09.

389 64 18
                                    

Happy reading ❀
.
.
.
.
.
.

Kelas pagi itu berjalan seperti biasanya. Seorang guru Matematika yang terkenal disiplin, tengah menjelaskan rumus-rumus trigonometri di depan kelas. Ruangan yang tadinya dipenuhi suara obrolan pelan dan bisik-bisik mendadak sunyi ketika Seonsaengnim mereka memasuki ruangan. Semua mata tertuju ke papan tulis, kecuali satu pasang mata yang tidak tertarik pada pelajaran yang diajarkan.

Jennie duduk di bangkunya dengan kepala bersandar di lengannya yang terlipat di atas meja. Tatapannya mengarah ke jendela di sampingnya, di mana pemandangan luar terlihat damai dan jauh dari hiruk-pikuk kelas. Ia memutuskan untuk menutup matanya, berusaha melupakan segalanya, termasuk kejadian yang terus menghantuinya sejak pertemuannya dengan Jisoo di rooftop. Jennie tidak bisa mengabaikan fakta bahwa perhatian yang ditunjukkan Jisoo padanya menimbulkan perasaan yang aneh dan tidak nyaman.

Seonsaengnim melanjutkan penjelasannya, sementara Jisoo, yang duduk di sebelah Jennie, tetap fokus pada pelajaran. Jisoo dikenal sebagai siswa yang rajin dan cerdas. Tatapannya tidak pernah lepas dari papan tulis, mencatat setiap informasi yang diberikan dengan teliti. Sikap Jisoo yang serius dan tekun ini sering kali membuat teman-temannya kagum, namun Jennie jarang memperhatikan hal-hal seperti itu. Bagi Jennie, Jisoo hanyalah seseorang yang ada di sekitarnya tanpa alasan yang jelas.

Namun, hari ini berbeda.

Saat Jennie membuka matanya perlahan, pandangannya secara tidak sengaja menangkap Jisoo yang sedang fokus memperhatikan penjelasan guru. Mata Jennie tanpa sadar tertuju pada wajah Jisoo—wajah yang selama ini selalu ia abaikan. Wajah itu terlihat begitu serius, terpahat dengan sempurna. Hidung bangir dan bibir yang berbentuk hati membuat Jisoo terlihat begitu memukau. Mata Jennie bergerak menelusuri setiap detail dari wajah Jisoo, dari garis rahangnya yang tegas hingga alisnya yang rapi. Jennie terdiam sejenak, merasa terganggu oleh pikirannya sendiri.

"Apa yang sedang kupikirkan?" Jennie menggerutu dalam hatinya. Ia merasa marah pada dirinya sendiri karena membiarkan pikirannya mengembara sejauh ini. Perasaan aneh mulai merayap ke dalam hatinya, dan ia tidak menyukainya. Jennie tidak suka perasaan yang membuatnya merasa lemah atau tidak berdaya, terutama jika perasaan itu datang dari seseorang yang seharusnya ia anggap tidak penting.

Tidak ingin terjebak lebih jauh dalam pikirannya sendiri, Jennie dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Jisoo. Ia tidak ingin membiarkan dirinya terbawa oleh perasaan yang tidak ia mengerti. Dengan segera, Jennie mengangkat tangan, meminta izin kepada Seonsaengnim untuk keluar kelas.

"Seonsaengnim, saya izin ke toilet," kata Jennie dengan suara datar, mencoba menutupi kegelisahan yang tiba-tiba muncul.

Guru itu menatap Jennie sejenak sebelum mengangguk. "Baik, jangan lama-lama."

Jennie segera bangkit dari kursinya dan keluar dari kelas, berjalan cepat di lorong menuju toilet. Ia butuh waktu untuk menenangkan dirinya, untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan dirinya. Pikirannya berputar-putar, mencoba mencari jawaban atas perasaan yang tiba-tiba muncul tanpa ia duga.

•••

Jam istirahat tiba, dan seperti biasa, Jennie memilih untuk menghabiskan waktunya di rooftop. Kali ini, Jennie duduk di tepi bangku panjang, memandang langit biru yang terbentang luas di atasnya. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma musim gugur yang segar.

Di sela-sela jarinya, sebatang rokok menyala, asapnya melayang perlahan mengikuti arah angin. Jennie menghisap rokok itu dalam-dalam, merasakan asap yang hangat memenuhi paru-parunya sebelum ia menghembuskannya perlahan. Rokok, bagi Jennie, adalah pelarian sementara dari kenyataan. Namun, kali ini, bahkan rokok pun tidak bisa mengusir kegelisahan yang menghantuinya sejak beberapa hari ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐌𝐞 𝐉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang