04.

222 35 5
                                    

Happy reading ❀
.
.
.
.
.
.

Langit biru dengan sedikit awan putih terlihat indah di atas gedung sekolah. Suasana sekolah yang ramai terasa begitu jauh dari rooftop, tempat yang sering didatangi oleh Jennie untuk mencari ketenangan dari hiruk-pikuk di bawah. Siang ini, seperti biasanya, Jennie memutuskan untuk pergi ke tempat favoritnya itu, berniat bersantai sejenak sambil menikmati sebatang rokok.

Dengan langkah angkuh dan santai, Jennie menuju rooftop. Ia berharap bisa menikmati ketenangan tanpa gangguan, namun setibanya di sana, sesuatu yang tidak ia harapkan terjadi. Di salah satu sudut rooftop, seorang gadis duduk dengan tenang, tenggelam dalam buku yang sedang dibacanya.

Itu adalah Jisoo.

Jennie berhenti sejenak, matanya menyipit melihat kehadiran Jisoo yang tidak diharapkan. Ketika Jisoo mendongak dan menyadari kehadiran Jennie, ia hanya memberikan anggukan singkat sebagai sapaan, sebelum kembali fokus pada buku di tangannya. Jennie merasa darahnya mulai mendidih.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jennie dengan nada dingin, berjalan mendekat.

Jisoo mengangkat alisnya sekilas. "Membaca, tentunya," jawabnya tenang, tanpa menoleh.

"Tempat ini bukan tempat untuk membaca," Jennie bersikeras, merasa terganggu. "Kau mengganggu"

Jisoo menutup bukunya perlahan, lalu menatap Jennie dengan sorot mata yang tak terpengaruh. "Ini rooftop, Jennie-ssi. Tempat umum. Siapa pun boleh berada di sini."

Jennie mendengus, merasa jengkel karena Jisoo tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi. "Kalau kau tahu ini tempat umum, seharusnya kau juga tahu kalau kau tidak diinginkan di sini."

Jisoo tetap tenang. "Aku hanya ingin menikmati ketenangan, sama sepertimu. Tempat ini cukup besar untuk kita berdua, bukan?"

Jawaban Jisoo yang begitu sederhana namun mengena membuat Jennie semakin kesal. Biasanya, satu atau dua kata kasar dari Jennie sudah cukup untuk membuat orang lain menghindarinya. Namun, Jisoo berbeda; dia tidak bergeming sedikitpun. Merasa usahanya sia-sia, Jennie akhirnya menyerah, menyadari bahwa tujuannya datang ke rooftop adalah untuk bersantai, bukan untuk berdebat dengan Jisoo.

"Baiklah," gumam Jennie sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya. "Tapi jangan harap kau akan merasa nyaman di sini."

Jisoo hanya menatap sekilas saat Jennie menyalakan rokoknya, sebelum kembali membuka buku dan membaca dengan tenang. Asap mulai mengepul dari rokok yang menyala, dan Jennie menghisapnya dengan dalam, menikmati sensasi nikotin yang mengalir ke paru-parunya. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.

"Kau seharusnya tidak merokok," suara Jisoo yang datar kembali terdengar, memecah keheningan.

Jennie menoleh dengan tatapan sinis. "Kenapa? Apa aku harus mendengarkan ceramahmu sekarang?"

"Itu tidak baik untuk kesehatanmu," lanjut Jisoo, tetap tenang. "Rokok hanya akan merusak tubuhmu."

Jennie mendengus, tidak memperdulikan Jisoo. "Jangan sok tahu. Hidupku bukan urusanmu."

Namun, Jisoo tidak berhenti di sana. "Ada banyak cara lain untuk bersantai, Jennie-ssi. Rokok bukanlah jawaban."

Jennie merasa kemarahannya mulai naik lagi. Jisoo, dengan segala ketenangannya, benar-benar tahu cara mengusik emosi Jennie. "Kau pikir kau siapa? Apa kau pikir aku akan mendengarkan nasihat sok suci darimu?"

Jisoo hanya menatap Jennie dengan lembut, tapi tegas. "Aku hanya tidak ingin melihatmu menyakiti dirimu sendiri."

Kata-kata Jisoo yang terdengar tulus itu justru semakin membuat Jennie merasa terpojok. Bukan karena dia merasa diserang, melainkan karena ada sesuatu dalam nada bicara Jisoo yang membuatnya merasa tak nyaman. Seolah ada kebenaran yang dipaksakan masuk ke dalam pikirannya.

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐌𝐞 𝐉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang