03 - Kakashi's past

330 35 3
                                    

Rumahnya tampak gelap tidak ada secercah cahaya kecuali cahaya dari petir yang menggelegar. Kakashi tidak tahu dirinya tengah sadar atau tidak, tapi yang jelas kakashi belum mengeluarkan air matanya, dia sama sekali tidak menangis hanya ada tatapan kosong dimatanya. Yah, dia memang tidak menangis tapi hati dan tubuhnya terasa remuk redam seperti baru saja ditikam sebuah kunai. Menusuk jantungnya hingga menembus kebelakang, mengoyak jantung itu hingga tak berbentuk.

Sekarang Kakashi harus berekspresi seperti apa? Menangis sambil menjerit dihadapan bingkai yang hanya diam menatapnya? Tidak, dengan kesalahan ayahnya sendiri hingga mati konyol karena melanggar aturan kah? Apa seorang teman seberharga itu hingga ia lupa jika pria tua itu memiliki anak yang selalu menunggu kedatangannya setelah menyelesaikan misi? Kakashi tersenyum getir, bibirnya tersenyum tapi matanya tidak bisa berbohong, semua terlihat jelas disana dan mata itu terlihat hitam kosong dan seperti tidak ada kehidupan.

Tangan Kakashi mengepal kuat dengan menatap tajam bingkai dihadapannya, dia bersumpah dalam hati tidak akan pernah mengikuti jejak ayahnya. Ia memejamkan matanya beberapa detik hingga mata itu terbuka dan menampakkan wajah datar seperti tidak terjadi apa-apa. Dengan langkah gontai Kakashi meninggalkan kamar itu, menutup pintu kayu itu dan bersumpah tidak akan memasuki kamar ayahnya lagi. Ini adalah yang terakhir.

Hidup sendiri dan mulai terbiasa dengan kesunyian sudah Kakashi lewati hingga tiga tahun, waktu berjalan dengan cepat dan terasa begitu singkat. Ia melupakan kenangan pahit dihidupnya dan mengunci semua itu didasar paling dalam dihatinya. Kakashi hanya mengingat tapi tidak lagi merasakan. Tampaknya hatinya telah membeku hingga siapapun yang berani mengusik hidupnya, Kakashi tidak akan segan-segan untuk menodongkan kunainya dan melayangkan tatapan mengerikan membuat siapapun tidak ingin berhadapan dengannya.

Kakashi telah menjelma sebagai seseorang yang sangat dingin dan tak bisa didekati, ia tidak pernah memiliki teman selepas kematian ayahnya. Pria bersurai perak itu merasa tidak perlu ada siapapun yang repot-repot mengurusi hidupnya, ia sudah bisa melakukan semua sendiri hingga akhirnya ia bertemu dengan tim7. Tim yang merubah hidup kakashi, pandangan yang penuh kegelapan itu kini menemukan secercah cahayanya.

Tapi semua itu tidak bertahan lama.

BUGH.

Kakashi terperanjat, matanya terbuka lebar juga jantungnya yang berdegup sangat kencang ketika batu besar itu jatuh dan mengenai tubuh rekannya, Uchiha Obito. Pria yang penuh semangat dan selalu membual jika dirinya akan menjadi Hokage dimasa depan, kini telah tergeletak tak berdaya setelah tertimpa reruntuhan goa yang menjadi tempat persembunyian mereka.

"Kalian baik-baik saja? Rin, Kakashi?"

"Obito"

Kakashi berlari menghampiri Obito dengan tubuh yang bergetar, ia sudah kehilangan ayahnya, kini ia harus kehilangan rekannya? Tidak. Kakashi tidak akan membiarkan hal itu terulang, ia akan membantu menyelamatkan Obito. Ia harus melindungi rekan-rekannya sebagai ketua tim.

"K-Kakashi..." Obito yang sudah terluka parah merasa kesusahan saat merapalkan nama rekan timnya yang begitu genius itu.

Kakashi menggenggam tangan Obito berusaha menenangkan keturunan Uchiha itu dengan berpikir keras, bagaimana mereka keluar dari goa itu? Kakashi terus berusaha mendorong batu besar itu dari tubuh Obito. Tapi nihil, batu itu terlalu besar dengan ukuran tubuhnya yang kecil, itu tidak setara.

"Jangan. Tak apa-apa K-Kakashi. Tubuh bagian kananku hancur total, kini aku mati rasa"

"Sial" Kakashi berteriak frustasi.

"Tidak. Ini mustahil terjadi, kenapa?" Tangisan Rin pecah dibelakang Kakashi, gadis itu tidak bisa menatap Obito, ia berbalik memunggunginya dengan menutupi wajahnya. Ia telah merasakan jika Obito yang sudah berputus asa itu bukan hal yang baik-baik saja.

ごめんなさい ( Gomen'nasai ) ( KAKASAKU - ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang