BLOOD LINE

390 31 42
                                    

Muichiro berulang kali menoleh pada Giyuu yang saat ini berjalan disampingnya. Malam ini pria Hashira Air itu memutuskan untuk ikut berpatroli bersamanya. Padahal sebelumnya mereka tidak sedekat ini, berhubung kemarin ada kejadian seperti itu, ntah secara sengaja atau tidak, Giyuu dan Muichiro malah semakin dekat saja.
Malam memang belum terlalu gelap. Tapi bisa saja iblis sudah mulai berkeliaran. Kan matahari sudah tenggelam juga. Giyuu dan Muichiro kali ini memilih untuk berjaga di kota terdekat mereka. Bukannya apa-apa, tidak ada salahnya juga jika berjaga di tempat ramai bukan? Karena memang rumornya, Muzan ini sangat pandai menyamar dan berbaur dengan manusia.

Tap.

Mereka sampai, di kota yang tidak terlalu besar namun cukup ramai dengan berbagai toko yang bisa dibilang cukup komplit. Menyediakan berbagai macam keperluan hidup dan keperluan lainnya. Tak hanya itu, ada kedai makan juga disana. Tempat minum dengan fasilitas plus-plus pun ada juga disana. Muichiro kembali menoleh pada Giyuu. Entah ini sudah ke berapa kalinya dia menoleh pada Giyuu. Hati kecilnya sebenarnya sangat penasaran soal pesan Oyakata untuknya. Namun sejak berangkat tadi, Giyuu sama sekali tidak mengajaknya bicara. Dan itu membuat Muichiro semakin penasaran.
"Kita mau kemana?" Tanya Muichiro pada Giyuu. Anak itu memandang sekitar. Sekilas mendeteksi apa ada hawa keberadaan iblis disekitar sini.
"Ikut saja." Jawab Giyuu singkat.
Giyuu kemudian kembali melangkah. Tentu diikuti oleh Muichiro yang kini mengekorinya. Anak itu agaknya kurang suka keramaian di kota ini. Mungkin takut dilecehkan juga?

Beberapa menit melangkah, walau tak lama, Giyuu menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah kedai. Dari luar nampak kedai makanan seperti pada umumnya. Dengan lampu warm tone-nya memberi kesan hangat bagi orang yang memandangnya.
"Ayo masuk. Kita makan dulu." Ajak Giyuu pada Muichiro. Muichiro mengangguk saja. Dia masih dengan menurut mengekori Giyuu.
Sesampainya di dalam kedai, Giyuu memilih meja paling ujung dan ada di pojokan. Sebelumnya dia juga memesan makanan dan minuman untuknya dan Muichiro juga. Mereka berdua kini duduk berhadapan sembari menunggu makanan dan minuman mereka disajikan.
Giyuu memperhatikan gerak-gerik Muichiro. Anak itu melihat seluruh isi kedai ini dengan tatapan yang bisa dibilang takjub mungkin. Mulut anak itu juga sedikit terbuka karena mungkin bergumam terpana. Sepertinya Muichiro kagum pada tempat sederhana ini.
"Ada yang aneh dengan kedai ini?" Tanya Giyuu. Pasalnya sejak tadi, Muichiro masih sibuk melihat-lihat.
"Sepertinya tidak. Aku hanya belum pernah makan di kedai atau apapun itu. Aku selalu makan di rumah." Jawab Muichiro. Kini pandangan anak itu sudah terfokuskan pada Giyuu.

Bohong jika Giyuu tidak terkejut dengan jawaban Muichiro. Dia bahkan baru tahu kalau Muichiro tidak pernah makan di kedai atau tempat makan manapun. Jadi, selama ini anak itu selalu makan di rumah. Padahal upah menjadi Hashira sangatlah besar, jika hanya untuk makan di sebuah kedai sederhana saja akan lebih dari cukup. Tapi ternyata, Muichiro tidak pernah melakukan itu sejauh ini.
"Kau serius?" Tanya Giyuu meyakinkan keraguannya. Dan Muichiro langsung mengangguk yakin.
"Aku tidak pernah kepikiran untuk makan di kedai atau tempat makan manapun. Tidak ada yang mengajakku juga untuk makan diluar seperti ini sebelumnya." Kata Muichiro.
"Jadi, ini pertama kalinya bagimu?" Tanya Giyuu. Dan Muichiro mengangguk lagi.
Oke, Giyuu sebenarnya cukup terkejut. Namun agak kasihan juga mendengar jawaban Muichiro. Dia tahu seperti apa Muichiro ini. Ketika diselamatkan Amane, Muichiro dalam keadaan sekarat, dan anak itu juga mengidap amnesia. Sampai saat ini saja amnesia anak itu masih belum pulih. Perkembangannya ada, namun lambat. Tidak apa, setidaknya ada perkembangan baiknya. Giyuu juga tau, Muichiro ini sosok yang tak mudah dekat dengan orang-orang. Saat sedang bersama para Hashira saja, Muichiro hanya dekat dengan Rengoku Kyojuro. Sanga Hashira Api, namun sayangnya pria itu telah gugur.

Tak! Tak!

Beberapa menit menunggu, akhirnya pesanan Giyuu dan Muichiro sudah tiba. Seorang pelayan menyajikan dengan sangat hati-hati saat meletakkan piring-piring dan gelas-gelas itu. Selesai meletakkan semua pesanan, pelayan itu kemudian undur diri dengan sangat sopan. Giyuu kemudian mempersilahkan Muichiro untuk mencicipi duluan makanan yang dipesan anak itu tadi. Setelahnya, mereka berdua kemudian makan dalam keadaan damai.
Disela-sela kegiatan makannya, Giyuu sesekali mencuri pandang pada Muichiro. Tidak ada maksud lain selain Giyuu penasaran akan reaksi anak ini terhadap makanannya. Dan yang Giyuu tangkap dari kedua matanya adalah, Muichiro terlihat sangat antusias dan menikmati semua sajian makanan di kedai ini.
'Syukurlah kalau dia senang makan makanan ini. Setidaknya ini bisa jadi pengalaman pertama yang menyenangkan baginya.' batin Giyuu lega dan merasa bahagia.

Waktu makan mereka berdua berlalu dengan damai dan tak memakan waktu lama. Setelah hidangan mereka habis, Giyuu memutuskan untuk masih tetap disana sambil menikmati minumannya. Tapi disini, hanya Giyuu saja yang boleh minum sake, sementara Muichiro tidak Giyuu ijinkan karena anak itu masih dibawah umur. Jadilah anak itu minum teh hijau saja.
"Jadi, boleh aku tau alasanmu mengajakku makan malam disini?" Tanya Muichiro. Feelingnya mengatakan ada sesuatu hal yang hendak Giyuu bicarakan padanya.
"Aku hanya ingin bicara denganmu dalam suasana yang santai dan tenang. Karena ini menyangkut pesan dari Oyakata-sama."
"Bisa jelaskan apa isi pesannya?"
Giyuu menarik napas panjang, kemudian menegakkan duduknya. Muichiro memang tidak bisa basa-basi. Kedua mata Giyuu kini memandang lurus kedua mata Muichiro yang rupanya tak kalah teduh dengan kedua matanya.
"Oyakata-sama menjelaskan bahwa, kau masih ada dalam satu garis keturunan dengan Kokushibou. Iblis bulan pertama yang dilawan Sanemi-san sebelum akhirnya Sanemi-san menghilang sampai saat ini."

Deg.

Jantung Muichiro sedikit berdenyut kaget. Sungguh pembukaan pembicaraan yang diluar perkiraan Muichiro.
Benarkah apa yang dikatakan Giyuu ini? Dia masih satu keturunan dengan iblis jahat itu?
Muichiro kemudian meminta Giyuu untuk menjelaskan detailnya. Lalu dengan sangat rinci Giyuu menjelaskan apa yang sudah dijelaskan Oyakata padanya ke Muichiro. Lagi-lagi Muichiro dibuat terkejut. Yang dibicarakan Giyuu rupanya bukanlah dugaan semata, melainkan fakta, bahwa Kokushibou adalah leluhurnya.
Muichiro kemudian menanyakan lagi apa maksud Oyakata menjelaskan hal itu pada Giyuu dan dirinya. Dan dengan begitu detail Giyuu menjelaskan alasan dibalik itu semua.
"Begitulah. Oyakata-sama juga bilang, sebenenarnya ada sebuah cara yang mungkin bisa kita gunakan untuk mencoba mencari Sanemi-san." Ucap Giyuu.
"Sebuah cara? Bagaimana?"
Giyuu lalu kembali menjelaskan bahwa menurut Oyakata kemungkinan Sanemi secara tidak sengaja masuk ke dimensi lain saat bertarung dengan Kokushibou saat itu. Alasannya adalah Kokushibou merupakan iblis pengguna pernapasan bulan, yang mana saat itu adalah bulan purnama yang merupakan puncak dari teknik pernapasan bulan milik Kokushibou. Sehingga saat setiap kali Kokushibou mengeluarkan jurusnya, dia secara sengaja juga membuka portal ke dimensi dunia lain. Agar musuh yang dia lawan, bisa dilenyapkan dalam sekejap dan kemungkinan untuk kembalinya sangatlah kecil. Kasarnya, musuh Kokushibou bisa dikalahkan dengan cepat karena Kokushibou melemparnya ke dimensi dunia lain.
"Dan naasnya, Sanemi-san berhasil Kokushibou lenyapkan dengan cara seperti itu." Ucap Giyuu mengakhiri penjelasannya pada Muichiro.
"Lalu? Aku harus bagaimana?"
"Kita akan mencoba membuka portal itu. Dan yang akan membuka portal itu adalah kau Muichiro. Karena kau masih satu garis keturunan dengan Kokushibou. Karena hanya orang dengan garis keturunan yang samalah yang bisa mencoba untuk membuka portal itu."

Muichiro tertegun. Dia tak menyangka akan mendapatkan fakta seperti ini. Leluhurnya adalah iblis. Padahal iblis adalah hal yang sangat dibencinya. Atas kebenciannya itu jugalah yang mendorongnya untuk berusaha tetap hidup sampai saat ini hingga dirinya kini bisa menjadi Hashira yang hebat di usianya yang masih sangat muda. Dan fakta bahwa leluhurnya justru menjadi iblis bulan atas itu tadi cukup melukai nuraninya.
"Tomioka-san, jika memang aku dibutuhkan untuk itu. Aku akan bersedia melakukannya. Kapanpun." Ucap Muichiro tanpa ragu sedikitpun.
"Tapi ada kendala untuk kita bisa melakukan itu."
"Kendala?"
Giyuu mengangguk mengiyakan. Cara tersebut tidak segampang itu untuk dilakukan. Karena ada prosesnya tersendiri.
"Kita tidak bisa langsung melakukannya. Sembari menunggu waktu yang tepat. Kau juga harus berlatih sebuah jurus dari teknik pernapasan bulan untuk bisa membuka portal itu. Dan menurut Oyakata-sama, mempelajari teknik itu memakan waktu beberapa tahun."

Giyuu kemudian mengalihkan pandangannya dari Muichiro setelah mengakhiri penjelasannya. Dia beralih menatap kosong kearah slokinya. Sedikit bayangan wajahnya ada disana. Raut wajah khawatir dan cemas benar-benar terlukis disana. Tanpa Saneminya, Giyuu benar-benar merasa hampa. Seperti tak ada pegangan penentu arahnya untuk melangkah. Batinnya terus bergejolak gundah, harap-harap cemas selalu menyertai setiap desah napasnya. Batinnya selalu mendoakan yang terbaik untuk Sanemi.
'Semoga saja, waktu beberapa tahun itu benar-benar cukup untuk menemukanmu, Sanemi-san.'



...
To be continued.

SWORDSMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang