08.

225 31 5
                                    

Happy reading ❀
.
.
.
.
.
.

Pagi itu, kelas Fisika yang diajar oleh Hyun ssaem dimulai seperti biasa. Para siswa sudah terbiasa dengan ritme dan kebiasaan gurunya yang tegas. Hyun ssaem, dengan kacamata tebal dan rambut yang sudah mulai memutih, dikenal sebagai guru yang disiplin dan tidak mentolerir ketidakdisiplinan. Kelas yang biasanya ramai menjadi hening saat dia memasuki ruangan.

Hari ini, Hyun ssaem akan mengumpulkan tugas yang telah diberikan minggu lalu—sebuah soal latihan fisika yang cukup menantang, namun penting untuk mempersiapkan ujian akhir semester. Jisoo, yang duduk di bangkunya dengan tenang, telah menyelesaikan tugas itu dengan teliti. Di sebelahnya, Jennie hanya bersandar di kursinya, terlihat acuh tak acuh, seperti biasanya.

Hyun ssaem berdiri di depan kelas, matanya menyapu seluruh ruangan dengan tatapan tajam. "Baiklah, murid-murid," katanya, suaranya dalam dan tegas. "Kumpulkan tugas kalian di meja depan, dan bagi yang tidak mengerjakan tugas, silakan keluar dari kelas."

Beberapa murid mulai bangkit dari tempat duduk mereka, membawa lembaran tugas untuk dikumpulkan. Jisoo ikut berdiri, dan tanpa menoleh ke arah Jennie, ia berjalan ke depan kelas untuk meletakkan tugasnya di atas meja guru. Jennie, di sisi lain, tetap duduk diam. Ia tidak menunjukkan niat sedikit pun untuk mengikuti perintah Hyun ssaem.

Setelah beberapa saat, ketika semua murid yang telah menyelesaikan tugas mereka kembali ke tempat duduk.

Jennie sudah siap untuk berjalan keluar kelas seperti yang sudah sering ia lakukan saat tidak membuat tugas. Baginya, menerima hukuman keluar dari kelas lebih baik daripada harus mengerjakan tugas yang menurutnya tidak penting.

Guru itu menatapnya dengan alis terangkat. "Jennie Kim, kau mau kemana?"

Jennie mengerutkan dahinya, bingung. "Aku tidak mengerjakan tugas," jawabnya dengan nada datar.

Namun, Hyun ssaem tidak bergerak dari posisinya. "Bukankah ini tugasmu?" tanyanya, sambil menunjuk ke tumpukan kertas di mejanya. Jennie menatap ke arah yang ditunjuk oleh Hyun ssaem, melihat selembar kertas yang terletak paling atas dari tumpukan tugas murid-murid. Dengan nama Jennie tertulis rapi di pojok kanan atas, tepat di atas jawaban-jawaban yang tampak benar dan teliti.

Jennie semakin bingung. Itu memang kertas dengan namanya, tapi ia sama sekali tidak mengerjakan tugas tersebut. Ia tahu bahwa dia tidak mengangkat pena untuk menyelesaikan tugas fisika itu, dan ini membuatnya merasa aneh sekaligus bingung. Namun, karena Hyun ssaem tampak serius, Jennie tak punya pilihan lain selain kembali duduk di kursinya.

Sepanjang pelajaran, Jennie tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana mungkin tugasnya bisa selesai tanpa ia menyentuhnya sama sekali. Ini adalah hal yang tidak biasa dan sangat membingungkan baginya. Ia menoleh ke Jisoo yang duduk di sampingnya, menatapnya dengan curiga.

Jisoo tampak tenang, fokus pada penjelasan Hyun ssaem di depan kelas. Namun, entah bagaimana, Jennie merasa bahwa Jisoo mungkin tahu sesuatu. Ketika akhirnya pelajaran hampir berakhir, Jisoo menunduk sedikit mendekati Jennie dan berbisik pelan, "Lain kali jangan lupakan tugasmu lagi."

Mendengar itu, Jennie langsung menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Kebingungannya terjawab dalam sekejap. Hanya ada satu orang yang mungkin akan peduli dan melakukan hal seperti ini untuknya. Jisoo. Gadis di sampingnya yang entah kenapa selalu menunjukkan sikap yang aneh baginya.

Jennie menatap Jisoo dengan tajam, matanya menyipit penuh kemarahan yang tertahan. "Apa maksudmu, Kim?" tanyanya dengan nada rendah, mencoba menahan emosinya.

Jisoo tetap tenang, seperti biasanya. Ia menatap lurus ke depan, tidak membalas tatapan tajam Jennie, dan hanya menjawab dengan suara datar, "Ini tahun terakhir kita sekolah. Jangan selalu menuruti rasa malasmu."

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐌𝐞 𝐉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang