HOPE

392 39 46
                                    

Setiap malam, setelah kehilangan Sanemi, Giyuu selalu memandang langit. Terutama pada Sang Rembulan. Dia selalu berharap agar segera purnama. Berharap ketika tiba purnama berikutnya, Giyuu bisa menemukan jalan untuk menemukan Sanemi. Terdengar mustahil namun Giyuu membiarkannya saja. Tak ada yang mustahil baginya. Jauh dalam benaknya dia selalu berpikir begitu. Segala cara akan dia tempuh untuk bisa bertemu dengan Saneminya lagi. Karena bagi Giyuu, Sanemi adalah segalanya. Sanemi satu-satunya orang yang ia sayangi yang tersisa. Jadi mau seterjal apapun jalannya nanti, Giyuu akan melaluinya.

Giyuu juga lebih sering tidur di kediaman Sanemi sejak saat itu. Lebih banyak menghabiskan waktunya disana bersama Genya dan Muichiro. Setidaknya dengan berada di kediaman Sanemi, Giyuu bisa sedikit mengobati rindunya yang semakin tak berujung. Kembalinya Sanemi adalah hal yang dia dambakan saat ini. Tapi, walau tengah galau berat, tapi Giyuu tetap profesional menjalankan tugasnya sebagai Hashira Air. Dia menjadi semakin giat memburu iblis sembari berharap setiap iblis yang ia temui memiliki informasi mengenai kolam misterius yang menelan Saneminya itu.

...
Setiap hal tentu memiliki dua sisi. Seperti Giyuu dan Sanemi saat ini. Giyuu di dunia sana tengah mati-matian berusaha mencari cara agar bisa membawa kembali Sanemi, sedangkan Sanemi di dunia modern itu tengah menghadapi banyak hal baru yang sangat membingungkannya.
Selepas dia makan bersama Kanae, rupanya masih banyak hal yang aneh bagi Sanemi. Sanemi kira hanya sedikit hal asing yang akan ia jumpai, namun nampaknya perkiraannya itu salah karena seluruh hal yang ia dapati di dunia modern itu adalah sebuah keasingan yang luar biasa.
"Bagaimana makanannya, Sanemi-san?" Tanya Kanae. Kini mereka berdua sedang dalam perjalanan.
"Rasanya asing." Jawab Sanemi. Dan Kanae hanya bisa memaklumi hal itu. Sedikit demi sedikit Kanae mulai paham alur asal usul Sanemi. Walau banyak yang tidak masuk akal baginya.

Kini mereka berdua sedang menuju ke sebuah tempat dimana Sanemi ditemukan terkapar oleh Kanae malam itu. Awalnya Kanae memberitahu Sanemi bagaimana dia bisa menemukannya dan Sanemi sepertinya tertarik untuk menuju ke tempat itu. Dan berakhirlah mereka berdua saat ini dalam perjalanan menuju ke sebuah danau. Selama perjalanan, Kanae dengan aktif mengajak Sanemi mengobrol. Walau Kanae harus banyak menjelaskan tentang ini itu pada Sanemi, namun Kanae terlihat menikmati itu semua. Kanae adalah sosok yang menyukai hal baru.
Laju mobil Kanae rupanya telah terhenti, mereka berdua sudah sampai. Dan tanpa banyak basa basi, Kanae lalu membawa Sanemi ke tepi danau, dia berniat untuk menunjukkan tempat ia menemukan Sanemi yang terkapar babak belur malam itu.
"Mustahil sekali." Ucap Sanemi. Dia berulang kali mengucap kata itu sejak tadi. Dia yg tidak bisa mendapatkan jawaban yang sempurna atas kejadian yang ia alami saat ini.
"Jadi kesimpulannya, Sanemi-san memang benar berasal dari dimensi waktu yang lain?" Tanya Kanae. Dan dia memberi penekanan lebih pada kata dimensi waktu dalam kalimatnya tersebut.
"Seharusnya aku tak berada disini. Ini bukan tempatku. Walau aku tak bisa ingat banyak hal, tapi aku yakin disini bukan tempatku."

Tap.

Kanae kini berada di samping Sanemi. Dia perhatikan wajah rupawan pria itu dari samping. Terpahat sempurna, tampan memang. Sedikit demi sedikit, Kanae mulai paham, memang sepertinya Sanemi ini bukan berasal dari sebuah kota dekat sini. Melainkan sosok yang tersesat jauh hingga tak sengaja masuk ke dimensi waktu yang lain. Yang mana dimensi waktu ini pasti sangatlah berbeda dengan dimensi waktu tempat Sanemi berasal. Suatu hal yang diluar logika dan terdengar mustahil sekalipun, jika Tuhan berkehendak, semuanya pasti akan jadi ada dan terjadi.
"Sanemi-san, ayo kita duduk disana." Ajak Kanae sambil menunjuk dermaga tempat favortinya untuk merenung.
Mengobrol dengan santai sepertinya bisa membantu menemukan solusi yang tepat, begitulah kira-kira yang dipikirkan oleh Kanae.

Sanemi yang tak punya pilihan lain itu akhirnya menuruti Kanae. Mereka berdua lalu berjalanan beriringan ke dermaga. Lantas duduk berdua disana dengan posisi ujung kaki yang sebentar lagi berciuman dengan permukaan air danau yang dingin namun tenang.
Kanae kembali memulai pembicaraan, kini sedikit lebih serius. Bagaimanapun, dia masih ingin membantu Sanemi. Sampai tuntas tentunya. Membicarakan banyak hal, dengan begitu mungkin saja Sanemi bisa mengingat lagi hal lain. Namun sepertinya itu hanya berhasil dalam perkiraan Kanae saja. Kenyataannya, Sanemi hanya mampu mengingat sedikit hal tentang kejadian yang menimpanya dan asal usulnya. Sepertinya akan jadi masalah yang agak berat untuk Kanae. Usahanya harus lebih keras lagi jika ia ingin membantu Sanemi untuk kembali memulihkan ingatannya.
"Lalu setelah ini, Sanemi-san akan kemana?"

SWORDSMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang