07.

229 32 6
                                    

Happy reading ❀
.
.
.
.
.
.

Flashback on

Jennie kecil duduk di salah satu bangku taman, matanya tak henti-hentinya menatap ke sekeliling, mencari sosok anak yang telah menemukan kalungnya. Ia sudah menunggu cukup lama, hingga matahari mulai condong ke barat. Jennie mulai merasa putus asa, berpikir bahwa mungkin anak itu lupa dengan janjinya atau tidak akan datang.

Jennie menghela napas panjang, perasaan kecewa mulai menyelimuti hatinya. Ia berpikir untuk pulang saja ketika mendengar suara ibunya memanggil dari kejauhan. Jennie mengangguk pelan, memutuskan untuk meninggalkan taman. Namun, baru beberapa langkah ia beranjak dari bangku, tiba-tiba anak itu muncul di ujung jalan setapak.

"Hei, aku sudah menunggumu!" Jennie berseru, wajahnya langsung cerah kembali.

Anak itu berlari kecil menghampirinya, tersenyum hangat. "Maaf kalau aku terlambat."

Jennie menggeleng cepat. "Tidak apa-apa. Aku senang kau datang."

Mengingat ia sudah dipanggil ibunya tadi. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah gelang kecil yang telah ia siapkan sejak awal. "Ini untukmu," katanya sambil menyerahkan gelang itu. "Jaga itu baik-baik, jangan sampai menghilangkannya supaya suatu saat nanti, ketika aku kembali ke sini, aku bisa dengan mudah mengenalimu."

Anak itu menerima gelang tersebut dengan tatapan bingung, namun segera berubah menjadi senang ketika melihat betapa cantiknya gelang itu. Jennie melanjutkan, "Aku juga punya gelang serupa." Ia mengangkat tangannya, menunjukkan gelang yang sudah terpasang di pergelangan tangannya. Gelang itu tampak sederhana, namun sangat spesial karena Jennie dan ibunya membuatnya sendiri. Gelang itu hanyalah sepasang, satu untuk Jennie dan satu lagi untuk anak ini.

Jennie tersenyum puas melihat ekspresi senang di wajah anak itu. Namun, sebelum ia sempat menanyakan namanya, ibunya kembali memanggil dengan suara yang lebih mendesak. Jennie tersentak, menyadari bahwa ia harus segera pergi.

"Aku harus pergi sekarang," katanya dengan nada sedikit kecewa. "Jaga gelang itu baik-baik, ya."

Anak itu mengangguk sambil tersenyum lebar. "Terima kasih! Aku janji tidak akan menghilangkannya."

Jennie mulai melangkah menjauh, menoleh sesekali ke belakang untuk melambaikan tangan. Anak itu membalas lambaian Jennie, senyum tak pernah pudar dari wajahnya. Ketika Jennie semakin jauh, anak itu menatap gelang di tangannya dengan penuh kebanggaan. Sebuah kenangan manis yang akan selalu diingatnya.

"Jisoo-yaa, ayo bermain!" Tiba-tiba, terdengar suara teman bermainnya memanggil dari kejauhan. Anak itu, yang ternyata bernama Jisoo, menoleh dan segera berlari menghampiri teman-temannya dengan langkah ringan. Hatinya masih dipenuhi oleh perasaan bahagia setelah pertemuan singkatnya dengan Jennie. Meski saat itu mereka tidak sempat bertukar nama, Jisoo tahu bahwa ia telah bertemu dengan seseorang yang sangat istimewa-seseorang yang kelak mungkin akan ia temui lagi suatu hari nanti.

Flashback off

•••


Liburan panjang telah berlalu, dan hari ini adalah hari pertama kembali ke sekolah setelah kenaikan kelas. Jisoo melangkah pelan di koridor sekolah, merasakan campuran perasaan antara antusiasme dan kecemasan. Ia menyadari bahwa ini adalah tahun terakhirnya di sekolah menengah atas, dan tantangan baru pasti menantinya.

Ketika Jisoo tiba di depan kelas barunya, ia melihat Chaeyoung yang sudah menunggunya dengan senyum lebar. Chaeyoung melambaikan tangan, mengundangnya untuk duduk di sebelahnya.

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐌𝐞 𝐉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang