. Itu bisa dipikir nanti, begitulah kira-kira. Saat ini, Sanemi hanya ingin mengingat sesuatu. Rasanya ada hal yang sangat penting dan genting. Namun Sanemi tak bisa mengingat dengan jelas apa itu semua. Hanya seperti potongan film yang kabur dan tak jelas. Tanpa suara dan nampak begitu berkabut.
"Argh!" Sakit kepala tiba-tiba menyerang Sanemi. Sakit yang sangat hebat. Sakit itu tiba-tiba datang saat Sanemi berusaha dengan keras mengingat-ingat sesuatu. Dan ketika ingatan kaburnya sampai pada sosok berambut hitam panjang, berkulit putih, dan memiliki wajah yang tenang, sakit kepala itu mendadak menyerang Sanemi. Membuat pria itu mengerang cukup keras karena saking sakitnya.

Sanemi tak bisa dengan jelas melihat sosok itu, padahal sosok itulah yang muncul pertama kali di ingatan Sanemi dalam berbagai moment.
"Brengsek!" Umpat Sanemi geram. Dia tak mampu lagi jika harus mengingat. Sakit ini terlalu luar biasa menyerangnya. Hanya namanya dan beberapa hal lain saja yang mampu Sanemi ingat, selebihnya, tidak ada. Hanya bayangan kabur dari berbagai kejadian. Bahkan ingatan Sanemi tentang beberapa orang dekat dan teman-temannya pun untuk saat ini tidak ada. Salah satu yang Sanemi ingat adalah dirinya Hashira pemburu iblis.

Ceklek!

"Ada apa, Tuan?!"
Erangan Sanemi tadi rupanya mengundang seseorang untuk datang. Seorang perawat senior yang sudah ahli di bidangnya. Perawat itu kemudian dengan tergesa-gesa menutup pintu dan segera menghampiri Sanemi yang dengan kuat memegangi kepalanya. Tentu saja perawat itu sangat khawatir meliaht kondisi Sanemi saat ini. Ditambah status Sanemi saat adalah seorang pasien.
"Tuan, jangan seperti ini. Anda bisa terluka lagi jika melakukannya." Pinta perawat itu dengan suara lembutnya. Dia juga berusaha menahan tangan Sanemi agar tidak semakin menyakiti kepalanya sendiri.
"Tch! Lepaskan!" Tolak Sanemi. Dia juga mengibaskan tangan perawat itu tanpa melihatnya sedikitpun. Maklum, namanya juga lagi emosi sambil sakit.

Perawat itu kemudian mundur sedikit, agak menjauh dari Sanemi. Nampaknya pria itu memang emosian, begitu pikirnya. Jadi alangkah lebih baik jika dibiarkan dulu. Toh juga mungkin efek sakitnya tidak lama. Perawat itu berdiri dengan tenang di samping Sanemi, menunggunya untuk tenang sendiri.

Setelah sekian menit cukup berhasil menjinakkan sakitnya, Sanemi kemudian kembali menatap sekitarnya dan ia mendapati sosok perawat berambut hitam panjang itu sedang berdiri sambil tersenyum lembut padanya.
"Sudah mereda sakitnya, Tuan?" Tanya perawat itu. Sanemi tentu saja tidak menanggapi, dia masih bingung dengan keadaan sekitar. Dan sekarang makin bingung karena di ruangan itu muncul orang lain.
"Perkenalkan, saya Kanae Kochou. Saya perawat yang bertanggung jawab untuk perawatan Anda selama di rumah sakit ini." Ucap perawat itu, seorang wanita dewasa dengan rambut hitam panjang dan paras yang cantik. Kanae memperkenalkan diri dengan sangat sopan pada Sanemi.

...
Beberapa orang, mungkin tidak percaya akan adanya dunia paralel. Dimana sebenarnya ada kehidupan lain di dimensi lain yang sedang berjalan juga. Memang tidak ada portal atau pintu yang paten yang dapat menghubungkan satu dunia ke dunia paralel yang lain. Namun, ketika dimensi satu dan lainnya sedang dalam frekuensi yang sama, dunia paralel bisa saja kita kunjungi. Ntah secara sengaja atau tidak.

Seperti yang dialami Sanemi saat ini, ketika dia dan Giyuu sedang bertarung habis-habisan melawan Kokushibou, Sanemi tanpa disadari nyaris kalah telak. Dia lalu dilempar ke dalam danau oleh Kokushibou yang mana saat itu bertepatan dengan bulan purnama. Membuat Sanemi secara tak sengaja berpindah dimensi. Dan kini, dia terjebak berada di dunia manusia yang sudah modern. Karena efek perpindahan dimensi yang begitu jauh, membuat Sanemi harus kehilangan beberapa bagian dari ingatannya. Terutama ingatannya tentang beberapa orang penting dan rekannya. Meski begitu, Sanemi tidak sepenuhnya amnesia. Ingatannya hanya terkubur, dan masih bisa diselamatkan. Dengan syarat, ada pemicu ingatannya.

Perbedaan waktu antara dunia pemburu iblis dan manusia modern juga begitu terlihat. Satu tahun di dunia pemburu iblis, sama saja lima tahun di dunia manusia modern. Akan tetapi, jika manusia dari dimensi lain berpindah terlalu lama ke dimensi barunya, ada kemungkinan bahwa manusia itu akan kehilangan ingatannya yang dulu secara permanen. Dan lima tahun, adalah waktu maksimalnya.

...
Di dunia dimana iblis masih berkeliaran, dan dunia masih sangat tradisional, terlihat Tomioka Giyuu masih dengan wajah syoknya meratapi danau di depannya. Dia sudah disana berjam-jam. Bahkan sampai matahari terbit, dan Giyuu sudah tidak peduli lagi kemana larinya Kokushibou. Yang dia pikirkan saat ini hanyalah menunggu Sanemi untuk muncul ke permukaan.
"Tomioka-san, ano... Sebaiknya kita sembuhkan dulu lukamu." Bujuk Mitsuri Kanroji pada Giyuu. Hashira Cinta itu nampak sangat tak tega melihat keadaan Giyuu yang penuh luka sembari menatap nanar danau di depan sana.
Giyuu tidak merespon ajakan Mitsuri. Telinga pria itu seakan tuli sejak tadi.

Semua Hashira saat ini berkumpul di titik yang sama. Mereka semua juga berusaha membujuk Giyuu untuk kembali ke markas dan setidaknya membersihkan luka-lukanya dulu.
"Tomioka-san, nampaknya saran dari Kanroji-san ada benarnya. Ikutlah kami kembali ke markas terlebih dahulu. Lalu biarkan para gagak yang berjaga dan mengawasi seluruh penjuru danau ini. Jika nanti ditemukan sosok Sanemi, para gagak akan memberitahu kita." Himejima Gyoumei berkata dengan sangat bijak. Dia adalah Hashira Batu, yang paling kuat diantara Hashira yang lainnya. Dan dia juga yang paling bijaksana serta sangat dihormati.

Glek!

Giyuu menelan ludahnya paksa. Ini sudah berjam-jam sejak peristiwa Sanemi yang dilempar ke danau oleh iblis keparat itu. Dan sampai detik inipun, tidak ada tanda-tanda Sanemi akan muncul. Rasa cemas Giyuu semakin menjadi-jadi setiap menitnya. Rasanya benar-benar hancur, dia tidak bisa begitu saja ditinggalkan Sanemi. Batinnya merasa tak terima.

"Tidak. Aku akan terap disini. Menunggu Shinazugawa-san muncul." Tandas Giyuu tanpa keraguan sedikitpun.

...
To be continued.

SWORDSMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang